Hansi Flick dan Tantangan Menarik Musim Kedua di Barcelona

Artikel ini ditulis oleh Pol Ballus dengan judul Hansi Flick and the curious challenge of a second season at Barcelona, diterjemahkan oleh Tim Tribunnews

TRIBUNNEWS.COM - Dulu saat masih menjadi manajer Barcelona, Johan Cruyff yang legendaris pernah berkata tidak ada masa yang lebih sulit dalam sebuah proyek manajerial selain musim kedua di sebuah klub.

Pelatih asal Belanda itu melihatnya sebagai periode yang sangat sulit karena seorang pelatih menghadapi tekanan dan ekspektasi yang lebih besar daripada pada masa-masa bulan madu di musim debut mereka — sembari tetap harus menghadapi risiko penemuan kembali.

Inilah tahap yang tengah dijalani Barca asuhan Hansi Flick sekarang.

Namun jika kita membahas topik mantan manajer lebih lama, situasi di klub sekarang terasa seperti versi percepatan Barca-nya Frank Rijkaard — tim yang juga dipimpin oleh Joan Laporta di kantor senior.

Setelah Rijkaard mendarat di ruang ganti Camp Nou pada tahun 2003, musim debutnya merupakan musim yang sukses karena Barcelona berkembang pesat hingga finis kedua di La Liga di belakang Valencia, sebuah peningkatan dari posisi keenam pada musim sebelumnya di bawah Louis van Gaal.

Tahun berikutnya, setelah diperkuat pemain-pemain baru seperti Samuel Eto'o dan Deco, mereka tampak siap merebut tahta domestik — dan berhasil memenangkan La Liga dan Copa del Rey. Evolusi terus berlanjut, dan Barca memenangkan Liga Champions 2005-06, mengalahkan Arsenal di final.

Tim asuhan Flick memenangkan treble domestik: La Liga, Copa del Rey, dan Supercopa di tahun debutnya musim lalu. Dan tim ini lebih berbakat daripada tim yang diwarisi Rijkaard.

Musim baru memang belum dimulai, tetapi Barca terlihat jauh lebih baik hari ini dibandingkan tahun lalu. Semangat mereka lebih tinggi. Ide-ide sang manajer diserap dengan baik. Setiap anggota skuad sudah memiliki peran yang jelas — dan diterima. Penguatan Joan Garcia dan Marcus Rashford di musim panas ini memberikan peningkatan yang jelas pada area-area yang ingin diperkuat oleh tim pelatih dan departemen manajemen olahraga klub.

Para pemain ini tahu mereka berada di posisi yang baik. Namun, mereka juga tampak yakin bisa melangkah lebih jauh dan meraih prestasi. Ada perasaan bahwa ada urusan yang belum selesai di dalam skuad, terutama terkait Liga Champions. Patah hati di semifinal musim lalu melawan Inter masih membekas di benak semua anggota ruang ganti, yang ingin menggunakannya sebagai bahan bakar untuk kembali bermimpi besar.

Ambisinya memang besar. Namun, masih ada ruang untuk perbaikan. Dan dengan pengetahuan kita tentang Flick, tidak mengherankan jika ia sudah menyadari potensi bahaya yang ditunjukkan Cruyff dulu.

Pelatih asal Jerman itu telah terbukti sangat baik dalam menavigasi tantangan khusus yang ditimbulkan oleh 'entorno' Barcelona — deskripsi yang diciptakan oleh Cruyff (secara harfiah diterjemahkan sebagai lingkungan atau lingkungan sekitar) untuk menggambarkan tekanan unik yang terus-menerus berputar di sekitar klub ini.

Baca juga: Rashford Blak-blakan Bedanya Man United dengan Barcelona, Inggris, dan Spanyol

Jarang ada manajer Barca yang tidak terpengaruh oleh sifatnya yang berapi-api.

Namun, Flick telah menunjukkan dirinya memiliki semacam kekuatan super dalam memimpin Barcelona; ia tidak ingin terlibat dalam kegaduhan di sekitar klub lebih dari yang seharusnya — kontras dengan banyak pelatih mereka sebelumnya. Ia tahu itu ada, tetapi berusaha untuk tidak terlalu peduli. Para petinggi Barca tidak hanya menyetujui pendekatannya, mereka juga telah mengambil langkah-langkah agar ia tidak terlalu memperhatikannya.

Musim panas ini, klub merestrukturisasi departemen komunikasi mereka, menambahkan peran baru sebagai direktur komunikasi tim utama. Posisi ini diambil alih oleh Gabriel Martinez, yang sebelumnya bekerja di firma humas lokal Roman dan bank Spanyol Banco Sabadell.