Kemenpora: Kompetisi Sepak Bola Anak Bisa Dongkrak Ekonomi Daerah
geliat sepak bola usia muda telah membentuk ekosistem industri olahraga tersendiri yang bernilai besar.
Editor:
Hasiolan Eko P Gultom
Kemenpora: Kompetisi Anak Bisa Dongkrak Ekonomi Daerah
TRIBUNNEWS.COM - Kompetisi sepak bola kelompok umur tak lagi sekadar ajang pencarian bakat.
Di balik semangat sportivitas dan pembinaan atlet muda, turnamen-turnamen usia dini kini terbukti menjadi pendorong roda ekonomi masyarakat.
Deputi Bidang Industri Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Raden Isnanta, menegaskan bahwa geliat sepak bola usia muda telah membentuk ekosistem industri olahraga tersendiri yang bernilai besar.
Baca juga: Daftar Pemain Diaspora Timnas Indonesia yang Pulang Kampung ke Liga 1 2025/2026
“Berbicara soal industri, pasti bicara faktor ekonomi. Kalau kompetisi tidak menguntungkan, tentu tidak akan berlanjut. Tapi kenyataannya, ini terus berjalan dan bahkan tumbuh. Artinya, ada potensi ekonomi nyata di sana,” ujar Isnanta, Senin (4/8/2025).
Setiap tahun, ratusan turnamen usia muda seperti U-9 hingga U-17 digelar oleh berbagai penyelenggara—mulai dari sekolah sepak bola (SSB), akademi, operator swasta, hingga federasi seperti PSSI.
Menurut Isnanta, biaya yang dikeluarkan satu tim untuk mengikuti satu kompetisi bisa mencapai Rp25 juta.
Jika ada sekitar 5.000 tim aktif di berbagai turnamen, maka potensi perputaran dana bisa menembus Rp125 miliar.
"Dan itu hitungan konservatif. Sebab ada ratusan kompetisi kelompok umur di seluruh Indonesia. Jumlah sesungguhnya bisa jauh lebih besar," tegasnya.
Isnanta juga menyoroti efek berantai yang ditimbulkan. Mulai dari sewa lapangan, transportasi tim, penginapan, konsumsi, hingga penjualan merchandise dan keterlibatan UMKM lokal.
Satu event saja bisa memicu aktivitas ekonomi di banyak sektor.
"Berapa banyak kamar hotel yang dipesan, warung yang laris, atau kendaraan yang disewa tim peserta? Ini efek ekonomi riil yang sering tak disadari," tambahnya.
Sejumlah operator kompetisi yang berhimpun dalam APSUMSI (Asosiasi Pembina Sepak Bola Usia Muda Seluruh Indonesia) seperti Liga TopSkor, FORSGI, BLiSPI, GEAS, FOSSBI, ASBI, hingga GoBolaBali, secara konsisten menggelar liga berjenjang dari tingkat daerah hingga nasional.
Rata-rata, tiap operator melibatkan lebih dari 2.000 atlet setiap tahun, belum termasuk pelatih, ofisial, dan orang tua peserta.
Banyak dari operator tersebut juga mulai mandiri secara finansial, tidak hanya mengandalkan biaya pendaftaran peserta, tetapi juga mendapat dukungan sponsor utama maupun sponsor pendamping.
Ganda Putra Indonesia Christhoper Rungkat/Muhamad Rifqi Fitriadi ke Final M-25 Seri VII |
![]() |
---|
Mbappe Tidak akan Pernah Menyarankan Anaknya Memasuki Dunia Sepak Bola |
![]() |
---|
Jadwal Turnamen Tenis setelah US Open 2025: Carlos Alcaraz dan Jannik Sinner Beda Haluan |
![]() |
---|
Taufik Hidayat Pimpin Rapim, Pastikan Tak Ada Program Strategis Terhenti |
![]() |
---|
Soal Teguran WADA ke Indonesia, Kemenpora Sebut Sudah Beri Anggaran ke IADO |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.