Super Pandit
Keterpurukan Barcelona, Beban Berat Xavi Hernandez, dan Kutukan Liga Champions
Barcelona harus mengakhiri perjalanan mereka menuju Liga Champions usai menelan kekalahan memalukan 0-3 dari Bayern Munchen
Laporta dipilih karena ia berpengalaman menjadi presiden Barcelona dan sukses membuat Blaugrana berjaya dari tahun ke tahun.
Pria berusia 58 tahun tersebut adalah orang yang menunjuk Pep Guardiola melatih Barcelona pada musim 2008/2009.
Keadaan buruk Barcelona pun sedikit menemui titik terang sesaat Laporta kembali menjabat sebagai presiden di Barcelona musim ini.
Namun, alih-alih ingin bangkit dari keterpurukan, Barcelona harus menerima kenyataan ditinggal oleh mega bintang mereka, Lionel Messi.
Mau tak mau Messi harus angkat kaki dari Barcelona karena keadaan klub yang memburuk serta peraturan finansial La Liga.
Tak hanya itu, Barcelona juga harus memangkas gaji skuat mereka karena finansial klub yang melemah dan untuk memenuhi aturan finansial LaLiga.
Skuat Blaugrana pun mengalami perubahan cukup besar musim ini.
Selain ditinggal oleh Lionel Messi yang hengkang ke Paris Saint-Germain, Blaugrana juga menjual beberapa pemain lainnya.

Baca juga: Hasil Liga Champions: Kekecewaan Ganda Xavi Setelah Barcelona Dilibas Munchen & Turun ke Liga Eropa
Emerson Royal yang disiapkan untuk mengisi plot bek kanan, justru dijual ke Tottenham Hotspur, meski Blaugrana baru membelinya dari Real Betis pada bulan Juni.
Miralem Pjanic yang berseteru dengan klub masalah gaji, akhirnya memilih hengkang untuk memperkuat tim asal Turki, Besiktas.
Yang paling baru, Antoine Griezmann dipulangkan ke Atletico Madrid dengan status pinjaman.
Pengganti Griezmann pun tidak sepadan. Setelah kepergiannya, Blaugrana justru meminjam striker Sevilla, Luuk De Jong.
Di Sevilla, pemain asal Belanda itu lebih sering duduk di bangku cadangan karena kalah saing dengan striker Sevilla lainnya, Youssef En-Nesyiri.
Ya, Barcelona adalah tim besar yang telah kehilangan tajinya, masalah keuangan dan manajemen yang memburuk adalah masalah utamanya.
Jelas hasil instan sulit untuk Xavi berikan kepada tim yang sudah dibelanya sejak masa kecil itu.