Mirip Radja Nainggolan, The Next Virgil van Dijk Ini Punya Kesempatan Bela Timnas Indonesia
Struijk juga mengaku memiliki kesempatan untuk membela 3 timnas saat ini, yakni Timnas Belgia, Belanda dan Indonesia.
Ia pun tak menutup kemungkinan untuk membela The Red Devils suatu saat nanti.
"Ketika orang tua saya libur, saya sering menuji Antwerp untuk berlibur. Tetapi saya tak punya kenangan lagi di Belgia," ujarnya.
"Saya tak pernah mendengar dari federasis epak bola Belgia (bahwa punya kesempatan membela timnas Belgia). Kabar itu tentu bakal menbgejutkan semua orang bahwa saya bisa bermain untuk The Red Devils"
"Saya rasa saya harus melakukan pendekatan kepada Federasi Sepak Bola Belgia karena saya tersedia untuk timnas Belgia," tambahnya..
Namun Struijk mengaku masih mempertimbangkan Belanda, karena ia punya kenangan membela timnas U-17 Belanda.
"Saya sangat senang bila menerima panggilan timnas dari Roberto Martinez (pelatih Belgia), tetapi saya lebih memilih Belanda. Hingga U-17, saya rutin dipanggil sebelum berhenti di bangku cadangan di Ajax."
"Pilihan saya juga tergantung dengan level di karier saya. Saya tahu yang saya inginkan, untuk mencapai top Eropa," ujarnya.
Pilihan ketiga adalah untuk membela timnas Indonesia. Seperti diketahui, Pascal Struijk memiliki garis keturunan Indonesia dari kakek-nenek dari sisi ayah.
Walau begitu, Struijk mengaku belum memiliki keinginan untuk membela Indonesia.
"Ya, dari kakek nenek saya yang meninggalkan Hindia Belanda (nama Indonesia dulu) ke Belanda."
"Saya punya koneksi dengan Indonesia, namun saat ini saya lebih terlibat dengan Belanda dan Belgia," ujarnya.
Pemain yang juga sempat digadang-gadang menjadi the Next Virgil van Dijk ini juga bercerita mengenai kemiripan dirinya dengan Radja Nainggolan yang juga punya garis keturunan Indonesia dan kesempatan bermain untuk timnas Belgia.
"Ya saya mengenalnya (Nainggolan). Tetapi saya tak tahu bahwa dia keturunan Indonesia."
"Di Indonesia, orang-orang Indonesia sangat tahu kalau saya punya darah Indonesia. Saya tak tahu bagaimana mereka menemukannya."
"Saya harus mengakui bahwa saya terkadang merasa sedikit orang Indonesia, tetapi kadang juga tidak. Selain keluarga di sana, saya tak berhubungan atau mengenal orang (Indonesia) lain," kata Struijk.