19 Kemenangan Tak Ada Lawan, Marc Marquez Runtuhkan Teori Ducati untuk Akamsi di MotoGP 2025

Tapi lambat laun Carlo Pernat yang juga sempat emosi atas terdepaknya Enea Bastianini dari pabrikan Ducati, kini menyadari bahwa Ducati tak salah pilih.

"Saya tidak pernah menyembunyikan bahwa saya sangat kritis terhadap Ducati, karena merekrut Marc Marquez berarti mengingkari kebijakan anak muda lokal yang telah mereka jalankan di Borgo Panigale selama bertahun-tahun," tegas Carlo Pernat, dikutip dari laman Crash.

“Tetapi hari ini, harus dikatakan bahwa Gigi Dall'Igna benar. Angka dan hasil berbicara sendiri," tegas pria berkebangsaan Italia.

“Jelas, Gigi tahu bahwa proyek Desmosedici telah mencapai puncaknya. Jelas GP25 adalah motor yang tidak sempurna," terang Pernat menilai.

"Ini bukan berarti motor itu dibuat untuk Marquez, itu kesalahpahaman, tetapi karena mereka tahu mereka mengambil risiko kemunduran teknis, mereka memilih pebalap yang mampu maju dua langkah sendiri."

Hal itu dibuktikan di atas lintasan balap.

Desmosedici GP25 sulit untuk menunjukkan performa maksimal, seperti halnya GP24 yang pada MotoGP 2025 ditunggangi Alex Marquez.

Pecco Bagnaia, menjadi pembalap penunggang Desmosedici terlama saat ini, bahkan kesulitan untuk memaksimalkan potensi kuda besinya itu.

Tetapi lain cerita dengan MM93. Kekasih Gemma Pinto ini menunjukkan dominasinya di atas lintasan dengan memenangkan lebih dari setengah Grand Prix sejauh ini.

Tidak menutup kemungkinan, mantan pembalap Repsol Honda ini menajamkan rekor pribadinya, sebagai pembalap dengan jumlah kemenangan terbanyak dalam satu musim.

MM93 mampu mengukir rekor tersebut di MotoGP 2014 dengan 13 kemenangan, bahkan 10 di antaranya diraih secara beruntun.

(Tribunnews.com/Giri)