Senin, 29 September 2025

Angka Kelahiran Prematur Masih Tinggi, POGI Soroti Anemia, TBC hingga Obesitas pada Ibu Hamil

Angka kelahiran prematur yang mendekati 30 persen, kondisi ini dinilai berkaitan erat dengan kesehatan ibu saat hamil. 

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
canalc.com.ar
LUSTRASI IBU HAMIL - Dokter Subspesialis Fetomaternal dr. Reza Tigor Manurung, Sp.OG, Subsp.KFM mengatakan, banyak calon orangtua yang cemas dan penuh pertanyaan tentang kondisi bayi dalam kandungan. Untuk itu, dokter yang praktik di di Women’s Health Center Bethsaida Hospital ini mengatakan, diagnosis prenatal membantu mendeteksi kemungkinan kelainan atau kondisi khusus pada janin sejak dini sehingga calon orangtua bisa lebih siap, baik secara medis maupun emosional—menghadapi kehamilan dan persalinan. 

Faktor gizi juga disebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kehamilan. 

Ibu yang mengalami kurang energi kronik (KEK) alias terlalu kurus, memiliki cadangan nutrisi rendah untuk mendukung kehamilan yang sehat. 

Sekitar 17–18 persen ibu hamil di Indonesia tergolong dalam kategori ini.

Namun di sisi lain, obesitas juga menjadi ancaman serius. 

Sekitar 20 persen ibu hamil di Indonesia mengalami kelebihan berat badan, yang meningkatkan risiko preeklamsia.

Yaitu kondisi tekanan darah tinggi yang bisa menyebabkan ibu harus melahirkan lebih cepat dari seharusnya.

“Preeklamsi itu yang tiba-tiba tekanan darahnya naik. Akibatnya dia terpaksa melahirkan bayi yang kecil di dalam kandungan atau prematur,” jelasnya. 

Bayi Prematur Rentan Sakit dan Stunting

Kelahiran prematur, lanjut Prof. Ocviyanti bukan hanya soal waktu kelahiran yang lebih cepat, tetapi juga membuka pintu masalah jangka panjang, salah satunya stunting. 

Bayi yang lahir prematur umumnya memiliki berat badan rendah, organ yang belum berkembang sempurna, dan lebih mudah terserang penyakit.

“Karena itu penuh RSCM itu proflina ini antipediatri yang bisa membantu bayi-bayi kecil itu untuk bertahan hidup, bertahan doang, tapi tidak bisa kita membebaskan dia dari stunting,” kata Prof Ocviyanti

Masalah ini makin pelik karena setiap kali bayi atau anak sakit, proses pertumbuhannya terganggu, baik dari sisi fisik maupun perkembangan otaknya. 

Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya pencegahan sejak dini, termasuk menjaga agar bayi baru lahir tidak mudah terserang penyakit.

“Sekarang nggak boleh anak itu sakit. Karena setiap hari dia sakit, di hari itu pertumbuhannya akan terhambat. Termasuk otaknya,” tegasnya.

Terakhir, ia menekankan bahwa memperkuat kesehatan ibu hamil adalah fondasi untuk menurunkan angka kelahiran prematur dan stunting. 

Mulai dari pemenuhan gizi, skrining penyakit menular seperti TBC, hingga edukasi tentang bahaya obesitas, semuanya perlu menjadi perhatian serius lintas sektor.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan