Angka Kelahiran Prematur Masih Tinggi, POGI Soroti Anemia, TBC hingga Obesitas pada Ibu Hamil
Angka kelahiran prematur yang mendekati 30 persen, kondisi ini dinilai berkaitan erat dengan kesehatan ibu saat hamil.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Willem Jonata
Faktor gizi juga disebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kehamilan.
Ibu yang mengalami kurang energi kronik (KEK) alias terlalu kurus, memiliki cadangan nutrisi rendah untuk mendukung kehamilan yang sehat.
Sekitar 17–18 persen ibu hamil di Indonesia tergolong dalam kategori ini.
Namun di sisi lain, obesitas juga menjadi ancaman serius.
Sekitar 20 persen ibu hamil di Indonesia mengalami kelebihan berat badan, yang meningkatkan risiko preeklamsia.
Yaitu kondisi tekanan darah tinggi yang bisa menyebabkan ibu harus melahirkan lebih cepat dari seharusnya.
“Preeklamsi itu yang tiba-tiba tekanan darahnya naik. Akibatnya dia terpaksa melahirkan bayi yang kecil di dalam kandungan atau prematur,” jelasnya.
Bayi Prematur Rentan Sakit dan Stunting
Kelahiran prematur, lanjut Prof. Ocviyanti bukan hanya soal waktu kelahiran yang lebih cepat, tetapi juga membuka pintu masalah jangka panjang, salah satunya stunting.
Bayi yang lahir prematur umumnya memiliki berat badan rendah, organ yang belum berkembang sempurna, dan lebih mudah terserang penyakit.
“Karena itu penuh RSCM itu proflina ini antipediatri yang bisa membantu bayi-bayi kecil itu untuk bertahan hidup, bertahan doang, tapi tidak bisa kita membebaskan dia dari stunting,” kata Prof Ocviyanti
Masalah ini makin pelik karena setiap kali bayi atau anak sakit, proses pertumbuhannya terganggu, baik dari sisi fisik maupun perkembangan otaknya.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya pencegahan sejak dini, termasuk menjaga agar bayi baru lahir tidak mudah terserang penyakit.
“Sekarang nggak boleh anak itu sakit. Karena setiap hari dia sakit, di hari itu pertumbuhannya akan terhambat. Termasuk otaknya,” tegasnya.
Terakhir, ia menekankan bahwa memperkuat kesehatan ibu hamil adalah fondasi untuk menurunkan angka kelahiran prematur dan stunting.
Mulai dari pemenuhan gizi, skrining penyakit menular seperti TBC, hingga edukasi tentang bahaya obesitas, semuanya perlu menjadi perhatian serius lintas sektor.
Anemia hingga Alergi, Masalah Kesehatan Anak yang Perlu Dideteksi Dini |
![]() |
---|
IDAI Ingatkan Anemia Defisiensi Besi Bisa Turunkan Kecerdasan Anak |
![]() |
---|
Bayi Pucat, Rewel, Cepat Lelah Bisa Jadi Gejala Anemia Defisiensi Besi |
![]() |
---|
Kapan Anak Dikatakan Anemia? Berikut Penjelasan Dokter |
![]() |
---|
IDAI: Anak Batuk dan Pilek Ringan Tanpa Demam Bisa Diimunisasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.