Angka Kelahiran Prematur Masih Tinggi, POGI Soroti Anemia, TBC hingga Obesitas pada Ibu Hamil
Angka kelahiran prematur yang mendekati 30 persen, kondisi ini dinilai berkaitan erat dengan kesehatan ibu saat hamil.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Persoalan kelahiran prematur di Indonesia masih menjadi tantangan besar dalam upaya memperbaiki kualitas kesehatan anak bangsa.
Ketua Himpunan Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia (HOGSI) Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.OG(K), Subsp. Obginsos, MPH ungkap, angka kelahiran prematur yang mendekati 30 persen, kondisi ini dinilai berkaitan erat dengan kesehatan ibu saat hamil.
Ia membeberkan sejumlah penyebab utama yang menyebabkan ibu melahirkan sebelum waktunya.
Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh Ibu Hamil di Trimester Pertama?
Salah satu faktor yang paling banyak ditemukan adalah anemia pada ibu hamil.
“Kita berharap ibunya cukup kuat untuk itu. Tapi ternyata penelitian menunjukkan ibu-ibu di Indonesia lebih dari 30-40 persen anemia. Itu boleh cek,” ungkap Prof Ocviyanti pada Diskusi Publik: Respiratory Syncytial Virus (RSV) Dia Generasi, satu Ancaman yang diselenggarakan oleh Pfizer di Jakarta, Rabu (6/8/2025).
Menurutnya, anemia menyebabkan daya tahan tubuh ibu menjadi lemah, sehingga rentan terhadap infeksi dan komplikasi kehamilan lainnya, termasuk kelahiran prematur.
Kondisi ini diperburuk oleh lemahnya sistem kekebalan tubuh akibat kekurangan nutrisi penting selama kehamilan.
TBC Masih Jadi Ancaman Serius
Selain anemia, Prof. Ocviyanti juga menyoroti tingginya angka tuberkulosis (TBC) di Indonesia sebagai penyebab lain kelahiran prematur.
Ironisnya, Indonesia justru menjadi negara dengan peringkat kedua tertinggi di dunia dalam kasus TBC.
“Indonesia adalah, yang hebat nih, nomor 2 di dunia. Nomor 2 apanya? Tuberkulosis. TBC. Kita kalau yang lain kalah. Tapi kalau TBC kita menang. Nomor 2 di dunia. Yang nggak bagus-bagus amat kan?” katanya.
Ia menjelaskan bahwa ibu hamil yang terkena TBC akan lebih rentan terhadap infeksi virus lain, seperti Respiratory Syncytial Virus (RSV).
Bila itu terjadi, bayi berisiko lahir sebelum waktunya dan dalam kondisi kesehatan yang lemah.
Masalah Gizi Ganda: Kurus dan Obesitas Sama-sama Risiko
Faktor gizi juga disebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kehamilan.
Ibu yang mengalami kurang energi kronik (KEK) alias terlalu kurus, memiliki cadangan nutrisi rendah untuk mendukung kehamilan yang sehat.
Sekitar 17–18 persen ibu hamil di Indonesia tergolong dalam kategori ini.
Namun di sisi lain, obesitas juga menjadi ancaman serius.
Sekitar 20 persen ibu hamil di Indonesia mengalami kelebihan berat badan, yang meningkatkan risiko preeklamsia.
Yaitu kondisi tekanan darah tinggi yang bisa menyebabkan ibu harus melahirkan lebih cepat dari seharusnya.
“Preeklamsi itu yang tiba-tiba tekanan darahnya naik. Akibatnya dia terpaksa melahirkan bayi yang kecil di dalam kandungan atau prematur,” jelasnya.
Bayi Prematur Rentan Sakit dan Stunting
Kelahiran prematur, lanjut Prof. Ocviyanti bukan hanya soal waktu kelahiran yang lebih cepat, tetapi juga membuka pintu masalah jangka panjang, salah satunya stunting.
Bayi yang lahir prematur umumnya memiliki berat badan rendah, organ yang belum berkembang sempurna, dan lebih mudah terserang penyakit.
“Karena itu penuh RSCM itu proflina ini antipediatri yang bisa membantu bayi-bayi kecil itu untuk bertahan hidup, bertahan doang, tapi tidak bisa kita membebaskan dia dari stunting,” kata Prof Ocviyanti
Masalah ini makin pelik karena setiap kali bayi atau anak sakit, proses pertumbuhannya terganggu, baik dari sisi fisik maupun perkembangan otaknya.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya pencegahan sejak dini, termasuk menjaga agar bayi baru lahir tidak mudah terserang penyakit.
“Sekarang nggak boleh anak itu sakit. Karena setiap hari dia sakit, di hari itu pertumbuhannya akan terhambat. Termasuk otaknya,” tegasnya.
Terakhir, ia menekankan bahwa memperkuat kesehatan ibu hamil adalah fondasi untuk menurunkan angka kelahiran prematur dan stunting.
Mulai dari pemenuhan gizi, skrining penyakit menular seperti TBC, hingga edukasi tentang bahaya obesitas, semuanya perlu menjadi perhatian serius lintas sektor.
Anemia hingga Alergi, Masalah Kesehatan Anak yang Perlu Dideteksi Dini |
![]() |
---|
IDAI Ingatkan Anemia Defisiensi Besi Bisa Turunkan Kecerdasan Anak |
![]() |
---|
Bayi Pucat, Rewel, Cepat Lelah Bisa Jadi Gejala Anemia Defisiensi Besi |
![]() |
---|
Kapan Anak Dikatakan Anemia? Berikut Penjelasan Dokter |
![]() |
---|
IDAI: Anak Batuk dan Pilek Ringan Tanpa Demam Bisa Diimunisasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.