Titiek Puspa Meninggal Dunia
Titiek Puspa Wafat, NOAH Kenang Sosoknya Lewat Lagu Kupu-Kupu Malam
Titiek Puspa, penyanyi legendaris Indonesia, wafat pada 10 April. NOAH mengenang sosoknya dengan membangkitkan kembali lagu ikonik "Kupu-Kupu Malam"
Titiek Puspa, penyanyi legendaris Indonesia, wafat pada 10 April 2025. NOAH mengenang sosoknya dengan membangkitkan kembali lagu ikonik "Kupu-Kupu Malam," yang menyentuh banyak hati dan terus hidup dalam kenangan.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyanyi legendaris Indonesia, Titiek Puspa, tutup usia pada Kamis, 10 April 2025 pukul 16.30 WIB di RS Medistra, Jakarta, dalam usia 87 tahun.
Duka mendalam menyelimuti dunia musik Tanah Air atas kepergian sosok multitalenta yang telah berkarya lintas generasi.
Salah satu momen paling menyentuh datang dari grup musik Noah, yang mengenang beliau lewat lagu legendaris berjudul “Kupu-Kupu Malam”.
Dalam unggahan di Instagram Story mereka, akun resmi @noah.site menuliskan, “Selamat jalan, eyang Titiek Puspa. Beristirahatlah dengan tenang dan terima kasih atas segalanya.”
Unggahan ini langsung menyentuh hati para penggemar dan musisi lainnya, mengingat lagu tersebut pernah dibawakan ulang oleh Noah (dulu Peterpan) pada tahun 2005 dan kemudian diremaster pada album Sing Legends tahun 2016.
Makna Mendalam di Balik Lagu “Kupu-Kupu Malam”
Lagu Kupu-Kupu Malam diciptakan Titiek Puspa pada tahun 1977.
Tak hanya dikenal karena melodi dan liriknya yang kuat, lagu ini juga menyimpan kisah nyata yang menyayat hati.
Dalam sebuah wawancara dengan kanal YouTube Indonesia Today, Titiek menceritakan bahwa lagu tersebut terinspirasi dari seorang perempuan yang ia temui di pinggir jalan, yang hidupnya berubah drastis setelah ditinggal suami dan terlilit utang.
“Seorang wanita ditinggal suaminya lalu terlilit hutang, dipaksa untuk membayar tapi dengan bekerja sebagai Kupu-Kupu Malam,” ujar Titiek.
Perempuan itu awalnya mengira akan dipekerjakan sebagai asisten rumah tangga, namun justru diarahkan ke dunia malam.
Baca juga: Titiek Puspa dan Temanggung, Kisah Emosional dari Rumah Masa Kecil hingga Masjid Bersejarah
Dari sinilah, lahir lirik lagu yang penuh empati dan ironi sosial:
"Ada yang benci dirinya
Ada yang butuh dirinya
Ada yang berlutut mencintainya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.