Kamis, 2 Oktober 2025

Kaze, The Sound of My Soul, Pameran Tunggal Fabiola Natasha Tentang Pantang Menyerah

Karya-karya Fabiola adalah bentuk-bentuk simbolisasi dari filosofi yang didapatkannya dari mana saja.

Editor: Willem Jonata
Warta Kota
Bernadette Godeliva (B.G.) Fabiola Natasha berpose dengan salah satu hasil karya seninya. 

Ketiga sahabat yang menginspirasi, mengajarkan makna kehidupan dan membawanya terbang lebih tinggi untuk meraih impian.

“Kami bertiga sangat berbeda-beda karakternya bahkan pandangan hidupnya namun saya merasa mereka adalah sayap-sayap dalam hidup yang membantu saya ‘terbang’ menjalani hidup. Sesuai judulnya sayap itu bukan dua melainkan tiga yang masing-masing punya kekuatan saling mendukung,” katanya.

Salah satu karya Bernadette Godeliva (B.G.) Fabiola Natasha yang menggambarkan perjuangan keluarganya melewati krisis ekonomi pada 1998. Judul karyanya Nana Korobi Yaoki; Daruma. (Istimewa)
Ada satu karya kolaborasi instalasi foto-video berjudul Transisi. Dalam karya bersama sahabatnya Affandi (performance artist) dan Elise Orlowski (cinematographer) itu, ditampilkan sisi sentimental seorang Fabiola terhadap isu feminitas dan maskulinitas yang diterimanya sejak kecil.

Meski terlahir perempuan, namun asa kecilnya lebih cenderung terdidik seperti anak laki-laki. Itulah yang menurut Fabiola membuatnya seolah kehilangan masa kecil selayaknya seorang gadis perempuan.

“Saya ingat betul bagaimana diteguhkan pada saya sebagai anak cewek malah untuk tidak boleh menari, anak cewek itu tidak boleh nangis, anak cewek itu tidak boleh bergantung dengan laki-laki,” kata dosen pengajar LaSalle College Surabaya ini.

Yang menarik, dalam opening ceremony Fabiola akan melakukan live painting dengan mengajak audience yang hadir.

Hasil live painting itu akan turut dipamerkan di SOHAM Creative Space bersama karya-karyanya yang lain yang digarapnya selama 2018.

Selain mencermati ekspresi simbolik Fabiola, ada yang perlu dicermati dari karya Fabiola ini yaitu tentang media susu yang ia gabungkan dengan media dominan ink China di atas rice paper.

Hanya ada dua karya nonsusu selain tentu saja karya foto fan video instalasi. Selain pertimbangan teknik, Fabiola menganggap susu mewakili simbolisasi dari dasar segala kehidupan di dunia ini.

“Susu yang murni dan berasa dari air susu ibu terutama adalah makna yang kuat untuk saya ambil sebagai media dan dasar pemikiran saya berkarya,” kata istri dari Dewantoro itu.

Secara teknis, susu memang unik dan perlu sentuhan khusus dalam menerapkannya. Susu cair yang ia pakai rata-rata ditimpakannya semacam dasar pada media rice paper yang digunakannya atau semacam membuat bidang yang ia ingin kosongkan atau menjadi berwarna putih.

Ibarat proses pemberian cairan malam pada batik, susu itu ia sapukan untuk didiamkan selama beberapa waktu. Ada yang memerlukan pembiaran mulai 3 jam hingga 10 jam lamanya.

Baru setelah itu Fabiola menyapukan ink China di atasnya sehingga memperolah bagian-bagian yang tidak tersapu oleh ink China yang berwarna hitam itu.

Ada juga karya yang direspon Fabiola di balik kertas yang telah tersapu susu atau bagian sisi yang lain. Reaksinya tak sama setiap proses, saya menemukan hasil yang bermacam-macam ketika memakai susu ini.

Tentang Fabiola, perupa mungil ini juga lebih suka dikenal dengan nama lainnya yang berbau Jepang yaitu Kaze Kazumi.

Nama ini berarti angin yang menyebarkan keindahan. Nama ini sengaja selalu disematkan Fabiola dalam setiap karya lukisnya. Diharapkan melalui karyanya, ia ingin meninggalkan jejak bagi siapa saja untuk tidak pantang menyerah dan terus bangkit.(*)

Berita ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul "Ekspresi Simbolik Fabiola Sang Spesialis Ink China Painting Tentang Kejujuran"

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved