Sabtu, 4 Oktober 2025

Erupsi Gunung Anak Krakatau

Aktivitas Terbaru Gunung Anak Krakatau per 10-11 Januari 2019, 35 Kali Gempa Tektonik Lokal

Aktivitas terbaru Gunung Anak Krakatau per 10 - 11 Januari 2019, PVMBG catat 35 kali gempa tektonik lokal terjadi.

Editor: Sri Juliati
Tribun Lampung/Dedi Sutomo
Aktivitas terbaru Gunung Anak Krakatau per 10 - 11 Januari 2019, PVMBG catat 35 kali gempa tektonik lokal terjadi. 

Pada pukul 14.18 WIB, cuaca cerah, terlihat asap letusan tidak berlanjut. Terlihat tipe letusan surtseyan.

Pada saat tidak ada letusan, puncak Gunung Anak Krakatau tidak terlihat lagi.

Baca: Warga Dengar Suara Gemuruh dari Gunung Agung, Hujan Abu Tipis Melanda Wilayah ini

Berdasarkan analisis analisis visual, sudah konfirmasi bahwa Anak Krakatau yang tingginya semula 338 meter, sekarang tingginya tinggal 110 meter.

Dari Pos PGA Pasauran, posisi puncak Gunung Anak Krakatau lebih rendah di banding Pulau Sertung yang menjadi latar belakangnya.

Sebagai catatan, Pulau Sertung tingginya 182m sedangkan Pulau Panjang 132m.

Volume Anak Krakatau yang hilang diperkirakan sekitar antara 150-180 juta meter kibik.

Sementara volume yang tersisa saat ini yaitu sekitar antara 40-70 juta meter kibik.

Berkurangnya volume tubuh Gunung Anak Krakatau ini diperkirakan karena adanya proses rayapan tubuh gunungapi yang disertai oleh laju erupsi yang tinggi dari 24-27 Desember 2018.

Baca: Erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat Sore, Sutopo Sebut Terdengar Suara Dentuman

Proses pengamatan visual terus dilakukan untuk mendapatkan hasil perhitungan yang lebih presisi.

Saat ini letusan bersifat impulsif yang maksudnya yaitu sesaat sesudah meletus tidak nampak asap yang keluar dari kawah Gunung Anak Krakatau.

Terdapat dua tipe letusan, yaitu letusan Surtseyan yang terjadi karena magma yang keluar dari kawah Gunung Anak Krakatau bersentuhan dengan air laut dan strombolian.

Potensi Bencana Erupsi Gunung Anak Krakatau

Dengan kondisi seperti saat ini, potensi yang paling memungkinkan adalah terjadinya letusan-letusan Surtseyan.

Letusan jenis ini karena terjadi dipermukaan air laut, meskipun bisa banyak menghasilkan abu, tapi tidak akan menjadi pemicu tsunami.

Potensi bahaya lontaran material lava pijar masih ada.

Dengan jumlah volume yang tersisa tidak terlalu besar, maka potensi terjadinya tsunami relatif kecil, kecuali ada reaktivasi struktur patahan/sesar yang ada di Selat Sunda.

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga tanggal 28 Desember 2018, tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau masih tetap Level III (Siaga).

(Tribunnews.com/Fitriana Andriyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved