Jumat, 3 Oktober 2025

Ritual di Pantai Payangan Jember

Apa Itu Rip Current? Arus Laut yang Menyeret Korban Ritual Maut di Pantai Payangan Jember

Berikut penjelasan arus rip current yang menjadi penyebab terseretnya puluhan korban ritual maut di Pantai Payangan, Jember pada Minggu (13/2/2022).

Editor: Miftah
Kolase Tribunnews.com: TribunJatim.com/Sri Wahyunik dan Kompas/Istimewa
Berikut penjelasan arus rip current yang menjadi penyebab terseretnya puluhan korban ritual maut di Pantai Payangan, Jember pada Minggu (13/2/2022). 

“Sedangkan dalam dunia sains, fenomena alam mematikan ini disebut “rip current,” jelasnya.

Daryono menilai, dengan relief yang berbentuk teluk di Pantai Payangan maka bisa diduga kuat menjadi penyebab terjadinya arus rip current.

“Jika kita perhatikan morfologi Pantai Payangan Jember yang berbentuk teluk, maka diduga kuat musibah yang terjadi sangat mungkin diakibatkan arus ‘rip current’.”

“Apalagi jika dicocokkan dengan waktu kejadian bersamaan dengan waktu pasang dan berdasarkan informasi dari BMKG, tinggi gelombang saat kejadian mencapai sekitar 2-2,5 meter.” katanya.

Sedangkan dalam definisinya, rip current terbentuk akibat adanya konsentrasi arus dalam sebuah jalur sempit.

“Definisi “rip current” ialah arus balik yang terkonsentrasi pada sebuah jalur sempit yang memecah zona empasan gelombang hingga melewati batas zona gelombang pecah.” ujar Daryono.

Pencarian korban ritual berujung maut di Pantai Payangan, sisi selatan Bukit Samboja, Dusun Watu Ulo, Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Jember, Minggu (13/2/2022).
Pencarian korban ritual berujung maut di Pantai Payangan, sisi selatan Bukit Samboja, Dusun Watu Ulo, Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Jember, Minggu (13/2/2022). (Tribun Jatim Network/Sri Wahyunik)

Mengenai bagaimana terbentuknya, Daryono mengatakan rip current dapat terbentuk ketika gelombang datang ke garis pantai dalam bentuk teluk atau cekungan layaknya di Pantai Payangan.

“Secara fisis “rip current” terbentuk jika gelombang laut datang dan menghempas garis pantai yang berbentuk teluk atau cekungan.”

“Adanya banyak pantulan muka gelombang yang mengenai “busur teluk" akan memunculkan sejumlah arus susur pantai yang bertemu dan memusat di tengah-tengah “busur teluk,” katanya.

Akibatnya arus ini memiliki energi yang kuat dan berkecepatan tinggi.

“Arus susur yang saling bertemu di pusat busur teluk ini selanjutnya bergabung menimbulkan sebuah arus balik menuju tengah laut yang mengumpul pada suatu jalur arus yang sempit hingga melewati batas zone gelombang pecah,” tambahnya.

“Inilah “rip current” yang menjadi biang keladi dari sederet daftar korban meninggal dan orang hilang terseret arus dipantai sejak zaman dahulu,” tulis Daryono.

Selanjutnya, Daryono pun menilai pemahaman masyarakat dengan mengaitkan fenomena rip current dengan mitos adalah suatu yang salah.

Menurutnya arus rip current adalah fenomena alam yang bisa dipelajari secara ilmiah dan menjadi kewajiban masyarakat khususnya sekitar pantai untuk mempelajarinya.

“Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai karakteristik dan bahaya arus laut di pantai menjadi faktor utama terus berulangnya korban jiwa terseret arus laut.”

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved