Minggu, 5 Oktober 2025

Orangtua Siswa Blokade Jalan ke Sekolah, Protes Dugaan Pungli Rp 150 Ribu untuk Ijazah

Orangtua siswa SMKN Paku blokade jalan sekolah, protes pungli ijazah Rp150 ribu. Polisi mediasi warga dan pihak sekolah.

Editor: Glery Lazuardi
FAHRUN RAMLI
BLOKADE JALAN - Orangtua siswa blokade jalan ke SMKN Paku, protes dugaan pungli ijazah Rp150 ribu. Akses sekolah lumpuh, polisi turun tangan. 

TRIBUNNEWS.COM - Upaya orang tua siswa memblokade jalan masuk ke sekolah masih terjadi.

Fenomena ini mencerminkan bentuk protes langsung dari masyarakat terhadap kebijakan pendidikan yang dianggap tidak transparan atau merugikan.

Masyarakat kini lebih berani menyuarakan ketidakpuasan terhadap institusi pendidikan, terutama jika menyangkut hak dasar siswa seperti ijazah

Ini juga menandakan pentingnya komunikasi terbuka antara sekolah dan orang tua dalam setiap kebijakan yang menyangkut biaya atau administrasi.

Orangtua Siswa Blokade Jalan

Salah satu di antaranya yang terjadi di  Dusun Silopo, Desa Paku, Kecamatan Binuang, Senin (29/9/2025).

Orangtua siswa SMK Negeri Paku di Kabupaten Polman, Sulawesi Barat (Sulbar) terpaksa memblokade jalan menuju sekolah.

Berdasarkan pemantauan sekelompok warga sedang membangun barikade bambu di sebuah jalan sempit di lingkungan permukiman.

Barikade tersebut terdiri dari beberapa batang bambu panjang yang diikat dengan tali, membentang melintang menutup akses jalan. 

Salah satu orang tampak aktif bekerja mengikat atau menyusun bambu, sementara beberapa lainnya berdiri di sekitar, mengamati atau membantu.

Barikade seperti ini biasanya digunakan sebagai bentuk protes atau penolakan terhadap kebijakan tertentu. 

Mereka merasa kesal lantaran pihak sekolah diduga memberikan beban kepada setiap siswa untuk bayar Rp150 ribu jika ingin ambil ijazah.

Kekesalan itu mereka luapkan dengan cara membuat pagar bambu ke arah sekolah.

Hal itu dilakukan sebagai bentuk protes kepada guru yang merasa memberatkan para wali siswa.

Akibat dari blokade jalan tersebut, pengendara roda dan empat terpaksa harus mencari akses jalan lain.

"Saya menutup ini dengan palang karena ada pungutan pembayaran ijazah Rp 100 ribu, ada juga Rp150 ribu," kata warga bernama Puang Buna kepada wartawan.

Dia mengatakan pungutan pembayaran untuk mengambil ijazah itu tidak disampaikan lebih dulu.

Sehingga orangtua siswa menduga pembayaran untuk ambil ijazah ini sebagai bentuk pungutan liar.

Puang Buna menerima informasi adanya dugaan pungli ini merasa geram, dan layangkan protes.

Dia bersama orang tua siswa lainnya lalu sepakat masang blokade akses jalan ke pintu gerbang sekolah.

"Kalau bagi saya ini sudah masuk pungli, karena tidak diawali dengan pembicaraan dengan orang tua siswa," ungkapnya.

Sementara itu, Kepsek SMKN Paku, Ridwan menyebut masalah ini hanyalah mis komunikasi.

"Pemicunya penutupan warga adanya isu pungutan berkembang, padahal itu bukan pungutan, itu hanya sumbangan," kata Ridwan kepada wartawan.

Dia menjelaskan siswa membayar untuk ambil ijazah merupakan sumbangan sebagai alumni.

Ridwan menyebut sumbangan itu tidak ditetapkan besaran tarif yang harus dibayar oleh siswa.

Sumbangan itu kata Ridwan besarannya mulai dari Rp50 ribu, hingga Rp150 ribu per siswa.

"Sumbangan seadanya dari alumni untuk terimakasihnya kepada sekolahnya, kami tidak tetapkan besarannya," ungkap Ridwan.

Dia juga menyangkal jika pihak sekolah sempat menahan ijazah siswa yang enggan membayar sumbangan.

Penjelasan Sekolah

Kepala Sekolah SMKN Paku, Ridwan, buka suara menanggapi aksi blokade jalan oleh orang tua siswa di Dusun Silopo, Polewali Mandar (Polman), pada Senin (29/9/2025). 

Ridwan menegaskan masalah ini hanya mis-komunikasi dan membantah adanya pungutan liar (pungli) sebesar Rp 150 ribu untuk pengambilan ijazah

Menurut Ridwan, biaya tersebut hanyalah sumbangan seadanya dari alumni, bukan pungutan wajib.

"Pemicunya penutupan warga adanya isu pungutan berkembang, padahal itu bukan pungutan, itu hanya sumbangan," kata Ridwan kepada wartawan.

Kata dia, sumbangan dibebankan kepada siswa itu tidak ditentukan nilainya, ini sebagai bentuk rasa terimkasihnya kepada sekolah.

Namun permintaan dari sekolah dianggap oleh orangtua siswa sebagai beban, hingga akhirnya menutup akses jalan ke sekolah.

Penutupan akses jalan ini membuat pengendara dan siswa harus mencari jalan lain, untuk keluar atau masuk ke sekolah.

Pantauan Tribun-Sulbar.com, warga blokade akses jalan menggunakan kayu dan bambu secara melintang.

Kendaraan roda dua dan roda empat tidak dapat melintas melewati akses jalan di tutup ini.

Nampak pelajar SMKN Paku mengambil rute memutar untuk menuju ke pintu gerbang sekolah.

Polisi Tenangkan Suasana

Polsek Binuang mendatangi SMKN Paku di Dusun Silopo, Desa Paku, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), Senin (29/9/2025).

Kedatangan polisi lantaran adanya aksi protes orang tua siswa dan menutup akses jalan ke SMKN Paku.

Petugas nampak menenangkan warga yang layangkan aksi protes, serta akan coba mediasi.

Warga dan pihak sekolah dipertemukan untuk membicarakan masalah penutupan akses jalan.

Kapolsek Binuang, Iptu Rahman mengatakan mediasi antara warga dan pihak sekolah ini untuk mencari solusi.

"Permasalahan di SMKN Paku ini berawal dari adanya pungutan untuk ambil ijazah, kita coba mediasi," kata Iptu Rahman kepada wartawan.

Dia menjelaskan warga layangkan protes lalu menutup akses jalan menuju depan gerbang.

Sehingga memicu terjadinya gangguan ketertiban masyarakat (Kantibmas) dan coba didamaikan.

Iptu Rahman menyebut akan mempertemukan warga dengan pihak SMKN Paku.

"Kita akan cari jalan keluarnya agar pihak sekolah segera mengakomodir tuntutan orang tua siswa yang layangkan protes," ungkapnya.

 

Artikel ini telah tayang di Tribunsulbar.com

Sumber: Tribun sulbar
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved