Cerita dari Karawang: Menumbuhkan Pengelolaan Sampah dari Akar
Pertumbuhan industri dan populasi di Kabupaten Karawang membawa tantangan besar, salah satunya dalam pengelolaan sampah.
TRIBUNNEWS.COM, KARAWANG - Pertumbuhan industri dan populasi di Kabupaten Karawang membawa tantangan besar, salah satunya dalam pengelolaan sampah.
Sistem kumpul-angkut-buang masih menjadi pilihan utama, sementara infrastruktur pengolahan seperti TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle) dan TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) belum tersebar merata.
Kondisi ini diperparah oleh rendahnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah sejak dari rumah.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP) hadir sebagai solusi menyeluruh.
Program ini tak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga mendorong perubahan perilaku, memperkuat regulasi, menciptakan skema pembiayaan berkelanjutan, dan melibatkan masyarakat secara aktif.
Pilot Project di Mekarjati: Dari Edukasi Menjadi Kebiasaan
RT 001 RW 012 Kelurahan Mekarjati, Kecamatan Karawang Barat, menjadi lokasi percontohan awal ISWMP di Kabupaten Karawang.
Kawasan ini dipilih karena berada dalam cakupan TPST Mekarjati dan memiliki komunitas aktif seperti Karang Taruna, bank sampah, kader lingkungan, serta pegiat maggot.
Melalui pendekatan door-to-door, pelatihan kader lingkungan, dan pemberian alat bantu seperti karung pilah serta stiker rumah memilah, perubahan mulai terlihat.
Warga mulai menerapkan sistem pemilahan sederhana: organik dan anorganik, agar mudah dilakukan di tingkat rumah tangga.
Hasilnya cukup menggembirakan. Dalam dua bulan, 86 persen dari 97 kepala keluarga aktif memilah sampah.
Terkumpul lebih dari 2.500 kg sampah organik dan 464 kg sampah anorganik yang berhasil dimanfaatkan.
Sampah organik diolah oleh Karang Taruna dan pegiat maggot, sementara sampah anorganik disalurkan ke Bank Sampah Resik Raya. Volume sampah yang dikirim ke TPA pun berhasil ditekan.
Baca juga: 10 Negara Hobi Buang Sampah Plastik ke Laut Dunia: Indonesia Sumbang Ribuan Ton Tiap Tahun
Langkah Lanjutan: Replikasi di Desa Cirejag
Semangat perubahan tidak berhenti di Mekarjati.
Pada 30 Juli 2025, ISWMP melalui paket Peningkatan Peran Aktif Masyarakat (PPAM) Kabupaten Karawang melanjutkan sosialisasi pengelolaan sampah di Desa Cirejag, Kecamatan Jatisari, sebagai lokasi replikasi.
Kegiatan yang berlangsung di Aula Desa ini dihadiri oleh Kepala Desa Cirejag, 12 Ketua RT, dan 10 Duta Pilah Sampah.
Mereka diperkenalkan pada sistem pemilahan tiga jenis:
- Sampah Organik (sisa makanan/dapur)
- Sampah Anorganik/Daur Ulang dan B3 (plastik, kertas, logam, bahan berbahaya)
- Sampah Pepohonan & Lainnya (ranting pohon, tisu bekas, dan residu lainnya)
Para Duta Pilah Sampah yang telah dilatih oleh Tim PPAM Jawa Barat kemudian mendampingi seluruh RT untuk mengedukasi masyarakat langsung dari rumah ke rumah.
Mereka berperan penting dalam menyebarkan informasi, membangun kesadaran, dan memastikan gerakan pilah sampah dari sumber berjalan berkelanjutan.
Langkah ini menjadi titik awal transisi budaya pengelolaan sampah di Desa Cirejag—bukan hanya soal kebersihan, tetapi juga membentuk kebiasaan kolektif yang berkelanjutan.
ISWMP: Mendorong Perubahan dari Hulu ke Hilir
ISWMP tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik seperti TPST, tetapi juga menyasar penataan kelembagaan, regulasi, pembiayaan, dan perubahan perilaku masyarakat.
Program ini merupakan kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Karawang, Kementerian PUPR, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kesehatan, dan Bank Dunia.
Di Karawang, ISWMP berfokus pada lima pilar utama:
- Penyusunan dan penetapan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Sampah (RISPS) serta penguatan regulasi melalui Perda dan Perkada
- Peningkatan peran aktif masyarakat dan pemerintah daerah
- Penguatan kelembagaan pengelolaan sampah
- Pengembangan mekanisme pendanaan dan sistem retribusi
- Perencanaan pembangunan fasilitas pengolahan sampah berteknologi
Melalui program ini, Karawang telah membangun tiga TPST: Cirejag, Mekarjati, dan Jayakerta.
Kelima pilar tersebut saling menopang. RISPS menjadi kompas strategis jangka panjang, regulasi menjadi landasan hukum, dan kelembagaan menjadi penggerak operasional.
Kementerian Dalam Negeri turut memfasilitasi pembentukan unit pengelola sampah di daerah serta penetapan dasar hukum retribusi pelayanan persampahan.
Keberlanjutan program juga bergantung pada skema pembiayaan yang tepat.
ISWMP mendampingi pemerintah daerah dalam merancang model pembiayaan yang realistis dan berkelanjutan, termasuk simulasi tarif retribusi yang disesuaikan dengan kemampuan masyarakat dan berbasis output layanan.
Dukungan Pemerintah Daerah: Pilar Kesuksesan
Kesuksesan ISWMP tak lepas dari komitmen pemerintah daerah.
Dalam audiensi bersama Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Barat pada 16 Mei 2024, Bupati Karawang H. Aep Syaepuloh, S.E menyatakan dukungan penuh terhadap seluruh komponen program.
“Kami siap menyelesaikan semua hal yang menjadi PR untuk mendukung program ini, terutama dalam mendorong Peningkatan Peran Aktif Masyarakat (PPAM). Salah satunya dengan membuat surat edaran tentang pemilahan sampah dari sumber ke seluruh instansi dan masyarakat.”
Langkah ini dinilai krusial untuk mempercepat perubahan perilaku masyarakat dan memperkuat pondasi regulasi dalam mendukung sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi.
Siap Pilah, Siap Berubah
Melalui ISWMP, Kabupaten Karawang membuktikan bahwa pengelolaan sampah bukan hanya soal teknis dan infrastruktur, tetapi juga soal budaya, kesadaran, dan kolaborasi lintas elemen masyarakat.
Perubahan perilaku menjadi kunci, dan proses ini dimulai dari hal-hal sederhana: edukasi warga, pendampingan kader lingkungan, dan dukungan regulasi yang jelas dari pemerintah.
Dari Mekarjati hingga Cirejag, perubahan nyata mulai terlihat. Warga mengenal dan mempraktikkan pemilahan sampah sejak dari rumah.
Kader lingkungan menjadi motor penggerak, rutin memberikan edukasi, memantau kebiasaan warga, dan memastikan pengelolaan sampah berjalan dengan baik.
Pemerintah desa dan kabupaten pun hadir dengan kebijakan yang mendukung keberlanjutan, termasuk penyediaan sarana pilah, komposter, dan jalur distribusi sampah ke bank sampah atau pengepul.
Hasilnya mulai terasa: volume sampah ke TPA berkurang, kualitas lingkungan meningkat, dan kesadaran warga tentang nilai ekonomi sampah tumbuh.
Lebih dari sekadar proyek, inisiatif ini membentuk ekosistem pengelolaan sampah yang partisipatif, di mana setiap pihak memiliki peran dan rasa tanggung jawab.
Dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan kader lingkungan, Karawang perlahan namun pasti membangun sistem pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan.
Ini menjadi bukti bahwa visi "Zero Waste to TPA" bukan sekadar jargon, tetapi target realistis yang bisa dicapai. Dan seperti yang telah dibuktikan Karawang, semuanya bisa dimulai dari langkah kecil—dari desa, dan dari kita semua.
Hijaukan Cianjur dari Rumah, Warga Sawahgede Jadi Pelopor Pilah Sampah Lewat Program ISWMP |
![]() |
---|
Membangun Budaya Pilah Sampah dari Rumah: Cerita Perubahan dari RT 19 Bagendung Kota Cilegon |
![]() |
---|
Jamaludin Malik Desak Pemerintah Perkuat Tata Kelola Sampah dan Sistem Peringatan Banjir |
![]() |
---|
Lewat Program ISWMP, Kabupaten Bandung Barat Buktikan Pemilahan Sampah Bisa Dimulai dari Rumah |
![]() |
---|
'Less, Better, No Plastic', Strategi Bertahap Hadapi Darurat Sampah Kemasan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.