HUT Kemerdekaan RI
Sepatu Paskibraka di Tolitoli dan Konawe Copot Mental saat Upacara Bendera, Simak Pengakuannya
Sepatu Paskibraka di Tolitoli dan Konawe Sulawesi Copot saat Upacara Pengibaran Bendera, aksi serupa pernah terjadi di Istana Negara.
Penulis:
Theresia Felisiani
"Sepatu kiri, itu karena faktor licin juga," jelasnya.
"Sama mungkin karena becek jadi agak tergeser sedikit," lanjut alumni Sekolah Dasar Negeri atau SDN 1 Lambuya ini.

Saat dirinya hendak memperbaiki sepatunya, barisan sudah berjalan.
Hingga sepatu kirinya terlepas dan terlempar pada saat belokan kanan kedua.
"Pas mau diperbaiki sudah langkah tegak pertama jadi terlempar sepatunya," ujarnya.
"Pas dua kali belok kanan," kata Fitra menambahkan.
Meski demikian, kata Fitra, dia tetap bertekad menyelesaikan tugasnya sebagai Paskibraka dengan baik.
Fitra tak terlalu memikirkan lagi kondisi kakinya tanpa satu sepatu.
"Karena sudah sering diingatkan sama pelatih apapun yang terjadi tetap jalankan," ujarnya.
"Meski ada kesalahan tetap dijalani saja," ucap Fitra menambahkan.
Apa itu Paskibraka?
Gagasan mengenai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka pertama kali muncul tahun 1946.
Bermula ketika Presiden Soekarno memerintahkan Husein Mutahar untuk menyiapkan pengibaran bendera pusaka, dalam rangka memperingati Proklamasi Kemerdekaan RI pertama.
Saat itu, ibukota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta dan bendera yang digunakan adalah bendera Merah Putih yang dijahit oleh Ibu Negara, Fatmawati Soekarno.
Mutahar punya keinginan agar pengibaran bendera dilakukan oleh pemuda dan pemudi dari seluruh Indonesia.
Namun, itu tidak memungkinkan karena masih dalam keadaan darurat.
Baca juga: Insiden Bendera Terbalik di Surabaya, Wali Kota Eri: Paskibraka Tunjukkan Mental Luar Biasa
Akhirnya, Mutahar hanya menghadirkan lima orang pemuda (3 putra dan 2 putri), jumlah yang melambangkan Pancasila.
Mereka bertugas mengibarkan bendera Pusaka Merah Putih di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta.
Sejak saat itu sampai 1949, pengibaran bendera di Yogyakarta dilaksanakan dengan cara yang sama.
Namun, anggora pengibar belum disebut sebagai Paskibraka.
Ketika ibu kota kembali ke Jakarta pada 1950, Mutahar tidak lagi menangani pengibaran bendera pusaka di Istana Merdeka, digantikan oleh Rumah Tangga Kepresidenan sampai 1966.
Pembentukan kelompok 17-8-45
Pada 1967, Husein Mutahar dipanggil Presiden Soeharto untuk kembali menangani masalah pengibaran bendera pusaka.
Mutahar kemudian mengembangkan formasi pengibaran menjadi 3 kelompok yang dinamai sesuai jumlah anggotanya, yaitu:
Pasukan 17: pengiring (pemandu).
Pasukan 8: pembawa bendera (inti).
Pasukan 45: pengawal.
Jumlah masing-masing anggota kelompok tersebut tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945 (17-8-45).
Pada waktu itu, Mutahar hanya melibatkan putra daerah yang menjadi anggota Pandu/Pramuka di Jakarta untuk melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka.
Dan mulai 17 Agustus 1968, petugas pengibar bendera pusaka adalah para pemuda dan pemudi utusan provinsi.
Pada 1969 bendera pusaka yang dijahit oleh Fatmawati dipensiunkan dan diganti dengan bendera duplikat untuk dikibarkan.
Sepatu Paskibraka Tolitoli Copot Tertinggal di Lapangan
Upacara pengibaran Bendera Merah Putih di Taman Gaukan Muhammad Bantilan, Kecamatan Baolan, Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah, berlangsung lancar, Minggu (17/8/2025).
Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) beranggotakan 33 orang berhasil mengibarkan Bendera Merah Putih tanpa rintangan.
Kendati demikian, insiden sepatu milik Paskibraka Tolitoli copot sempat mencuri perhatian.
Insiden itu bahkan sempat terekam kamera warga dan terunggah di media sosial.
Berdasarkan video diperoleh TribunPalu.com, insiden itu saat upacara pengibaran bendera merah putih.
Kala itu, sepatu Paskibraka putri terlepas sesaat setelah pengibaran.
Sepatu Paskibraka putri itu tertinggal di lapangan.

Kendati hanya mengenakan kaos kaki, langkah kaki Paskibraka putri itu tetap seiring dengan rekannya yang lain.
Proses pengibaran Bendera Merah Putih di lokasi itupun menuai pujian dari warga dan netizen.
Umumnya, anggota Paskibraka dibagi menjadi tiga kelompok:
Kelompok 17: Pengiring dan pemandu.
Kelompok 8: Pembawa dan pengibar bendera.
Kelompok 45: Pasukan pengawal.
Paskibraka Tolitoli merupakan pelajar pilihan daerah usai mengikuti seleksi ketat.
(tribun network/thf/TribunPalu.com/TribunJatim.com/TribunSultra.com)
Artikel ini telah tayang di TribunPalu.com dengan judul Viral Sepatu Paskibraka Tolitoli Copot saat Upacara Pengibaran Bendera,
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Sosok Fitra Paskibraka Konawe 2025 Viral Tetap Tegap Berjalan Meski Sepatu Copot Sebelah,
Artikel ini telah tayang di TribunnewsSultra.com dengan judul Momen Sepatu Anggota Paskibraka di Konawe Sulawesi Tenggara Terlepas, Disambut Tepuk Tangan,
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.