Sosok Nelayan Bitung Bertahan 11 Hari di Laut, Pulang Berkat Bantuan KBRI Tokyo
Nelayan Bitung Jufri Mokodompis selamat setelah 11 hari hanyut di Laut Filipina dan dipulangkan ke Indonesia oleh KBRI Tokyo.
TRIBUNNEWS.COM - Di balik tubuh yang kini terlihat lelah, tersimpan kisah perjuangan luar biasa seorang nelayan asal Bitung bernama Jufri Mokodompis .
Selama 11 hari ia terombang-ambing di lautan luas, bertarung melawan dingin, lapar, dan rasa takut, sebelum akhirnya diselamatkan kapal Jepang dan dipulangkan ke Indonesia lewat bantuan KBRI Tokyo.
Bitung adalah sebuah kota di Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia, yang terletak di timur laut Tanah Minahasa.
Wilayahnya mencakup daratan di kaki Gunung Dua Saudara dan Pulau Lembeh, menjadikannya strategis secara geografis untuk aktivitas maritim.
Bitung dikenal sebagai daerah dengan komunitas nelayan yang besar dan aktif. Sejarahnya dimulai sebagai desa nelayan, dengan masyarakat yang bergantung pada hasil laut, terutama ikan cakalang.
Bitung terletak di pesisir utara Sulawesi dan memiliki garis pantai sepanjang lebih dari 43 km, ditambah dengan pulau-pulau kecil seperti Pulau Lembeh. Kedekatan dengan laut menjadikan aktivitas perikanan sebagai pilihan utama mata pencaharian.
Topografi pesisir, keberadaan pelabuhan besar, dan kekayaan sumber daya laut menjadikan profesi nelayan sangat dominan di Bitung.
Lingkungan alam dan kebijakan pemerintah saling mendukung terciptanya komunitas maritim yang kuat.
Bitung kini menjadi pusat industri maritim di Sulawesi Utara, dengan pelabuhan modern dan kawasan perikanan tangkap yang sibuk.
Di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, ribuan kapal beroperasi setiap tahun, mendatangkan puluhan ribu ton ikan seperti cakalang, tuna, dan ikan pelagis lainnya.
Nelayan Bitung juga dikenal tangguh, seperti dalam kasus Jufri Mokodompis, seorang nelayan yang selamat setelah 12 hari hanyut di laut hingga diselamatkan di Jepang
Sebelum terjadinya musibah, pda Rabu 17 Juli 2025, Jufri tengah berada di rumpon untuk memantau hasil tangkapan ikan.
Saat itu, laut dalam keadaan tak bersahabat.
Gelombang tinggi menyebabkan rumpon hampir tenggelam dan tali pengikatnya putus.
Tanpa arah dan kendali, Jufri terombang-ambing hingga akhirnya ditemukan di Laut Filipina oleh kapal ASIA ENDEAVOUR, sebuah LNG Carrier berbendera Bahamas dengan MMSI 311000185 dan IMO 9610779.
Syachrul Afriyadi dari Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Sulut, kepada Tribun Manado melalui pesan Whatsapp, Selasa (12/8/2025), mengatakan, Kapal ini berlayar dari Ashburton, Selandia Baru menuju Tokyo, Jepang.
Tak berselang lama setelah menyelamatkan Jufri, kru kapal kemudian menghubungi pemilik rumpon dan pihak Bakamla Bitung.
Mereka ingin memastikan identitas korban serta memproses pemulangannya.
Jufri membawa dokumen identitas lengkap.
Meski begitu, pihak kapal tetap meminta dokumen tambahan terkait kewarganegaraan korban.
Tujuan meereka, untuk kelancaran proses saat tiba di Jepang.
Setelah kapal tiba di Jepang, korban langsung diarahkan ke KBRI.
"Diproses pemulangannya ke Indonesia," kata Syachrul.
Peristiwa hanyutnya rakit ini bukan yang pertama bagi Juma Sanali, pemilik rumpon.
Ia mengaku, rumpon miliknya sudah dua kali hanyut bersama orang yang sedang berjaga di sana.
Rumpon hanyut biasanya terjadi ketika sistem pengikat/penambat (mooring) gagal menahan rakit terhadap gaya gelombang, arus, dan angin.
Kegagalan itu bisa disebabkan oleh banyak faktor.
Mulai dari faktor alam (ombak besar, arus kuat), kegagalan material (tali putus, karat, chafe), desain mooring yang tidak memadai.
Bisa juga karena faktor manusia (pemasangan salah, pemeliharaan kurang).
KBRI Tokyo Fasilitasi Pemulangan Nelayan Bitung yang Hanyut Terkena Badai
KBRI Tokyo telah memfasilitasi penjemputan dan pemulangan seorang WNI Nelayan atas nama Sdr. Jufri Mokodompis yang ditemukan hanyut akibat badai.
Setelah 11 hari hanyut, Sdr. Jufri ditemukan di perairan Filipina oleh kapal "Asia Endeavor" yang berlayar menuju Jepang. Kapal Asia Endeavor kemudian berkontak dengan Japan Coast Guard dan Bakamla.
Mendapat laporan dari Japan Coast Guard atas ditemukannya Sdr. Jufri, KBRI Tokyo segera melakukan penjemputan saat kapal merapat di Chiba pada 2 Agustus 2025.
Selanjutnya Jufri ditampung di shelter KBRI Tokyo untuk pengurusan dokumen administrasi kepulangan.
Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Tokyo, Maria Renata Hutagalung menegaskan bahwa KBRI Tokyo akan selalu mengupayakan secara maksimal langkah-langkah pelindungan bagi WNI di Jepang,
“Dengan mengedepankan prinsip kolaborasi dengan berbagai pihak, KBRI akan terus mengupayakan upaya pelindungan terhadap WNI di negeri ini. Untuk Sdr. Jufri, kami juga mengucapkan terima kasih atas kerja sama dan dukungan yang diberikan oleh otoritas di Jepang sehingga proses kepulangan Sdr. Jufri dapat dilakukan dengan baik,” ujar Maria Renata Hutagalung.
Setelah seluruh pengurusan dokumen selesai dan pengecekan kesehatan, KBRI memfasilitasi kepulangan Sdr. Jufri kembali ke tanah air pada 12 Agustus 2025 melalui Bandar Haneda di Tokyo. Ketibaan Sdr. Jufri di Indonesia akan dikoordinasikan oleh Dit. PWNI Kementerian Luar Negeri (via Bandar Udara Soekarno Hatta di Jakarta dan Sam Ratulangi di Manado).
Artikel ini telah tayang di TribunManado.co.id dengan judul Kronologi Nelayan Bitung Sulut 12 Hari Hanyut di Perairan Filipina hingga Dibawa Kapal ke Jepang,
Sumber: Tribun Manado
Prakiraan Cuaca Manado, Sabtu 13 September 2025: Hujan Ringan di Siang Hari |
![]() |
---|
Heboh Tanggul Beton di Cilincing, Komisi IV DPR Bakal Panggil KKP |
![]() |
---|
Kisah Nelayan Terpaksa Putar Jalan imbas Tanggul Beton di Laut Jakut, KKP Tak Bisa Ambil Tindakan |
![]() |
---|
Viral Tanggul Beton di Pesisir Cilincing Ganggu Nelayan, Dinas Sumber Daya Air Jakarta Buka Suara |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Manado, Sabtu 6 September 2025: Didominasi Cuaca Berawan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.