Senin, 6 Oktober 2025

Selain Batalkan Kenaikan PBB, Bupati Pati Sudewo Hapus Aturan 5 Hari Sekolah Usai Dikecam Publik

Aturan 5 hari sekolah tersebut baru diterapkan sejak 14 Juli lalu, tetapi kini dipastikan hanya berjalan selama empat pekan.

Instagram.com/pemkabpati_
KEBIJAKAN KONTROVERSIAL SUDEWO - Foto Bupati Pati, Jawa Tengah, Sudewo diuntuh dari Instgaram @pemkabpati_, pada Kamis (7/8/2025). Aturan 5 hari sekolah tersebut baru diterapkan sejak 14 Juli lalu, tetapi kini dipastikan hanya berjalan selama empat pekan. 

TRIBUNNEWS.COM - Tidak hanya membatalkan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 250 persen, Bupati Pati, Jawa Tengah, Sudewo, juga menghapus kebijakan 5 hari sekolah di Kabupaten Pati, setelah mendapatkan kecaman publik.

Sudewo sebelumnya telah membatalkan kenaikan PBB 250 persen, setelah mendapat tekanan publik sedemikian besar.

Alasan Sudewo membatalkan kebijakan tersebut karena demi menciptakan situasi aman dan kondusif serta dalam rangka memperlancar perekonomian dan pembangunan Kabupaten Pati.

Kemudian, setelah itu, kebijakan 5 hari sekolah yang sejak awal sudah memicu kontroversi juga ikut dibatalkan.

Aturan 5 hari sekolah tersebut baru diterapkan sejak 14 Juli lalu, tetapi kini dipastikan hanya berjalan selama empat pekan.

Sehingga, pelaksanaan pembelajaran dikembalikan ke sistem sebelumnya, yakni 6 hari sekolah dalam sepekan.

Hal itu tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Bupati Pati nomor 400.3.1/303/M bertanggal 8 Agustus 2025 tentang Penyesuaian Hari Sekolah dan Penguatan Karakter Anak Melalui Kegiatan Keagamaan.

SK tersebut diserahkan secara simbolis oleh Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Pati, Andrik Sulaksono, kepada Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pati, KH Yusuf Hasyim, Jumat (8/8/2025) siang. Kegiatan ini berlangsung di Kantor PCNU Pati.

Sebelumnya, Alasan Sudewo  berencana menerapkan kebijakan itu karena menurutnya jam pelajaran yang lebih panjang justru bisa membuat anak-anak lebih produktif.

"Saya akan membuat kebijakan baru. Anak TK, SD, SMP hanya lima hari sekolah. Supaya otak yang sedang pemanasan, kemudian bekerja untuk selalu berpikir, jangan berhenti di tengah jalan."

"Kalau dia pulang jam 10, jam 11, otak belum bekerja, belum berpikir secara maksimal, dia sudah berhenti dan pulang ke rumah, itu tidak akan produktif," kata Sudewo, Rabu (30/4/2025), dikutip dari TribunJateng.com.

Baca juga: Warga Tetap Demo Tuntut Bupati Sudewo Diganti: Pati Akan Damai dan Sejahtera kalau Dia Mundur

Menurut Sudewo, jika otak dibiasakan bekerja terus dengan cara sekolah sampai sore, kemudian disambung kegiatan mengaji, lalu malam belajar lagi, para pelajar bisa memaksimalkan potensinya.

"Kalau terus dilatih seperti itu, produktivitasnya pasti tinggi. Untuk menghafal dapat kapasitas lebih besar. Sedangkan Sabtu-Minggu libur, refreshing otak, penyegaran kembali, bisa dimanfaatkan untuk acara keluarga bersama orang tua," ucap dia.

Kekhawatiran Masyarakat

Ketika kebijakan 5 hari sekolah masih menjadi wacana, masyarakat mengkhawatirkan kegiatan keagamaan di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) maupun Madrasah Diniyah (Madin) akan terganggu.

Sebab, dengan lima hari sekolah, jam belajar dipadatkan. Sehingga, sepulang sekolah anak telah terlalu lelah untuk mengikuti kegiatan di TPQ atau Madin.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved