Kedai Kopi dan Teh Titi Laras Solo: Cita Rasa Tradisional di Tengah Kota
Di tengah ramainya Pasar Gede Solo, terdapat sebuah kedai kecil yang menyuguhkan racikan kopi dan teh tradisional dengan konsep unik
Penulis:
timtribunsolo
Editor:
Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM – Di tengah ramainya Pasar Gede Solo yang dikenal sebagai pusat kuliner dan aktivitas masyarakat, terdapat sebuah kedai kecil yang menyuguhkan racikan kopi dan teh tradisional dengan konsep budaya yang unik.
Namanya Kedai Kopi dan Teh Titi Laras, berdiri sejak awal tahun 2022 dan kini menjadi salah satu destinasi favorit bagi para penikmat minuman autentik, baik dari dalam maupun luar kota.
Tribunners dapat menemukan lokasi Kedai kopi dan teh tersebut di Jl. Timur Pasar Gede, Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Kedai Titi Laras memiliki konsep sederhana namun berkarakter, dan bukan sekadar tempat minum kopi.
Ia menjelma menjadi ruang perjumpaan budaya, kehangatan interaksi, serta tempat beristirahat dari riuhnya pasar.
Filosofi dalam setiap namanya, racikan teh yang tidak selalu ada setiap hari, hingga suasana yang intimate menjadikan tempat ini punya keunikan tersendiri yang sulit ditemukan di tempat lain.
Perpaduan Nilai Jawa dan Jepang
Di balik eksistensi kedai ini, terdapat sosok Arka (33), pemilik sekaligus peracik utama di balik sajian kopi dan teh yang disuguhkan kepada pelanggan.
Arka menuturkan, keinginannya untuk memiliki kedai sendiri sudah tertanam sejak lama, namun baru bisa diwujudkan setelah melewati berbagai tantangan.
“Saya memiliki keinginan untuk membuka kedai sejak tahun 2017, tapi baru terealisasi pada tahun 2022, di tahun 2020 sebenarnya sudah ada rencana, tapi saat itu pandemi Covid-19 membuat saya harus menunda,” ujar Arka saat ditemui Tribunnews.com pada Rabu (6/8/2025).
Nama Titi Laras sendiri bukan sekadar nama biasa. Arka menyisipkan filosofi Jawa yang mendalam dalam setiap suku katanya.
Baca juga: Nilai Ekspor Teh dan Kopi Indonesia Tembus Puluhan Juta Dolar AS
“Sebagai orang berdarah Jawa, saya percaya bahwa penamaan suatu hal itu adalah doa, ‘Niti’ berarti berjalan, dan ‘Laras’ berarti seimbang, jadi manusia harus berjalan dengan seimbang, kalau istilah anak sekarang itu ya, ‘work-life balance’,” jelasnya.
Uniknya, selain unsur Jawa, Arka juga memadukan elemen budaya Jepang dalam visual kedai dan konsep yang ia bangun.
“Saya memang suka budaya Jepang, dan menurut saya, ada banyak keselarasan antara filosofi Jawa dan Jepang, jadi saya padukan saja. Selain itu, karena tempatnya terbatas, konsep Jepang yang minimalis juga cocok,” tambahnya.
Perjalanan Arka menjadi peracik kopi dan teh tidak ditempuh melalui jalur formal.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.