Imbas Pergerakan Tanah di Purwakarta, Puluhan Makam Dibongkar, Tol Cipularang Ikut Terancam
Puluhan makam di Pasirmunjul, Sukatani, Kabupaten Purwakarta, Jabar dipindahkan karena ikut terimbas bencana pergerakan tanah pada Sabtu (14/6/2025).
Penulis:
Nina Yuniar
Editor:
Nuryanti
Sementara itu, Jasamarga Metropolitan Tollroad Regional Division belum memberikan tanggapan mengenai bencana pergerakan tanah di Purwakarta yang berpotensi hingga ke Tol Cipularang.
Pergerakan tanah yang terjadi di Kampung Cigintung dan Sukamulya, Desa Pasirmunjul, itu terus meluas hingga ke objek vital nasional, Tol Cipularang, yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari lokasi terdampak.
Tribun mencoba menghubungi Marketing and Communication Department Head Jasamarga Metropolitan Tollroad Regional Division Plaza Tol Cililitan Jakarta, Panji Satriya, perihal langkah antisipasi yang disiapkan terhadap potensi bencana tersebut.
Tetapi, pihak yang bersangkutan belum bisa memberikan tanggapan karena masih didalami oleh tim teknis.
"Kalau sudah ada update terkait dampak ke jalan tol, kami segera update lewat release ya," kata Panji, Sabtu, dilansir TribunJabar.id.
Diketahui bahwa pergerakan tanah di Desa Pasirmunjul, lokasinya berada di sekitar Kilometer (KM) 91-93 Cipularang.
Sebelumnya, BPBD Jabar memperingatkan potensi bahaya meluas hingga ke objek vital nasional, Tol Cipularang, yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari lokasi bencana.
Pengamatan langsung yang dilakukan BPBD Provinsi Jabar bersama BPBD Kabupaten Purwakarta pada Sabtu pagi menunjukkan bahwa tanah di wilayah itu terus bergerak aktif.
Imbasnya, sejumlah rumah mengalami kerusakan berat dan ambruk, serta akses jalan penghubung antarwilayah pun turut terdampak.
“Pergerakan tanah sangat masif dan cukup mengkhawatirkan. Jika tidak segera ditangani, bisa merembet ke Tol Cipularang yang merupakan jalur vital nasional,” papar Kepala BPBD Jabar, Teten Ali Mulku Engkun kepada wartawan, Sabtu.
Penyebab

Bencana pergerakan tanah yang terjadi di Kampung Cigintung, diduga akibat kemiringan lereng yang agak curam hingga curam di sekitar lokasi gerakan tanah sehingga mengakibatkan tanah mudah bergerak.
Kepala Badan Geologi, M Wafid mengungkapkan bahwa penyebab lainnya yakni diperkirakan akibat tanah pelapukan yang tebal bersifat poros serta mudah jenuh.
“Berdasarkan interpretasi dari foto dan laporan dari BPBD Kabupaten Purwakarta, gerakan tanah berupa rayapan yang ditandai dengan munculnya retakan pada permukaan dan bangunan," jelas Wafid, Sabtu, dilansir TribunJabar.id.
"Gerakan tanah ini bergerak lambat namun sering menimbulkan dampak yang luas,” sambungnya.
Wafid menilai bahwa kondisi daerah bencana gerakan tanah itu, secara umum berupa perbukitan dengan kemiringan lereng yang agak curam hingga curam yang berada pada ketinggian 370 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.