Senin, 6 Oktober 2025

Kerjasama dengan UAE, Surabaya Jadi Kota Pertama Proyek Penanganan Sampah Plastik di Sungai 

Program ini akan dijalankan selama 3 tahun ke depan mulai 2025 ini dan diharapkan turut memperkuat koordinasi dan kolaborasi lintas lembaga pemerintah

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
Istimewa
SAMPAH PLASTIK - Surabaya akan menjadi kota pertama untuk implementasi program penanganan sampah plastik di sungai, hasil kerjasama Pemerintah Indonesia dan Uni Emirat Arab (UAE). Program ini untuk mencegah kebocoran sampah ke perairan laut Indonesia dan dijalankan melalui lembaga internasional UNDP di Indonesia dan Clean Rivers Ltd. yang berbasis di Abu Dhabi. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Surabaya akan menjadi kota pertama untuk implementasi program penanganan sampah plastik dari sungai hasil kerjasama Pemerintah Indonesia dan Uni Emirat Arab (UAE) untuk mencegah kebocoran di perairan laut Indonesia.

Pelaksanaan gelombang pertama progran ini di Surabaya difokuskan untuk mengurangi kebocoran sampah plastik sungai agar tidak hanyut ke perairan laut di Indonesia dan dijalankan melalui lembaga internasional UNDP di Indonesia dan Clean Rivers Ltd. yang berbasis di Abu Dhabi.

Program ini akan dijalankan selama tiga tahun ke depan mulai 2025 ini dan diharapkan turut memperkuat koordinasi dan kolaborasi lintas lembaga pemerintah, lembaga masyarakat dan komunitas agar dapat bersama-sama menangani sampah yang masuk ke badan sungai dan aliran sungai.

Sebuah tim yang dipimpin Rofi Alhanif, Asisten Deputi Ekonomi Sirkular dan Dampak Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pangan telah mengunjungi Surabaya pada 20 Mei 2025 dan melakukan audiensi dengan jajaran Pemerintah Kota Surabaya.

Tim juga meninjau langsung lokasi kegiatan di Kali Tebu, Surabaya

Sekretaris Daerah Kota Surabaya, Dr. Ikhsan SPsi MM menyatakan mendukung kerjasama ini, khususnya dalam penanganan sampah di Kota Surabaya yang memang sudah sangat mendesak.

Baca juga: VIDEO Kisah Perjuangan Hamdari, Petugas Penanganan Sampah Jaga Excavator di Kali Pesanggrahan

“Penanggulangan sampah di aliran Kali Tebu dibutuhkan untuk mencegah sampah masuk ke perairan laut. Dengan perlengkapan yang saat ini juga terpasang di aliran sungai, serta peran dari masyarakat di area tersebut, tentunya (kolaborasi) penanganan sampah di lokasi ini akan lebih maksimal,” kata Ikhsan kepada tim.

Tren pencemaran dan penanganan sampah di badan dan aliran sungai sendiri yang ada di kota-kota besar juga mendapat perhatian besar masyarakat.

Bentuk kewenangan terkait pengelolaan sungai di Indonesia turut menjadi tantangan tersendiri khususnya dalam menangani sampahdi bantaran dan aliran sungai.

Sejumlah temuan di lapangan menunjukkan, penanganan sampah sungai yang belum maksimal dan banyak bangunan liar yang ikut memicu sampah masuk ke aliran sungai serta kebocoran sampah sungai yang masih terus terjadi setiap hari.

“Dukungan program ini tentunya hanya satu dari berbagai upaya penanganan sampah yang kita kolaborasikan bersama, termasuk beberapa upaya lainnya seperti pendekatan sirkular ekonomi dan penanganan sampah yang turut dikelola oleh kelompok masyarakat,” ujar Rofi Alhanif. 

CEO Clean Rivers Ltd. Deborah Backus menambahkan, kerjasama yang dijalin dengan Pemkot  Surabaya ini merupakan bentuk komitmen lembaganya dalam menangani sampah plastik di sungai.

"Dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah UAE, kami bersama Pemerintah Kota Surabaya dapat melakukan transformasi penanganan sampah di sungai yang mengedepankan kolaborasi lintas lembaga pemerintah serta peran aktif dari masyarakat," ungkap Deborah Backus.

Saat ini, kapasitas penanganan sampah di TPA Benowo Surabaya saat ini terbatas sebanyak 1,530 ton/hari.

Dengan timbulan sampah yang mencapai 1,810 ton/hari, kondisi ini meninggalkan hampir 300 ton sampah per hari di Kota Surabaya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved