Tambang Nikel di Raja Ampat
Soal Tambang Nikel Raja Ampat, Mahasiswa Papua Sindir Bahlil: Kenapa Tak ke Pulau yang Dirusak?
Mahasiswa Papua murka soal tambang nikel Raja Ampat, sindir Bahlil dan Gubernur pencitraan, tuntut pencopotan dan aksi protes.
Editor:
Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, PAPUA – Aksi simbolik Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dan Gubernur Papua Barat Daya Elisa Kambu ke Pulau Gag menuai kritik tajam dari mahasiswa Papua pada Senin (9/6/2025).
Kunjungan itu dianggap hanya pencitraan dan menutupi kerusakan ekologis akibat tambang nikel di Raja Ampat.
Jansen Previdea Kareth dari Aliansi Pemuda dan Masyarakat Papua Peduli Demokrasi mempertanyakan kunjungan tersebut.
Ia menilai pejabat pusat dan daerah hanya datang untuk menyuguhkan narasi palsu.
“Menurut saya itu hanya pencitraan. Kenapa Gubernur dan Menteri tidak mengunjungi pulau-pulau yang telah dirusak?” katanya tegas, Senin (9/6/2025).
Jansen juga menuding video penyambutan Menteri Bahlil di Pulau Gag sebagai "rekayasa".
Ia menyebut hanya segelintir warga yang dilibatkan untuk menciptakan kesan positif.
“Itu pengondisian yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu untuk menciptakan kesan dukungan terhadap tambang. Ini bentuk kebohongan publik yang nyata,” lanjutnya.
Baca juga: Sosok Gus Fahrur, Ketua Tanfidziyah PBNU yang Jadi Dewan Komisaris PT Gag Nikel di Raja Ampat
Soroti Pelanggaran dan Dampak Ekologis
Dalam pernyataannya, Jansen membeberkan data dari Greenpeace bahwa lebih dari 500 hektare hutan telah dibabat.
Ia juga menyinggung ancaman terhadap ekosistem laut dan terumbu karang.
“Operasi tambang bukan hanya di Gag, tapi juga di Kawei, Batang Pele, dan Manuran,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa aktivitas tambang di pulau kecil dilarang berdasarkan UU No. 1 Tahun 2014 serta Putusan MK No. 35/PUU-XXI/202.
Jansen menyoroti keberadaan perusahaan asal Tiongkok, PT Anugrah Surya Pratama, yang disebut melakukan tambang di Pulau Manuran seluas 6.030 hektare tanpa sistem pengelolaan lingkungan.
“Kenapa Gubernur dan Menteri tidak mengunjungi pulau-pulau yang telah dirusak? Ini bentuk ketidakjujuran terhadap rakyat,” ujarnya kecewa.
Lebih lanjut, mahasiswa Papua berencana menggelar aksi unjuk rasa dan menyatakan mosi tidak percaya kepada Gubernur Elisa Kambu.
“Kepercayaan kami terhadap Gubernur Elisa Kambu semakin hilang. Kami akan menggelar aksi dalam waktu dekat,” kata Jansen.
Aksi dijadwalkan berlangsung di DPR Papua dan MRP Papua pada Rabu atau Kamis pekan ini.
Tuntutan utamanya adalah pencopotan Menteri ESDM dan mosi terhadap gubernur.
Baca juga: Melihat dari Dekat Lokasi Tambang PT Gag Nikel di Raja Ampat, Ada Kawasan Khusus Pengelolaan Limbah
Mahasiswa Katolik Tolak Tambang: “Paradoks Energi Hijau”
Dukungan penolakan juga datang dari UKM-KMK Santo Alexander Universitas Cenderawasih dalam bentuk aksi di lampu merah Waena, Jayapura.
“Kami ingin mahasiswa peka terhadap berbagai situasi di Papua, tidak menjadi apatis,” ujar Ketua UKM-KMK, Anthonius Semeya Turot.
Ia menyoroti paradoks transisi energi di Indonesia yang justru merusak lingkungan demi bahan baku hijau.
“Pendekatan ekstraktif ini mirip ekonomi kolonial gaya baru: sumber daya dikeruk, masyarakat ditinggalkan, dan lingkungan rusak,” tegasnya.
Ketua Sterling Committee, Erson Tapki Kalka, turut menyuarakan penolakan.
Ia mengingatkan bahwa masyarakat adat adalah penjaga terakhir benteng ekologi Papua.
“Ketika tambang masuk, bukan hanya lingkungan yang rusak, tapi juga nilai, budaya, dan hak hidup masyarakat adat,” katanya.
Erson mendesak pemerintah agar lebih mendengar suara masyarakat adat daripada suara modal.
“Raja Ampat lebih berharga dijaga daripada ditambang,” tutupnya tegas.
Artikel ini telah tayang di Tribunpapuatengah.com dengan judul Mosi Tak Percaya! Mahasiswa Papua Sebut Kunjungan Gubernur Elisa Kambu ke Pulau Gag Hanya Pencitraan,
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.