Akhmad Sekhu Tetap Optimis Tekuni Dunia Kepenulisan dan Sedang Siapkan Novel Baru
Akhmad Sekhu menekuni profesinya sebagai wartawan dan sekaligus juga sastrawan. Kedua profesi tersebut dilandasi dengan kemampuan menulis.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Setiap orang tentu punya garis hidupnya masing-masing. Begitu juga dengan profesi yang dijalaninya sudah menjadi suratan yang Tuhan tetapkan. Demikian diyakini Akhmad Sekhu, yang menekuni profesinya sebagai wartawan dan sekaligus juga sastrawan. Kedua profesi tersebut dilandasi dengan kemampuan menulis.
Sekhu tetap optimis dengan dunia kepenulisan yang ditekuni 30 tahun lebih, karya-karyanya telah terhimpun sekitar 70 buku lebih bersama dengan para penulis di seluruh pelosok Tanah Air dan kini sedang menyiapkan novel baru tentang seorang tokoh inspiratif pejuang kemanusiaan yang mengalami masa-masa revolusi kemerdekaan Indonesia.
“Kemampuan dapat menulis bagi saya adalah sebuah anugerah dari Tuhan, bahkan menulis sudah mendarah daging menjadi bagian penting dari hidup saya, “ kata Akhmad Sekhu kepada wartawan, di Jakarta, Senin (26/5/2025).
Baca juga: Ramai-ramai Kecam Dugaan Intimidasi Penulis Opini Kritik Penempatan Jenderal di Jabatan Publik
Lebih lanjut, lelaki kelahiran Tegal, 27 Mei 1971, menerangkan, dirinya minatnya pada dunia kepenulisan dipupuk sejak SD. “Sejak duduk di bangku SD saya sudah minat dengan dunia kepenulisan, dulu saya menulis menggunakan mesin ketik manual kemudian dijilid menjadi manuskrip berjudul ‘Nyanyian Sebelum Matahari Terpejam’, “ terang pemenang Lomba Cipta Puisi Perguruan Tinggi se-Yogyakarta (1999), Pemenang Lomba Mengarang Pahlawan Nasional Mohammad Husni Thamrin di Jakarta (2004), Pemenang Favorit Sayembara Mengarang Puisi Teroka-Indonesiana "100 Tahun Chairil Anwar" (2022), dan berbagai penghargaan lainnya.
Sekhu mengaku bukunya mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. “Buku saya ‘Cakrawala Menjelang’ mendapatkan sambutan khusus dari Sri Sultan Hamengku Buwono X. Sedangkan, buku saya ‘Memo Kemanusiaan’ yang terbit tahun 2022 mendapat apresiasi dari Eyang Titiek Puspa (almarhumah) dan Cinta Laura, “ ucapnya bangga.
Sekhu menyampaikan saat ini dirinya sedang menyiapkan sebuah novel tentang seorang seorang tokoh inspiratif. “Tentunya tokoh tersebut pejuang kemanusiaan yang mengalami masa-masa revolusi kemerdekaan Indonesia, gelegak semangatnya semangat 45 berkobar-kobar yang membuat saya sangat mengaguminya, kemudian menuliskannya dalam bentuk novel bigrafis,” ungkap penulis novel ‘Jejak Gelisah’, ‘Chemistry’ dan ‘Pocinta’ ini tampak begitu sangat bersemangat.
Menurut Sekhu, ia memang menekuni dua profesi yang didasari dengan kemampuan menulis.
“Saat liputan sebagai wartawan, saya konsentrasi dengan tugas jurnalistiknya, “ bebernya penuh keyakinan.
Sekhu menyampaikan saat tidak ada liputan, dirinya menulis puisi atau menulis cerpen.
“atau juga saya mencicil penulisan novel yang sampai sekarang dipersiapkan untuk diterbitkan, “ papar penulis yang selalu mengangkat kearifan lokal.
Bagi Sekhu, menulis bisa menjadi pekerjaan yang sebenarnya sangat menjanjikan sama seperti pekerjaan-pekerjaan lainnya.
“Sebenarnya dunia kepenulisan itu luas sekali kalau kita jeli dan mau serius menekuninya, misalnya kita menjadi ghostwriters untuk orang-orang yang sangat sibuk dan hanya punya ide serta tidak ada waktu untuk menuangkan dalam tulisan, kita mewujudkan idenya untuk menjadi tulisan, honornya alhamdulillah lumayanlah, “ tuturnya penuh rasa syukur.
Point plusnya menjadi penulis, kata Sekhu, nama kita diabadikan. “Buku-buku saya sudah banyak yang menjadi bahan penelitian skripsi para mahasiswa untuk meraih gelar sarjana, “ ucapnya bangga.
Sekhu menyampaikan keprihatinan penulis di Tanah Air yang masih kecil penghargaannya. “Kalau kita menerbitkan buku royalti hanya sekitar 10 sampai 12 persen saja, ini kan kecil sekali sehingga banyak penulis yang hidupnya memprihatinkan, “ ungkapnya prihatin.
Baca juga: Dugaan Intimidasi terhadap Penulis Opini, Koalisi Masyarakat Sipil: Ancaman Serius bagi Demokrasi
Sekhu membagikan pengalaman agar buku yang diterbitkan laku. “Kita harus memperluas jaringan pergaulan, tak hanya sesama penulis tapi lintas profesi, misalnya kita baru menerbitkan buku kabarkan ke banyak teman, pernah buku saya diborong pejabat, itu kan pejabat yang bagus karena peduli dengan nasib penulis. “ uraiannya.
Harapan Sekhu ke depan terhadap dunia kepenulisan bisa maju dan terus berkembang, tentu dengan terbuka mau berkolaborasi dengan para pekerja lainnya. “Saya tetap optimis dunia kepenulisan dengan dinamika perkembangannya yang dinamis seiring perkembangan zaman dan punya masa depan yang lebih baik, “ pungkas Akhmad Sekhu optimis.
Cerpen karya Akhmad Sekhu berjudul ‘Berangkat’ yang terinspirasi dari kisah nyata di desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, dijadikan film pendek berjudul ‘Krenteg’ (film berbahasa Tegal), yang diikutkan di Festival Film Tegal (FFT) 2019 memborong banyak penghargaan FFT, yakni Aktris Terpilih (Rita Riyani), Aktor Terpilih (Ghieffari Ardiyansyah), Sutradara Terpilih (Marjo Klengkam Sulam), Poster Terpilih dan Film Favorite.
Catatan tentang kesastrawanannya masuk dalam Bibliografi Sastra Indonesia (2000), Leksikon Susastra Indonesia (2001), Buku Pintar Sastra Indonesia (2001), Leksikon Sastra Jakarta (2003), Ensiklopedi Sastra Indonesia (2004), Gerbong Sastrawan Tegal (2010), Apa & Siapa Penyair Indonesia (2017), Direktori Penulis Indonesia (2023), dan lain-lain.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.