Selasa, 30 September 2025

Mbok Yem Dirawat di RS, Warungnya di Puncak Gunung Lawu Tetap Buka Pendaki Tak Perlu Takut Kelaparan

Para pendaki Gunung Lawu tak perlu khawatir, warung Mbok Yem di puncak Lawu tetap buka meski sang pemilik kini dirawat di RS. 

Kompas.com/ Anggara
MBOK YEM SAKIT - Warung Mbok Yem di puncak Gunung Lawu tampak depan. Para pendaki Gunung Lawu tak perlu khawatir, warung Mbok Yem di puncak Lawu tetap buka meski sang pemilik kini dirawat di RS.  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Warung Mbok Yem di puncak Gunung Lawu masih buka meski Mbok Yem kini dirawat di rumah sakit.

Sehingga para pendaki yang bakal mendaki ke Gunung Lawu tak perlu khawatir masih bisa mengisi perut jika kelaparan di puncak Lawu.

Termasuk untuk istirahat melepas lelah di warung Mbok Yem yang legendaris tersebut.

Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Saelan anak kedua Mbok Yem yang menjaganya di rumah sakit.

“Masih buka ada Muis sama Jarwo yang ada di warung,” ujarnya di RSU Aisyiyah, Jumat (7/3/2025).

Saelan mengatakan bahwa kedua orang asal Kediri dan Kecamatan Maospati itu sudah cukup lama membantu Mbok Yem berjualan.  

“Kalau Simbok turun, memang dua orang itu yang berjualan di warung. Seperti ini Simbok sakit, mereka ya berjualan,” katanya.

Baca juga: Mbok Yem Baru Mau Turun Gunung saat Penyakitnya Lumayan Parah, Keluarga Mohon Doa

Selama menjaga warung, Mbok Yem mengaku kerap memaksakan diri meski sedang sakit.

Ia tetap membuatkan telur goreng bagi pendaki yang sampai di puncak malam hari.

Bahkan, pukul 02.00 malam pun Mbok Yem tetap menyiapkan makanan jika ada yang singgah di warungnya.

“Kemarin itu sakit gigi, enggak bisa tidur. Kadang sampai jam 12 malam enggak tidur. Jam 2 malam itu masih goreng telur karena ada pendaki yang lapar."

"Kalau capek baru tertidur," ucap Mbok Yem.

Baca juga: Sosok Mbok Yem, Pemilik Warung Legendaris di Lawu Turun Gunung karena Sakit, Jualan sejak 1980

Saelan mengaku tidak bisa berbuat apa-apa jika Mbok Yem tetap nekat berjualan meski usianya sudah memasuki 82 tahun.

“Dilarang pun tidak bisa karena kalau di rumah yang dipikir bagaimana orang-orang yang naik gunung bisa makan,” ucapnya.

Saelan mengaku bahwa jiwa orangtuanya itu sudah tidak memikirkan untung atau rugi berjualan di Puncak Gunung Lawu.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan