Sabtu, 4 Oktober 2025

Nyawa Nelayan Batam Hampir Melayang Diintimidasi Kapal Patroli Singapura Saat Melaut di Pulau Nipah

Neyalan Batam hampir mati karena kapal patroli Polisi Maritim Singapura mengintimidasi mereka saat sedang memancing.

Editor: Hasanudin Aco
Foto via Tribun Batam
Kapal Patroli Maritim Singapura menghantui kapal nelayan dengan bermanuver di laut. /Foto: TangkapanLayar 

 

 

TRIBUNNEWS.COM, BATAM -  Intimidasi yang dilakukan kapal patroli polisi Maritim Singapura terhadap nelayan Batam sungguh mengerikan.

Hampir saja nyawa para nelayan yang sedang mencari ikan di laut Indonesia itu melayang.

Nelayan Batam yang tinggal di Belakang Padang, Muhammad Efendi (31), menceritakan pengalamannya itu.

Bersama 8 rekan-rekannya sesama nelayan saat itu memancing di perairan dekat Pulau Nipah, wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

Ia dan rekan-rekannya hampir mati karena kapal patroli Polisi Maritim Singapura mengintimidasi mereka saat sedang memancing.

Polisi Singapore sengaja dengan membuat gelombang yang membuat kapal nelayan tenggelam.

Kapal patroli berukuran besar bermanuver dilokasi kapal nelayan berukuran kecil. 

"Kami biasa mancing disana tapi dianggap menggangu oleh Polisi Singapore, tiba-tiba kapal patroli mereka bermanuver dilokasi buat ombak kuat sampai kawan kami terlempar ke laut," ujar Efendi menceritakan kejadian yang dialaminya, Sabtu (28/12/2024). 

Baca juga: Kapal Patroli Singapura Intimidasi Nelayan Batam yang Sedang Cari Ikan di Laut

Ia mengaku lokasi dirinya dan rekan-rekan ketika turun memancing di perairan itu, masih dalam batas perairan Indonesia. 

"Kami ada bawa GPS handphone, itu masih di periaran Indonesia. Dari dulu kami sering mancing disitu," katanya. 

Namun pihak Singapore mengklaim bahwa tempat nelayan itu memancing masuk kedalam perairan Singapore. 

"Disana ada timbunan yang mereka klaim punya mereka. Padahal dulu tidak ada itu laut Indonesia. Akibat adanya timbunan tanah yang membuat batas perairan tersebut semakin sempit," kata dia. 

  Nelayan asal Belakang Padang yang tercebur kelaut akibat hempasan ombak kuat kapal patrli Polisi Marine Singapura menceritakan pengalaman mengejutkan yang saat memancing di perairan dekat Pulau Nipah
Nelayan asal Belakang Padang yang tercebur kelaut akibat hempasan ombak kuat kapal patrli Polisi Marine Singapura menceritakan pengalaman mengejutkan yang saat memancing di perairan dekat Pulau Nipah ()

Efendi menjelaskan bahwa sebelum adanya timbunan tersebut, para nelayan di daerah itu merasa aman dan tidak pernah mengalami masalah saat memancing di perairan yang kini menjadi batas antara Indonesia dan Singapura

"Dulu kita mancing dengan tenang, tidak pernah diusir oleh pihak Singapura. Daerah itu memang sudah menjadi tempat kami mencari nafkah sejak dulu, dari zaman nenek moyang hingga menggunakan mesin modern," kata Efendi.

Namun, situasi berubah setelah adanya timbunan yang mempersempit wilayah perairan tersebut, yang kini dianggap sebagai wilayah teritorial Singapura

"Disana ada Pulau Tunas, Air Merbabu, pulau Pesek dan lainnya yang mereka klaim milik mereka," jelas dia. 

Ia menjelaskan, kejadian memanas pada tanggal 24 Desember 2024, ketika Efendi dan rekannya, termasuk Mahathir yang berusia 18 tahun, diterjang oleh aparat Singapura saat mereka sedang memancing.

 "Mereka memutar perahu kami dengan keras, hingga satu orang jatuh ke laut. Mahathir terjatuh, tapi dia berhasil naik lagi, hanya untuk diputar sekali lagi. Kami hampir karam," bebernya. 

"Kami tetap diusir, meskipun tidak ada insiden yang sama seperti tanggal 24. Tapi kami harus keluar demi keselamatan," jelas dia. 

Mahathir yang saat itu didampingi Efendi tak dapat berkata-kata. Ia hanya bisa terdiam, wajahnya masih trauma atas kejadian yang dialami. Terlempar ke lait, lalu berupaya naik kapal namun dihempas ombak kapal patroli kembali. 

"Untuk saya tak kena kipas mesin, kalau tak bise mati saya. Putus tangan kena kipas, untuk abang saya cepat bantu," tuturnya.

Meski telah mengalami insiden tak sedap, Mahathir mengaku akan tetap datang memancing kelokasi itu. 

"Tak takut saya, dari masig kecil saya sudah mancing dibawak bapak kesitu. Tak pernah ada masalah, sekarang jadi masalah. Laut nenek moyang kami itu," ketusnya kesal. 

Disamping itu, Efendi pun berharap ada tindakan dari pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini. Pihaknya meminta pemerintaj turun langsung dan memastikan daerah teritorial agar nelayan tradisional nyaman dalam melaut. 

 "Kami meminta pemerintah untuk melihat masalah ini dengan serius. Kami tahu batas wilayah mereka, dan jika kami salah masuk, kami siap untuk keluar. Tapi kami berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi," ujar Efendi.

Seperti diketahui Kota Batam berbatasan dengan negara Singapura.

Negara yang luasnya seukuran Jakarta itu kerap mengintimidasi para nelayan Indonesia, meski para nelayan masih mencari ikan di wilayah peraian Indonesia.

Himpunan Nelayan Mengecam Tindakan Singapura

Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kepulauan Riau, Distrawandi, mengecam keras aksi intimidasi yang dilakukan oleh Marine Police Singapura terhadap nelayan tradisional Belakang Padang. 

Ia menilai tindakan tersebut sebagai bentuk arogansi yang melampaui batas.

"Kami mengutuk keras tindakan Marine Police Singapore terhadap nelayan tradisional Belakang Padang, Batam, Kepri. Apa maksud dan tujuannya? Mereka ini hanya nelayan kecil yang mencari nafkah!" ujar Distrawandi.  

Pihaknya meminta pihak Singapore memberikan klarifikasi atas apa yang terjadi terhadap nelayan Batam. Sebab, dugaan tindakan itu dilakukan Polisi Laut Singapura

"Itu membahayakan sampai ada yang jatuh kelaut," kata dia. 

Kepala Cabang Dinas Kehutanan dan Perikanan Provinsi Kepri Syahrul menyayangkan adanya tindakan yang dilakukan oleh polisi Singapore. "Kami sesalkan seharusnya tidak boleh seperti itu. Kan bisa dengan cara-cara yang baik," kata dia. 

Dikatakannya, DKP akan menyuarakan permasalahan tersebut ke pihak Singapore agar tidak melakukan hal-hal yang arogan dengan nelayan Batam.

"Kami akan suarakan ini agar mereka bisa lebih manusiawi lah terhadap nelayan kita," jelas dia. 

Selain itu, pihaknya akan membantu nelayan Kepri dengan peralatan yang memadai agar dapat melaut dengan aman. "Tapi yang jelas perlakuan itu yang sayangkan," tutup dia

Artikel ini telah tayang di TribunBatam.id dengan judul Cerita Nelayan Batam Hampir Mati Diganggu Polisi Singapore Saat Melaut, Sempat Jatuh Dari Kapal

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved