Kisah Transformasi Desa Singopuran, dari Tumpukan Sampah ke Ladang Berkah
BUMDes Singopuran Mapan menjadi titik balik kebangkitan warganya untuk bertranformasi ubah sampah jadi berkah
Penulis:
Facundo Chrysnha Pradipha
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Di ujung tahun 2020, ketika tempat penampungan sampah (TPS) di Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, resmi ditutup, Desa Singopuran menghadapi krisis besar.
Dengan ketiadaan tempat pembuangan yang memadai, ancaman sampah menumpuk dan mengganggu keseharian warganya seolah menjadi bayang-bayang gelap.
Namun, justru dari keterdesakan itulah, secercah cahaya muncul membawa perubahan yang tak hanya menyelesaikan masalah, tetapi juga membuka jalan menuju keberkahan bagi desa ini.
Berbekal semangat dan keberanian, pemerintah Desa Singopuran, melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Singopuran Mapan, mengambil langkah nekat.
Yakni mendirikan TPS mandiri. Lahan seluas 2.000 meter persegi dipilih sebagai lokasi TPS, tak jauh dari pusat desa, berbatasan dengan Desa Paulan, Karanganyar.
Dengan tembok sederhana setinggi dada orang dewasa, TPS ini menjadi pusat pengelolaan sampah bagi warga Singopuran.
Eka Yulianta, Direktur BUMDes Singopuran, masih ingat bagaimana ide ini lahir.
“Saat TPS kecamatan ditutup, kami sadar harus bergerak sendiri. Awalnya hanya untuk menimbun sampah warga, tetapi seiring waktu, kami melihat potensi lebih besar,” kenangnya,
Langkah awalnya sederhana: merekrut tenaga penggerobak sampah untuk mengangkut limbah rumah tangga dari sekitar 1.000 hingga 2.000 kepala keluarga.
Dengan tarif mulai dari Rp10 ribu hingga Rp30 ribu per bulan, tergantung kawasan, mereka mulai membangun sistem pengelolaan mandiri.
Namun, titik balik terjadi saat mereka memutuskan untuk tidak hanya membuang sampah, tetapi mengolahnya menjadi kompos. Sampah yang terkumpul dipilah, diolah menggunakan mesin daur ulang, dan dikemas menjadi pupuk organik.

Kompos ini, kata Eka, menjadi “berkah baru” bagi desa. “Warga kami mayoritas petani. Dengan kompos, mereka bisa mendapatkan pupuk murah, sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan.”
Keberhasilan pengelolaan sampah ini tak luput dari perhatian Bank Rakyat Indonesia (BRI). Pada 2021, Desa Singopuran terpilih sebagai salah satu peserta program Desa BRILian. Program ini bertujuan memberdayakan desa-desa potensial melalui pelatihan, pendampingan, hingga peluang kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan.
“Kami sudah tiga kali ikut seleksi Desa BRILian dan pernah masuk 20 besar. Ini motivasi besar untuk terus mengembangkan potensi desa kami,” ungkap Eka. Melalui program ini, BUMDes Singopuran mendapat pendampingan dalam pengelolaan administrasi hingga pengembangan produk.
BRI juga memberikan dukungan lebih luas kepada warga desa. Kepala Desa Singopuran, Sih Harjiyanto, menyoroti peran BRI dalam memfasilitasi kebutuhan petani melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Selain itu, bantuan berupa bibit alpukat dan kelapa dari BRI memperkuat sektor pertanian desa.
BUMDes Singopuran kini tak hanya berhenti pada kompos.
Mereka sedang menjajaki kerja sama dengan perguruan tinggi di Kota Solo untuk mendistribusikan produk pupuk organik ke pasar yang lebih luas.
Bahkan, pengembangan pupuk tabur organik sedang direncanakan sebagai produk unggulan baru.
“Harapan kami ke depan, pupuk ini bisa dijual ke luar desa, membuka peluang ekonomi baru bagi warga,” kata Sih Harjiyanto.
Ia optimistis, dengan jumlah warga sekitar 7.800 jiwa yang sebagian besar petani, produk ini akan menjadi penopang perekonomian sekaligus memperkuat keberlanjutan lingkungan.
Visi Jadi Desa Unggul
Program Desa BRILian BRI memiliki visi besar, menciptakan desa-desa unggul yang mampu menjadi inspirasi bagi daerah lain.
“Kami ingin desa-desa dalam program ini menjadi role model yang menunjukkan bahwa kolaborasi, inovasi, dan keberlanjutan bisa membawa kemajuan,” ujar John Sarjono, Regional CEO BRI Yogyakarta.
Bagi Desa Singopuran, perjalanan ini bukan hanya tentang mengelola sampah, tetapi juga mengubah mentalitas—dari ketergantungan menjadi kemandirian, dari masalah menjadi peluang.
Di bawah naungan tembok setinggi satu meter di TPS sederhana, tak hanya sampah yang diolah.
Harapan, keberanian, dan semangat warga Desa Singopuran juga dipupuk, tumbuh subur bersama tanaman-tanaman petani yang mereka dukung.
Desa ini tak hanya bangkit dari keterpurukan, tetapi juga melangkah jauh ke depan, menjadi teladan bagi desa-desa lainnya.
Hingga akhir tahun 2023, BRI sebagai bank yang terus berkomitmen kepada UMKM telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi hingga interkoneksi.
Konsep revitalisasi tenaga pemasar mikro (mantri) yang menjadi financial advisor dengan konsep penguasaan ekosistem suatu wilayah menjadi backbone pelaksanaan
program - program pemberdayaan yang BRI miliki, seperti Desa BRILiaN, Klasterku hidupku, Figur Inspiratif Lokal (FIL), hingga Linkumkm, platform pemberdayaan online.
Program desa brilian, pemberdayaan yang berbasis ekosistem desa dengan 4 pilar utama sebagai kunci sukses indikator pemberdayaan, yakni sustainability, digitalisasi, inovasi dan optimalisasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).
Program yang dimulai tahun 2020 tersebut, sudah mencetak lebih dari 3.100 desa yang mampu menjadi desa yang sejahtera yang ditandai dengan peningkatan ekonomi masyarakat melalui inklusi dan literasi keuangan masyarakatnya.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.