Sebelum Tewas Dianiaya, Santri di Kediri Ketakutan dan Minta Tolong ke Ibunya: Sini Jemput Ma
Santri di Kediri tewas usai dianiaya seniornya, sempat kirim pesan ke ibu dan minta dijemput karena takut berada di pesantren.
TRIBUNNEWS.COM - BBM (14), santri di sebuah pondok pesantren di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, menjadi korban penganiayaan hingga tewas.
Sebelum tewas, BBM ternyata sempat minta dijemput oleh ibunya, Suyanti (38).
Permintaan itu disampaikan korban melalui pesan lewat aplikasi WhatsApp (WA) sekira seminggu sebelum tewas.
Dalam pesan itu, korban juga mengungkapkan ketakutannya saat berada di pondok pesantren.
"Sini jemput bintang. Cepat ma ke sini. Aku takut ma, maaaa tolonggh. Sini cpettt jemput," kata korban yang disampaikan melalui tulisan pesan WA kepada ibunya, dikutip Kompas.com, Senin (26/2/2024).
Suyanti mengungkapkan, beberapa hari sebelum meninggal dunia, sang anak kerap menghubunginya.
Dalam komunikasi itu, BBM meminta untuk dijemput.
Namun, korban tak menjelaskan alasan mengapa ingin segera dijemput orang tuanya.
"Dia minta dijemput. Tak tanya alasannya kenapa, ndak disebutkan. Intinya minta dijemput gitu," ungkap Suyanti.
Bahkan, kata Suyanti, anaknya itu juga sempat melakukan panggilan video.
Menanggapi keinginan anaknya itu, Suyanti hanya meminta BBM bersabar hingga bulan Ramadhan.
Baca juga: Fakta Santri Tewas di Kediri: 4 Tersangka Ditangkap, Pihak Ponpes Tak Tahu jika Dianiaya
Namun, BBM menolak dan tetap minta untuk dijemput.
"Sabar tunggu Ramadhan enggak bisa ta nak? Enggak, kata dia. Begitu jawabnya singkat dalam pesan WA yang saya terima," terang Suyanti.
Suyanti menjawab pesan tersebut ke sang anak demikian, karena posisi saat itu sedang berada di Bali.
Suyanti ketika itu tengah bekerja bersama kakak korban.
"Terus ketika mau saya jemput sehari setelahnya, katanya tidak usah. Sudah enak dan nyaman begitu katanya," tandas dia.
Kemudian pada Sabtu (24/2/2024), Suyanti dikejutkan dengan kepulangan sang putra dalam kondisi sudah tak bernyawa.
Jenazah BBM dipulangkan ke rumahnya di Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi oleh pengurus pondok.
Turut dalam mengantar jenazah korban kakak sepupunya yang juga mondok di tempat yang sama.
Hal yang membuat histeris pihak keluarga lantaran kondisi jasad korban penuh luka.
Kakak BBM, Mia Nur Khasanah mengatakan, kecurigaan keluarga berawal dari ceceran darah dari keranda yang dipakai untuk membawa korban.
Keluarga kemudian meminta agar kain kafan pembungkus tubuh korban dibuka.
Permintaan itu awalnya dicegah oleh sepupu korban.
"Tapi kami tetap ngotot karena curiga," kata Mia, dikutip dari TribunJatim.com.
Alasan sepupu korban melarang pembukaan kain kafan lantaran jenazah sudah disucikan.
Baca juga: Alasan Santri Pelaku Penganiayaan di Malang Tak Ditahan, Korban Disetrika dan Alami Luka Bakar
Tapi pihak keluarga yang diselimuti kecurigaan terus memaksa agar kain kafan korban dibuka.
Saat kain kafan dibuka, keluarga korban terperangah dengan kondisi tubuh BBM yang penuh dengan luka.
Menurut Mia, sejumlah luka yang dialami adiknya seperti bekas jeratan di leher, tulang hidung korban patah, serta luka mirip dengan bekas sundutan rokok pada kaki korban.

"Ini pasti bukan karena jatuh, tapi dianiaya," terang Mia.
Mendapati kondisi korban yang tak wajar, pihak keluarga kemudian melapor ke Polsek Glenmore.
Usai mendapat laporan, pihak kepolisian lantas melakukan visum terhadap jasad korban di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyuwangi.
Dari hasil visum itu ditemukan sejumlah luka di tubuh korban.
"Benar ada luka," kata Kasat Reskrim Polresta Banyuwangi, Kompol Andre Vega, Senin (26/2/2024), dilansir TribunJatim.com.
Kendati demikian, pihaknya belum bisa memastikan penyebab luka tersebut.
"Penyelidikan dari Polres Kediri," tambahnya.
Sementara itu, dari hasil penyelidikan Polres Kediri, korban tewas karena aksi pengeroyokan yang dilakukan oleh rekan sesama santri.
Penganiayaan itu terjadi di lingkungan pesantren dan dilakukan oleh empat orang santri.
Kapolres Kediri Kota, AKBP Bramastyo Priaji mengatakan, pihaknya telah menetapkan keempat santri tersebut sebagai tersangka.
Baca juga: Viral Santri di Malang Setrika Juniornya di Ruang Laundry, Ngaku Emosi Saat Korban Tanyakan Baju
"Empat orang kita tetapkan sebagai tersangka dan kita laksanakan penahanan lebih lanjut," ujarnya di hadapan awak media, Senin, mengutip Kompas.com.
Adapun identitas keempat tersangka yakni MN (18) seorang pelajar kelas 11, MA (18) pelajar kelas 12, AF (16) asal Denpasar, dan AK (17).
Pihak Pesantren Tak Tahu Korban Dianiaya
Di sisi lain, pihak pondok pesantren awalnya tak mengetahui bahwa korban tewas karena dianiaya seniornya.
Pengasuh Pesantren Al Hanifiyah, Fatihunada mengaku mendapat kabar salah satu santrinya meninggal pada Jumat (23/2/2024).
Sepengetahuan pria yang disapa Gus Fatih itu, korban meninggal karena terpeleset di kamar mandi.
"Saya dikabari (kondisi) sudah meninggal. Dapat laporan itu karena jatuh terpeleset di kamar mandi," ujarnya, Senin.
Fatih pun mengaku tak tahu menahu terkait kejadian penganiayaan yang dialami korban.
"(Perihal penganiayaan) tidak tahu sama sekali. Jadi di luar prediksi saya dugaan semacam itu. Lha wong dari awal bilangnya terpeleset," tandas dia.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Mondok di Kediri, Santri asal Banyuwangi Diduga Tewas Dianiaya, Jasad Penuh Luka Disebut Terpeleset
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunJatim.com/Aflahul Abidin, Kompas.com/Rizki Alfian Restiawan)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.