Kecelakaan Kereta Api di Bandung
Andrian Pramugara KA Turangga Lebih Manja & Romantis pada Sang Istri Sebelum Meninggal Kecelakaan
Sebelum Andrian meninggal dalam tabrakan kereta api itu, tak ada firasat apa pun yang dirasakan keluarga.
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Pramugara Kereta Api (KA) Turangga, Andrian, menjadi salah satu korban meninggal dalam peristiwa tabrakan kereta api di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jumat (5/1/2024) kemarin.
Kecelakaan tersebut melibatkan KA Turangga dan KA Commuter Bandung Raya yang beradu banteng dalam satu jalur lintasan.
Selain Andrian, dua korban meninggal lain yakni masinis Julian Dwi Setiono, masinis KA Commuter Bandung Raya, dan Ponisa, asisten masinisnya.
Kepergian para korban meninggalkan kesedihan bagi keluarga dan orang-orang terdekat mereka. Termasuk Nunung Nurhayati (60) dan Endang Kurnia (65), orang tua dari Andrian.
Baca juga: Kecelakaan Kereta di Cicalengka, Wapres Maruf Amin: Itu Betul-betul Fatal
Sembari membenamkan wajah pada telapak tangannya, Nunung menangis tersedu-sedu memanggil nama anaknya.
Dalam tangisnya yang tak terbendung itu, Nunung bertanya: dengan siapa dia kini akan berbagi hari-harinya?
"Mamah jeung saha (Mamah nanti dengan siapa)?" kata Nunung sambil terus menangis.
Sejumlah orang berseragam PT Kereta Api Indonesia (KAI) mendekatinya dan mencoba menenangkan Nunung.
Begitu juga suaminya, Endang, yang sejak awal duduk di sampingnya.
Adrian (30), adalah pramugara asal Kampung Bale Kambang RT/Desa Sukamaju, Majalaya, Kabupaten Bandung.
Pada saat kecelakaan terjadi dia sedang bertugas di KA Turangga jurusan Surabaya-Bandung.
Andrian meninggalkan istrinya, Elsi Rosdiana (30), dan kedua anaknya, Faiza Hoirul Gibran (7) serta Bryan (2 minggu).
Kakak ipar Ardiansyah, Robby Dzulfaqor Noor (34), mengatakan menurut jadwal Andrian seharusnya tiba di rumah pada Jumat (5/1/2024) kemarin setelah bertugas dari Surabaya.
Namun, alih-alih Andrian pulang, keluarga malah mendapatkan kabar duka.
Baca juga: Kronologi Kecelakaan Kereta Turangga di Bandung Versi Petugas: Getarannya Lama, Lampu Tiba-tiba Mati
"Kami tahu tadi sekitar pukul 10.00 melalui orang tua. Kemarin Ardiansyah sempat WhatsApp bahwa yang bersangkutan tugas ke Surabaya. Saya tadi telepon nomornya. Aktif tapi enggak diangkat," kata Robby di sekitar lokasi kejadian.
Tak sabar ingin tahu bagaimana nasib adiknya, Robby, yang tinggal di Rancaekek, bergegas menuju RSUD Cicalengka.
"Saya sempat ke RSUD, tapi belum ada jenazah adik saya. Saya langsung ke TKP," katanya.
Meninggalnya Andrian menyisakan luka dan duka mendalam bagi Robby, umumnya bagi keluarga. Sebab, meski berposisi sebagai ipar, bagi Andrian tak ada kata ipar.
"Ke saya sudah seperti ke kakak kandung. Tak ada beda bagi dia apakah ibu kandung atau mertua, sama-sama dia berbuat baik."
Robby menjelaskan, sebelum Andrian meninggal dalam tabrakan kereta api itu, tak ada firasat apa pun yang dirasakan keluarga.
Tapi, ada gelagat aneh yang dilakukan Andrian kepada istrinya, yakni terlihat lebih manja.
"Enggak ada yang aneh, cuman kata Mamah, almarhum itu ke istrinya ada yang beda, lebih manja, romantis," katanya.
Baca juga: 4 Pegawai KAI Tewas Dalam Kecelakaan Kereta di Bandung, Penumpang Selamat dan Telah Dievakuasi
Sempat Tak Percaya Julian Meninggal
Kesedihan serupa dirasakan keluarga masinis Julian Dwi Setiono.
Suasana duka menyelimuti kediaman orang tuanya di Kompleks Bukit Permata, RT 2/22, Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat.
Dua buah karangan bunga ucapan belasungkawa dari berbagai pihak terpajang di depan rumah duka.
Sejumlah tetangga silih berganti berdatangan melayat meski jenazah Julian masih berada di RSUD Cicalengka.
"Saya mendengar kabar (Julian kecelakaan dalam tabrakan kereta api) tadi pagi di dalam kereta jurusan Sukabumi-Cipatat kebetulan saya mau ke Bandung," ujar Iah Khodijah (48), mertua Julian saat ditemui di rumah duka, Jumat (5/1/2024).
Iah mengaku mendapat kabar yang mengejutkan tersebut dari istri Julian atau anak kandungnya, suami, dan teman-temannya.
Kemudian bersama pihak keluarganya yang lain langsung datang ke rumah duka.
"Setelah mendapat kabar itu rasanya lebih dari kaget, bukan kaget lagi, enggak percaya karena sebelumnya habis kumpul-kumpul dan enggak ada firasat apapun," kata Iah.
Selama ini Julian dan istrinya Santika Pujasari (28) serta anak perempuannya yang baru berusia 3 tahun tinggal di Kompleks Mekarsari Eco Living, Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat.
"Biasanya kalau kerjanya shift pagi, Julian berangkat dari rumahnya jam setengah 2 atau jam 2," ucapnya.
Pemberangkatan pada jam tersebut ternyata menjadi yang terakhir bagi Julian karena ia mengalami kecelakaan hingga meninggal.
Dimakamkan di TPU Legok Astana
Jenazah masinis KA Commuter Line Bandung Raya, Julian Dwi Setiyono (28) dimakamkan di TPU Legok Astana, Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jumat (5/1/2024) malam.
Julian adalah satu satu dari empat korban meninggal dunia akibat tabrakan KA Commuter Line Bandung Raya dengan KA Turangga 63A di jalan Petak Cicalengka-Haurpugur, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jumat pagi.
Jenazah Julian tiba pukul 18.49 WIB dengan diantar mobil ambulans dari RSUD Cicalengka, lalu diserah terimakan kepada keluarga.
Kemudian, disalatkan di masjid terdekat hingga akhirnya dimakamkan pada pukul 20.00 WIB.
Saat pemakaman, sejumlah warga dan perwakilan dari PT KAI mengantarkan jenazah Julian ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Keluarga Julian tak henti-hentinya mengusap air mata saat berada di pemakaman.
"Mewakili manajemen PT KAI, saya menyampaikan duka sedalam-dalamnya atas dipanggilnya salah satu pegawai terbaik kami, bapak Julian Dwi Setiyono," ujar EVP Human Capital Management PT KAI, Ida Hidayati dalam sambutannya di rumah duka, Jumat (5/1/2024).
Menurut Ida, Julian meninggal dunia pada hari yang baik mengingat selama ini almarhum juga merupakan orang baik dan meninggal pun dengan cara yang baik karena ia sedang bekerja mencari nafkah bagi keluarganya.
"Hari ini, Jumat 5 Januari 2024 Allah memanggilnya, beliau meninggal sedang bekerja untuk mencari nafkah, berjihad untuk keluarga, jadi dia sedang menunaikan ibadah," katanya.
Julian bergabung dengan PT KAI sejak tahun 2014 silam.
Kariernya berkembang hingga bisa menjabat sebagai seorang masinis muda di PT KAI sejak tahun 2019 hingga sekarang.
"Pendidikan terakhir beliau SMK Pusdikhubad dan lulus di tahun 2013. Dia dilahirkan di Bandung pada 31 Juli 1995 dan meninggalkan satu orang istri dan satu anak perempuan berusia 3 tahun," ucap Ida.
Rencananya Julian akan dimakamkan di TPU sekitar rumah orangtuanya.
"Iya dimakamkan di sini, anak saya (istri Julian), suami saya, dan adik almarhum masih di rumah sakit," kata Iah Khodijah. (tribun network/iki/man/dod)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.