Kamis, 2 Oktober 2025

GEGER Anak Panti Asuhan di Bolaang Mongondow Dilecehkan dan Dijadikan Budak, Pelaku Pemuka Agama

Diduga ada tujuh anak panti asuhan yang diduga alami pelecehan seksual dan YLBHI-LBH Manado telah melaporkan kasus itu ke Polda Sulawesi Utara

Editor: Eko Sutriyanto
ISTIMEWA
Ilustrasi pelecehan seksual seks - - Anak-anak sebuah panti asuhan di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara diduga menjadi korban pelecehan seksual oleh pengurus panti asuhan. 

Laporan Wartawan Tribun Manado Arthur Rompis

TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Anak-anak sebuah panti asuhan di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara diduga menjadi korban pelecehan seksual oleh pengurus panti asuhan.

Mirisnya, pelaku yang berinisial FP (46) yang adalah seorang pendeta atau hamba Tuhan. 

Tak hanya kekerasan seksual, mereka diduga dianiaya serta dipekerjakan secara paksa. 

Menurut Satryano Pangkey, Pengabdi Bantuan Hukum YLBHI-LBH Manado kepada tribunmanado.co.id, ada tujuh anak panti asuhan yang diduga alami pelecehan seksual.

"Kasus ini sudah kami laporkan ke Polda, kami harap ditangani dengan baik," katanya Minggu (4/9/2022). 

Hawa (bukan nama sebenarnya, -red), seorang anak panti asuhan, mengaku pernah mengalami pelecehan seksual oleh FP. 

Baca juga: LPSK Ungkap Kejanggalan Hasil Temuan Komnas HAM soal Dugaan Pelecehan Seksual Putri Candrawathi

"Saya pernah diminta memijat sampai pantatnya Father,” ucap dia. 

 Tak hanya itu, FP sering meminta beberapa anak perempuan memijatnya bersamaan dan sambil diurut, tangan FP tidak diam. 

“Di kamar kadang ada dua anak, terus kami disuruh memijat bersama-sama, lalu dia menyentuh kami,” katanya. 

Ada lagi perilaku Father -panggilan anak-anak panti asuhan kepada FP- yang aneh karena kerap mengintip anak anak mandi. 

“Kalau kami yang perempuan sedang mandi, dia meminta agar pintunya tidak ditutup lalu dia melihat kami mandi," katanya. 

Satryano Pangkey mengatakan, jumlah anak yang tinggal di panti asuhan itu per tahun 2021 berkisar 46 anak dengan mayoritas anak perempuan.

Panti asuhan tersebut sudah ada sejak belasan tahun yang lalu, dan masih beroperasi hingga hari ini.

Besar kemungkinan masih ada korban lain yang enggan bersuara.

Keluarga mereka masih menutupi, bahkan ada yang memilih keluar dari desa untuk menghindar dari musibah yang lebih pelik. 

Beberapa tahun lalu ada juga anak lain yang sempat melaporkan sebagai korban kekerasan seksual ke Polres Bolaang Mongondow, tapi sama, hasilnya nihil.

Laporan tidak diproses.

Korban yang melapor saat itu belum diketahui kabarnya sekarang.

Di usianya yang ke-14, Bunga (bukan nama sebenarnya, -red), ditinggal sang ibu.

Ibunya meninggal, menyusul ayah Bunga yang sudah meninggal 5 tahun sebelumnya. 

Bunga pun menjadi yatim piatu. 

Baca juga: LPSK Ungkap Kejanggalan Hasil Temuan Komnas HAM soal Dugaan Pelecehan Seksual Putri Candrawathi

Suratan takdir membawanya tinggal di sebuah panti asuhan di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. 

Dirawat di panti asuhan itu, keluarga yang masih tersisa punya harapan besar pada Bunga. 

Mereka memimpikan Bunga dapat cepat move on, menyongsong masa depan bahagia, unggul dalam pengetahuan, dan kuat dalam iman. 

Maklum saja, pengasuh panti asuhan itu adalah seorang Gembala atau Pendeta berinisial FP (46).

Istri FP pun berprofesi pewarta firman.

Namun harapan tinggal harapan, yang indah dalam angan-angan, tapi menyakitkan dalam realitas.

Bukannya move on, Bunga malah kian depresi.

Ia diduga jadi korban pelecehan seksual dan penganiayaan yang diduga dilakukan FP karena mengalami pukulan batin. 

Harga dirinya hancur dan ia merasa jadi orang paling malang di dunia bahkan nyaris mengakhiri hidup. 

Jika hidup adalah penderitaan, lebih baik ia mati menyusul ayah dan ibunya. 

"Dia terduga pelaku," kata Satryano Pangkey, Pengabdi Bantuan Hukum YLBHI-LBH Manado kepada tribunmanado.co.id, Minggu (4/9/2022). 

Begitu tiba di panti asuhan, ia langsung diperlakukan dengan tidak layak oleh FP. 

Baca juga: Aktor Terkenal Jepang Habis Kariernya Gara-gara Pelecehan Seksual Dilakukan Tahun 2019

Bunga diminta memijit FP, sedangkan FP mulai menyentuh Bunga.

Jika menolak, FP akan menyuruh Bunga kerja berat.

Sejumlah rekan Bunga yang juga menjadi korban pernah dipukul karena melawan.

Saat Bunga menginjak SMK dan berumur 17, perilaku FP kian menjadi-jadi. 

FP yang kerap dipanggil Father oleh penghuni panti, tak hanya meminta dipijat, tapi meminta Bunga memegang alat vital FP. 

Hal tersebut terjadi rutin 3-4 kali sepekan. 

Bunga yang tak tahan akhirnya melarikan diri dari panti asuhan pada 2021. 

Hanya bermodalkan sandal dan pakaian di badan, kondisinya sangat nelangsa. 

Tak ada tempat berteduh, pun mengadu.

Ia sempat berpikir akan mati menyusul ayah dan ibunya. 

Bunga lantas tinggal di Manado bersama kakaknya lalu kembali Bolmong, ke rumah paman dan bibinya. 

Ia yang awalnya periang, jadi pemurung. Bunga sering menyendiri dan tatapannya kosong.

Dia jadi malas makan, lebih sering menangis di pojok kamar. 

Sang paman dan bibi yang sudah mencium gelagat buruk, lantas menanyai bunga. Ia pun mengaku telah dilecehkan. 

Satryano Pangkey menuturkan, tim LBH Manado turun ke lokasi untuk menyelidiki.

"Terungkap semuanya ada tujuh orang anak jadi korban, bahkan ini bisa bertambah," kata dia. 

Sebutnya, korban sudah melapor ke Polda Sulut.

Ia berharap Polda Sulut serius menangani kasus ini.

Artikel ini telah tayang di TribunManado.co.id dengan judul Perbudakan Berkedok Panti Asuhan di Bolaang Mongondow Sulawesi Utara, Ini Kisah Sedih Para Penghuni

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved