Kamis, 2 Oktober 2025

Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara Tertinggi Kasus Stunting di Provinsi NTT 

Sebanyak 48 dari 100 anak di Timor Tengah Selatan dan sebanyak 46 dari 100 anak di Timor Tengah Utara mengalami stunting.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO
PENCEGAHAN STUNTING - Kader Posyandu mengukur tinggi badan balita dalam pemeriksaan rutin satu bulan sekali di Taman Posyandu Delima, RW 03 Kelurahan Madyopuro, Kota Malang, Kamis (19/12/2019). Setelah sukses mengoptimalisasikan Posyandu Balita untuk menurunkan angka stunting di Kota Malang dari 22 persen ke 17,8 persen, Pemkot Malang berencana mengembangkan Posyandu Remaja untuk edukasi reproduksi dan upaya hidup sehat sejak remaja. Dengan edukasi dan pemahaman kesehatan yang tersosialisasikan secara luas, Pemkot Malang optimis dapat menekan angka stunting di Kota Malang. SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO 

"Namun yang menarik adalah, meskipun masyarakat mengalami kesulitan mendapatkan bahan pangan yang bergizi seperti ikan dan telur, namun anak-anak balita di sana sudah terbiasa mengkonsumsi makanan minuman ringan seperti teh kemasan dan juga sehari-hari minum susu kental manis,” paparya.

Lebih lanjut, Arif Hidayat mengingatkan bahwa mengatasi stunting tidak selesai hanya dengan bantuan pangan.

Masing-masing daerah memiliki karakteristiknya sehingga dalam mengatasi kejadian stunting diperlukan pendekatanan berbasis daerah dan sinergisitas dengan masyarakat setempat, salah satunya dengan menggerakkan kader-kader penyuluh kesehatan masyarakat di wilayah tersebut.

“Hingga saat ini, kami telah memberikan pembekalan terhadap lebih dari 10 ribu kader PP Muslimat NU, dimana mereka siap meneruskan lagi pengetahuan tersebut ke masyarakat dan lingkungan sekitarnya, melalui kegiatan-kegiatan berbasis sosial dan keagamaan yang rutin dilakukan Muslimat NU,” beber Arif Hidayat.

Ketua PCNU Kab Timor Tengah Selatan di Kota So’e,  Muhammad G.Arifudin mengakui sanitasi dan asupan gizi keluarga menjadi pemicu tingginya angka gizi buruk di wilayahnya.

“Kalau dilihat saat ini, memang NTT ini hijau, karena saat ini sednag musim hujan. Saat nanti musim kemarau, akan terlihat merah dan saat inilah masyarakat akan kesulitan air. Ini juga erat kaitannya dengan kemiskinan, anak makan seadanya termasuk minum susu kental manis di sini itulah susu yang dikonsumsi anak-anak,” kata sekretaris MUI NTT ini.

Tingginya angka stunting di NTT menjadi perhatian khusus bagi Dinas Kesehatan Kota Kupang dalam penanganan stunting.

Dalam edukasi yang dilakkan di kota Kupang, Riris Yunita Damanik S.Gz. MPH.Si dari Dinas Kesehatan Kota Kupang, mengatakan,  sudah seharusnya edukasi gizi menjadi prioritas di NTT mengingat angka kejadian stunting di NTT masih sangat tinggi. Selain itu kebiasaan-kebiasaan masyarakat terkait gizi anak memang memgkhawatirkan.

“Masih banyak anak yang belum 6 bulan tapi sudah diberi pisang dan bubur. Juga yang menjadi persoalan adalah ibu-ibu lebih suka memberi mpasi untuk anak berupa bubur instan, padahal banyak sumber pangan yang bisa di olah.

Termasuk susu kental manis, masyarakat masih terbiasa menggunakannya sebagai minuman susu untuk anak,” kata Riris Yunita Damanik. Lebih lanjut, Riris mengatakan akan mendorong institusinya agar perhatian terhadap edukasi mengenai cara konsumsi susu kental manis menjadi perhatian dinas setempat karena selama ini belum ada sosialisasi mengenai bahaya konsumsi kental manis.

Erna Yulia Soefihara, Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU mengatakan PP Muslimat NU akan terus menyampaikan edukasi mengenai gizi kepada masyarakat terutama kader-kader NU.

Sebab, pemahaman mengenai gizi berkaitan langsung dengan kesehatan anak dalam keluarga.

“Saat anak terkena stunting, yang pertama kali terganggu itu adalah otak anak. Begitu anak lahir, otak anak tidak berkembang sebagaimana mestinya,” jelas Erna Yulia Soefihara.

Sebelumnya, PP Muslimat NU bersama YAICI juga telah melakukan edukasi dan penelusuran lapangan di sejumlah kota di Indonesia diantaranya kota-kota di Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Yogyakarta, Maluku hingga Kepulauan Riau.

Lebih lanjut, Erna juga menambahkan, selain di Kupang, NTT, PP Muslimat NU bersama YAICI juga telah melakukan edukasi di Jawa Timur, yakni di Banyuwangi dan Sidoarjo. Erna menegaskan edukasi ini untuk membatasi konsumsi gula harian.

“Gula adalah media yang paling disenangi sel-sel kanker. Jadi sebaiknya konsumsi makanan minuman tinggi gula ini sebaiknya dihindari. Makanya penderita kanker sebaiknya membatasi konsumsi gula, apalagi susu kental manis, ini sangat disukai oleh sel-sel kanker untuk tumbuh,” pungkas Erna.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved