Selasa, 30 September 2025

Wawancara Eksklusif

Jurus Walikota Kediri Pulihkan Ekonomi Saat Pandemi, Hampir Menangis (1)

Banyak yang tidak percaya dengan adanya covid-19, namun tersadar setelah ada keluarganya yang meninggal. Wali Kota Kediri terus meyakinkan..

Editor: cecep burdansyah
Tribunnews
Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar (kiri). 

TRIBUNNEWS.COM, KEDIRI - Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar sempat dibuat puyeng dan kalang kabut menyusul melonjaknya kasus positif Covid-19 di Kota Kediri.

Semula hanya dua atau lima kasus, tiba- tiba melonjak menjadi 100 sampai 150 kasus dalam sehari. Apalagi lonjakan kasus juga disertai dengan menipisnya stok pasokan oksigen di Kota Kediri.

"Jujur saja saya sempat kaget. Namun sudah kami prediksi, bahwa ada kasus di India yang sedemikian rupa, lalu ada mutasi virus varian delta. Yang menjadi kekhawatiran utama adalah oksigen. Kita cukup khawatir karena persediaannya langsung menipis dan itu berlangsung dua minggu." kata Wali Kota Abu Bakar kepada Direktur Pemberitaan Tribun Network yang juga Pemimpin Redaksi Harian Surya Febby Mahendra Putra di Balai Kota Kediri, Selasa (24/8).

Bahkan, lanjutnya, setiap hari pihaknya selalu menanyakan soal oksigen yang belum datang.

"Gimana caranya, datang kita kawal dengan mobil polisi dari Gresik ke sini. Itu oksigen cair. Lalu kita minta tolong salah satu suplier oksigen yang kebetulan dulu sebelum pandemi covid melayani industri, kita jadikan untuk melayani kesehatan," ungkap  wali kota yang akrab dipanggil Mas Abu itu.

Selengkapnya simak wawancara eksklusif dengan Mas Abu berikut ini. 

Boleh dong cerita sedikit selama masa PPKM Darurat yang terjadi di wilayah Kota Kediri?

Jadi selama PPKM Darurat ini di awal kami masih baik-baik saja. Ada tambahan dua, lalu lima, lalu nol lagi. Tapi beberapa hari setelah PPKM Darurat, tepatnya semingguan ternyata kasusnya langsung eksponensial mencapai 50, 100 bahkan 120.

Jujur saja saya sempat kaget. Namun sudah kami prediksi, bahwa ada kasus di India yang sedemikian rupa, lalu ada mutasi virus varian delta membuat kami menghidupkan tempat-tempat yang tidak kita gunakan kita hidupkan lagi.

Tadinya rumah sakit sudah mulai kendor, lalu kita push lagi. Ayo kita siapkan lagi. Tak lama setelah itu angka bed occupancy rate (BOR)  meningkat lagi dan bahkan ada yang menunggu di depan UGD sampai 25 orang.

Ada yang meninggal. Jadi kita puyeng tidak karuan. Tapi Alhamdulillah kita bisa sesegera mungkin mengendalikan.

Yang menjadi kekhawatiran utama adalah oksigen. Kita cukup khawatir karena persediaannya langsung menipis dan itu berlangsung dua minggu.

Setiap hari kita tanya oksigen-oksigen belum datang. Gimana caranya datang kita kawal dengan mobil polisi dari Gresik ke sini. Itu oksigen cair, lalu kita minta tolong salah satu suplier oksigen yang kebetulan dulu sebelum pandemi covid melayani industri, kita jadikan untuk melayani kesehatan.

Ketika BOR tinggi apa yang dirasakan? Stres atau mengurangi waktu tidur Pak Wali?

Kita waktu itu sempat hampir membuat surat kalau ada rumah sakit yang tidak menyediakan ruang isolasi akan kita tarik izinnya.

Sampai sempat seperti itu. Kata-kata itu sudah saya munculkan dan saya sampaikan kepada Dinas Kesehatan. Karena ada rumah sakit yang tidak menyediakan tempat untuk isolasi. Sekarang setiap rumah sakit harus ada.

Ternyata benar, ada ibu hamil yang kena. Lalu ada saja orang yang tidak disangka-sangka yang kena.

Bagaimana tingkat kepatuhan warga Kota Kediri terhadap protokol kesehatan dan rule of the game di PPKM? Seberapa tingkatnya?

Tingkat kepatuhan sudah 70 persen, cukup tinggi. Kadang-kadang yang agak susah itu yang suka nongkrong di warung dan kafe agak susah. Didatangi petugas bubar, kemudian balik lagi.

Sepanjang yang diketahui Pak Wali apa masih ada warga Kota Kediri yang tidak percaya dengan Covid-19?

Waktu pertama kali saya berkomunikasi dengan teman, sahabat, komunitas dan keluarga saya. Di awal-awal ada yang tidak percaya kalau covid itu ada. Setiap tahun ada saja yang mati.

Tapi setelah PPKM mikro dampaknya sangat terasa sekali, yang biasanya mendistribusikan vaksin susah, menjadi gampang.

Lalu yang biasa orang yang tidak percaya, menjadi percaya, mau pakai masker dan macam-macam. Karena kemarin banyak yang kena, bahkan keluarganya ada yang meninggal. Seperti ibunya, kakaknya, adiknya ada  yang meninggal.

Sehingga akhirnya menjadi pelajaran yang berharga bagi kita semua. Bahwa covid itu ada, walaupun sebagian orang mengatakan bahwa covid itu virus buatan. Itu realitanya ada dan kita hadapi di dunia.

Dulu saya sering dimaki-maki, trus gimana caranya perekonomian dan macam-macam. Padahal di dunia sama seperti ini. Nah itu artinya kita harus survive bersama-sama. Siapa yang mampu membantu yang lemah, jadi seperti itu.

Sepanjang mengurus PPKM Darurat ada cerita yang unik terkait dengan masyarakat, rumah sakit dan oksigen bahkan terkait dengan vaksinasi?

Banyak sekali. Ada yang sudah kena tapi tidak mau diisolasi terpusat. Padahal rumahnya sudah tidak layak. Ini muncul dari anaknya.

Saya bilang jangan egois. Kita lihat orang tuanya sudah sepuh dan punya komorbid gula, bahkan PCR juga positif sehingga harus ke isolasi terpusat supaya tidak menular ke keluarganya satu rumah.

Apalagi kamar mandinya satu, kejadian itu bukan lucu bagi saya, tapi sangat menyentuh di hati. Kita hampir nangis melihat seperti itu. Trus mereka menitipkan kepada kita, ada yang meninggal.

Salah satu ikhtiar yang dilakukan banyak negara termasuk Indonesia adalah vaksinasi. Berapa persen vaksinasi yang sudah dilakukan di Kota Kediri?

 Vaksinasi di Kota Kediri yang dosis pertama sudah 67,9 persen dan dosis kedua 42,83 persen.

Apa ada target menyelesaikan sisanya untuk Kota Kediri?

Targetnya menghabiskan vaksin yang diberikan pemerintah pusat. Saya berikhtiar dan berkomitmen semua warga harus divaksin.

Kalau diangkakan seharusnya berapa warga di Kota Kediri yang harus mendapatkan vaksinasi?

Saat ini sudah 150.000 warga sudah divaksin dari jumlah kurang lebih 200.000 usia 17 tahun ke atas. Kurangnya sekitar 50.000 an.

Apa ada yang masih resisten, harusnya divaksin tapi tidak mau di luar alasan kesehatan?

Ada yang autoimun. Ada juga yang masih menunggu vaksin yang bagus. Seperti menunggu vaksin Moderna atau Pfizer. Tapi jumlahnya kecil sekali.

Apa ada yang sama sekali tidak mau di luar alasan klinis?

 Ada saja. Tapi akhirnya orangnya meninggal. Alasannya sudah lansia dan tidak pernah keluar rumah.

Tapi saya bilang meski tidak keluar rumah, tapi putra putrinya tetap keluar rumah bekerja. Akhirnya menjadi masalah.

Sedangkan lansia-lansia yang sudah kita vaksin ada yang kena tapi sembuh. Beliau-beliau juga punya komorbid yang banyak. Sehingga vaksin sangat membantu sekali bagi warga Kota Kediri.

Dulu agak susah, vaksin halal atau tidak. Dari babi atau tidak. Sekarang sudah tidak ada lagi, mungkin sudah banyak pengetahuan.

Di luar faktor kesehatan, pandemi Covid 19 juga menyasar perekonomian. Bagaimana upaya untuk warga Kota Kediri supaya tidak mengibarkan bendera putih karena PPKM berlanjut-lanjut?

Kalau dari awal 2020 kami mencoba mendorong pelaku UMKM di Kota Kediri untuk mengubah market share. Kalau sebelumnya market share di Kota Kediri dan sekitarnya, kali ini saya dorong untuk go digital.

Mereka harus mengubah polanya, kebiasaan untuk jualan di market place. Kemudian kita panggil Tokopedia, Grab dan GoJek supaya teman-teman di UMKM bisa menerima algoritma dan cara motonya bagaimana.

Kalau pandemi covid ini panjang dan berkelanjutan mereka sudah terbiasa dengan hal itu. Alhamdulillah beberapa di antaranya sudah ada yang berhasil. Selain itu juga diajarkan untuk berjualan di media sosial.

Kalau yang sudah besar kita menganggap mereka bisa menghidupi dirinya sendiri atau mampu survive sendiri, meski mereka juga ikut terdampak. Karena yang kita prioritaskan untuk UKM (usaha kecil menengah) dan IKM (industri kecil menengah).

Sepanjang pemberlakuan PPKM apa ada pihak-pihak yang memprotes melalui wali kota?

Di awal-awal ada yang protes. Kalau sekarang sudah tidak ada. Sekarang frekuensinya sudah sama. Tapi yang masih ngengkel-ngengkel ada, tapi kecil sekali.

Sebagai bagian dari pemerintah bagaimana upaya untuk menjalankan protokol kesehatan supaya tidak sampai terinfeksi dan menjalani karantina?

Saya baru melakukan swab kalau dapat kabar orang yang bertemu saya ada yang kena. Kemudian saya berinisiatif untuk swab, tapi tidak sampai swab setiap minggu.

Untuk asupan menambah protein seperti telur dan ikan. Aktivitas saya olahraga bersepeda juga kena matahari.

Apa ada di antara kenalan, kerabat dan sahabat yang terkena covid sampai berakibat fatal?

Ada yang kematian nenek saya karena covid. Sebenarnya sudah agak baikan keluar dari ICU, kemudian masuk ICU lagi. Karena kehabisan ICU sehingga mengantre ke rumah sakit yang ada ICU. Setelah sempat dirawat beberapa hari dan akhirnya meninggal.

Ada juga teman-teman yang dekat juga banyak yang tidak percaya. Tapi tahu-tahu ada yang meninggal. Untungnya saya selalu menyampaikan kalau ada teman-teman yang membutuhkan bantuan, saya siap membantu.

Ada juga adik kelas saya, saya mencarikan plasma konvalesen dan sampai sekarang masih memakai oksigen. Itu memang di luar nalar kita, padahal usianya masih muda.

Ada juga yang sudah sepuh yang terkena, tapi sembuh juga banyak sekali. Makanya saya juga bingung.(didik mashudi)

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved