Kecelakaan Maut Bus di Tikungan Harmoko, 3 Bocah dan 1 Orang Dewasa Tewas, Ini Kronologinya
Kecelakaan maut yang melibatkan sebuah bus terjadi di tikungan Harmoko, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) Sumatera Selatan.
Editor:
Endra Kurniawan
“Saya kurang tahu pak, saya tidur saat itu. Pas bangun ketika mobil sudah terbalik, jumlah penumpang sekitar 33 kalau nggak salah. Dari padang ke Jakarta," ujarnya.
Sementara itu, Kasat Lantas Polres Muba AKP Betty Purwanti SIK, membenarkan perihal kecelakaan tersebut saat ini pihaknya telah menerjunkan tim ke loksi.
“Ya benar, tim sudah menuju lokasi. Sopir bus yang membawa mobil melarikan diri,” ujarnya.
Baca juga: Menyalip Sambil Geber Gas Motor, Pemuda Ini Tewas Dikeroyok, Sempat Dikira Korban Kecelakaan
Sejarah Tikungan Harmoko
Sering makan korban, ternyata begini sejarah dari Tikungan Harmoko.
Dilansir dari berbagai sumber, sejak dulu di kecamatan Bayung Lencir tepatnya di desa Senawar Jaya ada sebuah tikungan.
Pada tahun 1989, di tikungan ini terjadi kecelakaan yang menimpa rombongan Pejabat Tinggi Negara Indonesia yakni rombongan Menteri Penerangan di era Orde Baru H. Harmoko.
Rombongan Harmoko yang menggunakan Bus Pemda mengalami kecelakaan saat melintasi tikungan diketahui sedang melakukan perjalanan Safari Ramadhan.
Gara-gara kejadian tersebutlah muncul julukan Tikungan Harmoko oleh masyarakat Bayung Lencir.
Entah apa yang sebenarnya terjadi, namun hingga saat ini di daerah tersebut sering terjadi kecelakaan.
Hal ini juga bisa dikarenakan tikungan tersebut berada ditebing curam dengan tikungan ganda.
Baca juga: Kronologi Kecelakaan Maut di Bone, Mobil Seruduk Kios, 3 Warga Tewas, Ada yang Masih Anak-anak
Siapa Harmoko?
H. Harmoko lahir di Patianrowo, Nganjuk, Jawa Timur, 7 Februari 1939 dalah politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan Indonesia pada masa Orde Baru, dan Ketua MPR pada masa pemerintahan BJ Habibie.
Dia pernah menjabat sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia, dan kemudian menjadi Menteri Penerangan di bawah pemerintahan Soeharto.
Pada permulaan tahun 1960-an, setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas, ia bekerja sebagai wartawan dan juga kartunis di Harian Merdeka dan Majalah Merdeka.