Jumat, 3 Oktober 2025

Kisah Remaja 16 Tahun Hidup Sendirian di Rumah Reot, Ibu Meninggal, Ayah Pergi dan Nikah Lagi

Bocah usia 16 tahun hidup sendirian di sebuah rumah yang reot. Ia adalah Siti Nuraida, siswi Kelas 10 SMK di Pandeglang.

Editor: Miftah
TribunBanten.com/Marteen Ronaldo Pakpahan
Siti Nuraida (16) dan keponakan Asiyah (8) tinggal saat ditemui di rumah reyotnya di Desa Cimanggu, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Rabu (7/4/2021). Aida sejak usia tiga tahun sudah ditinggal ibundanya yang meninggal dunia dan ayahnya yang menikah lagi. 

Tak lama kemudian, ayahnya pergi meninggalkan rumah setelah menikah dengan perempuan lain dan tak kunjung kembali,

Sejak saat itu, ia hanya mendapat perawatan dan kasih sayang dari kakak perempuannya yang belum beranjak dewasa serta saudara yang juga tinggal bertetangga.

Dan saat berusia 13 tahun atau masuk sekolah SMP, kakak perempuannya memutuskan menikah dan mengharuskan tinggal bersama suami di wilayah lain, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang.

Sejak itu, ia mulai hidup mandiri.

Untuk makan sehari-hari, kadang ia memasak sendiri. Namun, ia juga kerap makan di rumah saudaranya yang tinggal tidak jauh dari rumahnya.

Dan pada awal 2021 atau tiga bulan lalu, Aida mendapat tanggung jawab baru.

Sang kakak perempuannya bercerai dan memutuskan merantau bekerja di Jakarta.

Sang kakak menitipkan anaknya bernama Aisyah yang masih berusia 8 tahun kepadanya.

Aida kini duduk di kelas 10 di SMK Cimanggu, sedangkan keponakannya bersekolah di SDN 1 Cimanggu.

"Tinggal sejak kecil di sini sejak 2005. Ibu saya sudah tidak ada sejak saya berumur tiga tahun. Ayah saya sudah meninggalkan saya sejak masih kecil, kawin lagi," kenang Aisyah saat ditemui TribunBanten.com di rumahnya.

Sang kakak mengirimkan uang Rp800 ribu setiap bulan untuknya.

Aida pun berusaha mengatur uang dengan jumlah tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sekolah mereka berdua.

Tak jarang uang kiriman dari sang kakak datang terlambat dan memaksanya menahan lapar.

Aida tak mau mengeluh meski uang kiriman itu kurang mencukupi dan kadang datang terlambat. Sebab, ia tidak ingin menyusahkan sang kakak yang tengah berjuang bekerja untuk mereka berdua.

"Kalau biaya hidup saya dikasih uang sama kakak saya yang sedang kerja di Jakarta. Dikirim Rp 800 ribu sebulan untuk kebutuhan sekolah dan makan," ungkapnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved