Kamis, 2 Oktober 2025

Penanganan Covid

Video Mata Jenazah Pasien Covid-19 di Probolinggo Diberitakan Hilang, Ini Pernyataan Gugus Tugas

Nampak juga pada video tersebut, anggota keluarga menangis histeris setelah mendapati jenazah mengalami pendarahan.

Editor: Hendra Gunawan
Tony Hermawan/Surya
Ugas Irwanto, Koordinator Gakkum Gugus Tugas Satgas COVID-19 Kabupaten Probolinggo. 

TRIBUNNEWS.COM, PROBOLINGGO -- Warga Probolinggo dihebohkan dengan video jenazah di Probolinggo mengalami pendarahan, Jumat (6/11/2020).

Dalam video yang viral tersebut, pengunggah menyebutkan kalau bola mata si jenazah hilang.

Sedangkan sebab meninggalnya orang tersebut dikabarkan karena Covid-19.

Nampak juga pada video tersebut, anggota keluarga menangis histeris setelah mendapati jenazah mengalami pendarahan.

Koordinator Gakkum Gugus Tugas Satgas COVID-19 Kabupaten Probolinggo, Ugas Irwanto, membantah video yang menyebut bola mata jenazah hilang adalah hoaks.

"Setelah kita periksa yang katanya matanya dicukil itu tidak benar," ucap Ugas, Jumat (6/11/2020).

Baca juga: Viral Video Jenazah Pasien Covid-19 Pendarahan & Matanya Hilang, Plt Direktur RS Tegas Membantah

Bahkan, kata Ugas, pihak keluarga juga telah menyaksikan bola mata jenazah masih ada.

Diketahui, jenazah tersebut adalah MA (49) warga Paiton, yang sejak tiga hari lalu dirawat di RSUD dr Saleh akibat terpapar Covid-19.

Ugas menjelaskan, jenazah mengalami pendarahan sebab selain terpapar virus corona, MA juga memiliki penyakit penyerta.

"Selain status Covid-19, beliau juga ada stroke pendarahan. Sebelum meninggal tensi darahnya tinggi sehingga pembuluh darah di otak pecah. Maka dengan sendirinya bisa terjadi pendarahan di hidung, mata, atau telinga," ujarnya.

Selain itu, proses pengantaran jenazah ke rumah duka diduga menjadi penyebab MA mengalami pendarahan.

Baca juga: Tiga Maskapai Ini Berikan Layanan Rapid Test Covid-19 untuk Calon Penumpangnya

"Peti pemulasaran jenazah ada yang berbeda dari Kabupaten dengan di Kota. Kalau di kota rupanya tidak ada penahan kayu atau penyanggah untuk memiringkan posisi jenazah. Sehingga perjalanan yang cukup jauh ke Paiton, posisi jenazah rentan berubah," jelasnya.

Ugas memaklumi kondisi ini membuat keluarga menangis histeris.

Namun ia menyayangkan, keluarga yang semula menyetujui MA dimakamkan secara protokol kesehatan, sesampai di rumah duka peti jenazah dibuka.

Sehingga hal ini membahayakan keluarga maupun keluarga yang ikut memandikan jenazah.

Halaman
12
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved