Emil Dardak : Kota Surabaya Bisa Jadi Contoh Ekonomi Melingkar Sampah Plastik
Ada tantangan yang dihadapi dalam menggerakan ekonomi masyarakat, bagaimana menciptakan peluang ekonomi
Masih menurut Karyanto, ekonomi sirkular harus dikembangkan. Seperti sirkular untuk air, yaitu untuk memastikan bahwa air itu akan terjaga dengan menanam pohon, membuat air resapan, dan masyarakat pertanian yang ramah lingkungnan.
“Kita bisa beralih ke energi yang renewable. Danone-Aqua sendiri punya komitmen pada tahun 2030 kita memakai seratus persen renewable energy.” tambah Karyanto.
Baca: Geger Temuan Biji Plastik dalam Beras Bantuan Sosial
Karyanto menambahkan, dulu Danone memakai seratus persen renewable energy.
Semua pabrik Danone dipasangi surya panel. Saat ini, sudah ada empat pabrik dan dipasagi surya panel, bisa mengurangi kurang lebih 15 persen.
“Pemakaian energy dari kita. Dan bisa mengurangi 15 persen energi fosil kita. Kalau kita implementasi ke semua pabrik, ekonomi sirkular. Kalau kita melihat, ekonomi sirkular, model guna ulang dengan galon kita yang sampai saat ini sudah 70% kemudian sisanya yang 30 % kita masih memakai kemasan botol daur ulang.
Duala Oktoriani, Project Managger OPPA (Ocean Plastic Prevention Accelerator) by Secondmuse pada kesempatan yang sama menunjukan peta alur sampah. Bagaimana kompleksitas alur perjalanan sampah plastik maupun organik.
"Ini gimana kompleksnya sebuah alur perjalanan sampah plastik maupun orgnanik. Ada pemulung, pengepul, bank sampah kecil/induk. Belum lagi peran dinas kebersihan dan ruang terbuka hijau. Itu semua bekerja bersama," ucap Duala.
Menurut Duala, pengelolaan sampah di suatu daerah tidak ada jalan pintas dan solusi yang universal. Inovasi, pada acuanya, mengarah pada konteks lokal.
Segala kebijakan harus beradaptasi dengan lingkungan setempat. Juga bagaimana edukasi terhadap anak-anak terkait sampah plastik.
"Untuk memberi edukasi ke anak harus memahami psikologinya. Karena anak suka bermain kita mengedukasi melalui ular tangga dan permainan basket. Yang di dalamnya ada nilai edukasi. Kita harus mendesain permainan yang sesuai. Studi kasus di suatu tempat akan berbeda di tempat lain," kata Duala.