Bekerja 24 Jam hingga Takut Tertular, Cerita Penggali Kubur Makamkan 1.500 Jenazah dari Awal Pandemi
Munaji, seorang penggali makam di tempat pemakaman umum ( TPU) Keputih, Kota Surabaya, mengaku telah menguburkan lebih kurang 800 jenazah
Lalu, saat ditemui Kompas.com, Herman mengaku saat bekerja menguburkan jenazah, hanya berbekal cangkul dan baju biasa. Tak ada baju hazmat untuk melindungi diri.
Meski demikian, ia mengaku ikhlas melakukan hal itu demi misi kemanusiaan di tengah pandemi Covid-19.
"Kalau kita semua menolak untuk memakamkan, terus siapa yang mau memakamkan. Saya hanya berdoa minta perlindungan sama Allah selama bekerja. Ini semua demi kemanusiaan," ujar Herman saat itu.
Menurut pengakuan Herman, dirinya dan rekan-rekannya mendapat upah Rp 750.000 untuk satu lubang. Uang itu kemdian dibagi merata.
"Tidak ada uang tambahan lain, hanya itu saja. Kalaupun ada dikasih vitamin. Tapi kami tetap ikhlas, karena ini hanya ini yang bisa saya bantu selama pandemi ini," ujar Herman.
Terus makamkan jenazah protokol Covid-19 setiap hari
Nadi (47) seorang PJLP TPU Pondok Ranggon menyatakan terjadi kenaikan jumlah jenazah yang dimakamkan di TPU Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur, akibat Covid-19.
Hal itu terlihat dari jumlah lubang yang digali petugas per harinya.
Kini dalam sehari, ia bersama petugas lainnya harus menggali sebanyak 15 sampai 20 lubang makam per hari.
"Sekarang naik jumlahnya jadi 15-20 lubang per hari," kata Nadi saat dikonfirmasi, Jumat (21/8/2020).

Kenaikan jumlah galian lubang makam terjadi sejak awal Agustus.
Padahal ketika bulan Juli, petugas hanya perlu menggali sebanyak 5 sampai 10 lubang makam saja per harinya.
"Pas Juli hanya 5 lubang, paling banyak 10 lubang. Sekarang naik lagi, paling banyak 20 lubang," ungkapnya.
Kenaikan jumlah jenazah yang dimakamkan cukup fluktuatif dari bulan ke bulan.
Jumlah tertinggi tercatat terjadi pada Mei lalu, kala para petugas diharuskan menggali setidaknya sebanyak 30 lubang makam.