Jumat, 3 Oktober 2025

Virus Corona

Curhat Risma Tangani Pandemik Covid-19 di Surabaya "Sakit Mbak Jadi Pemimpin, Sakit Sekali"

Saat bersujud, Risma juga menangis dan mengatakan dirinya telah gagal menjadi wali kota.

Editor: Hasanudin Aco
SURYA/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
SIDAK PASAR TANGGUH - Walikota Surabaya, Tri Rismaharini mendamingi Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto saat sidak di Pasar Genteng Baru, Kamis (2/7). Pasar Genteng Baru merupakan salah satu percontohan pasar tangguh di Surabaya dimana diterapkan protokol kesehatan ketat salah satunya dengan adanya tirai plastik di lapak. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - "Sakit mbak jadi pemimpin, sakit sekali".

Keluhan itu diungkapkan Wali Kota Surabaya Tri RIsmaharini saat menangani pandemik Covid-19 di Surabaya, Jawa Timur.

Risma mengurai banyak sekali kesalahan-kesalahan yang ditudingkan padanya, padahal hal itu tidak dilakukannya. 

Risma mengungkapkan hal itu dalam acara Rosi di Kompas TV, Kamis (2/7/2020).

Awalnya, wali kota perempuan pertama di Surabaya ini mengurai alasannya sujud di hadapan dokter yang bertugas di RSUD dr Soetomo.

Risma tidak terima disebut bahwa rumah sakit surabaya penuh.

Pasalnya, salah satu rumah sakit yang disediakan pihaknya untuk menampung pasien covid-19 hingga kini belum ada yang menempati. Padahal ada 200 bed yang tersedia.

Risma juga mengaku sulit mengakses RSUD dr Soetomo.

Dia bahkan mengaku telah mengirimkan bantuan APD ke RSUD dr Soetomo, namun tidak diterima.

"Sakit mbak jadi pemimpin, sakit sekali," keluhnya.

Rosiana Silalahi pun meminta Risma blak-blakan mengungkapkan apa yang dirasakan.

Risma lalu mengaku harus menyelesaikan masalah-masalah yang tidak dilakukan.

"Contohnya kami dituduh membawa 38 pasien. Bagaimana mungkin? Ambulans kami 17 untuk tangani TGC, berarti kami harus pakai 2 kali ambulans. Itu tidak mungkin karen kita juga nolong kecelakaan, ibu melahirkan," ujar Risma.

Risma lalu membeber dimana dua hari saat pihak RSUD dr Soetomo mengaku dikirimi 38 pasien Covid-19 itu, tidak ada datanya.

"Di data kami tidak ada. Semua sistem di Surabaya memakai eletroni. Kami punya petanya dokter kemana, ambulans kemana. Di data kami selama 2 hari kami hanya membawa 5, yang 3 kecelakaan," katanya.

Halaman
1234
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved