Viral Ibu Buang Alat Rajut Putranya karena Lebih Senang sang Anak Main Bola
Viral seorang Ibu membuang alat rajut putranya, ungkap lebih senang sang anak bermain bola seperti anak lelaki pada umumnya.
"Menurutku dia punya bakat yang luar biasa dan aku bakal dukung terus Tama untuk belajar hal yang disukainya," tambahnya.
Setelah cuitannya menjadi viral, mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) ini lantas memberi tahu Ibunda Tama.
Awalnya, ibunda Tama tetap bersikeras melarang anaknya bermain benang, pita, dan manik-manik.
Tetapi setelah dibujuk oleh Ova, ibunda Tama sudah lebih bisa menerima 'bakat' anaknya.

Baca: VIRAL Cerita Istri Buatkan Bekal untuk Suami Setiap Hari, Ungkap Belajar Masak Secara Otodidak
Namun, kemarahan sang ibu sempat membuat Tama menjadi sedih dan memilih untuk tinggal bersama neneknya.
"Kondisi sang anak (setelah alat rajut dibuang, red) menangis tidak berhenti selama kurang lebih 1 jam."
"Besoknya dia sedih dan langsung ke tempat Mbah," papar perempuan asal Purbalingga ini.
Lebih lanjut, setelah banyak warganet yang mengetahui cerita Tama, Ova berharap ketika mereka menjadi orang tua, akan lebih peka terhadap anaknya sendiri.
"Harapan saya semoga generasi yang sudah tahu kisah Tama, kelak menjadi orang tua yang berwawasan dan memiliki rasa toleransi, kepekaan, dan kepedulian terhadap anak sendiri," ujar Ova kepada Tribunnews, Rabu (1/7/2020).

Baca: Atasi Kebosanan Saat di Rumah Aja Selama Pandemi dengan Merajut, Simak Cara Mudahnya
Terpisah, psikolog anak, Kurniasih Dwi Purwanti memberikan pendapatnya mengenai hal tersebut.
Menurut Uni, sapaannya, tindakan yang dilakukan oleh ibu Tama kurang tepat.
Pasalnya, belum tentu seorang anak menjadi tidak 'lelaki' hanya karena senang merajut.
"Normal tidaknya seorang anak menurut saya terlalu terburu-buru mendiagnosa hanya dari jenis permainannya saja."
"Kembali lagi, perlu dikaji latar belakang perilaku tersebut hingga menjadi tahu apakah normal atau tidak," ujar Uni kepada Tribunnews, Rabu (1/7/2020).
Melihat reaksi anak yang menjadi sedih, Uni menduga perlakuan sang ibu tidak hanya dilakukan sekali.