Virus Corona
Di Tengah Wabah Corona, Masih Ada Pemandu Lagu yang Layani Pelanggan Warkop Karaoke
Sejumlah pemandu lagu ternyata masih melayani pelanggan di warung kopi karaoke di Desa Rejosari, Kecamatan Gondang, Tulungagung,
TRIBUNNEWS.COM, TULUNGAGUNG - Sejumlah pemandu lagu ternyata masih melayani pelanggan di warung kopi karaoke di Desa Rejosari, Kecamatan Gondang, Tulungagung, Rabu (1/4/2020) malam.
Hal itu diketahui saat Tim gabungan berpatroli.
Petugas gabungan menemukan delapan orang di warkop karaoke tersebut.

"Warkop karaoke ini masih buka seperti biasa, dan kami mengamankan pengunjung sekaligus pemandu lagu yang masih bekerja," terang Paur Humas Polres Tulungagung, Ipda Anwari kepada SURYAMALANG.COM, Kamis (2/4/2020).
Keberadaan pemandu lagu memang kerap menjadi daya tarik warkop karaoke.
Sehingga keberadaan pemandu saat pandemi virus corona memancing pelanggan karaoke untuk datang.
Kondisi ini dianggap berbahaya, karena bisa mempermudah penularan virus ini.
"Aktivitas karaoke di dalam ruangan tentu berbahaya di tengan pandemi corona. Virus bisa sangat mudah menular," tegas Anwari.
Depalan orang yang ditemukan di warkop karaoke ini kemudian dibawa ke Polres Tulungagung untuk dimintai keterangan.
Mereka diberi pemahaman bahaya penularan virus corona, serta diminta membuat pernyataan tidak mengulangi perbuatannya.
"Jika kedapatan mengulangi perbuatannya, mereka akan diproses secara hukum," ujar Anwari.
Anwari menekankan larangan berkumpul selama masa pandemi virus corona.
Karena itu tempat hiburan, termasuk warkop karaoke dilarang beroperasi.
Sementara kafe dan rumah makan diminta hanya melayani take away atau dibungkus, tidak dimakan di lokasi.
"Setiap kafe, rumah makan, warkop dan warkop karaoke yang dirazia, kami lakukan penyemrpotan desinfektan."
"Sebab tempat-tempat yang banyak dikunjungi orang, punya potensi besar menjadi media penularan," terang Anwari.
Artikel ini telah tayang di suryamalang.com dengan judul Masih Ada Pemandu Lagu yang Layani Pelanggan di Warkop Karaoke Tulungagung,
Pemandu Lagu di Tangsel, Tip Jutaan Rupiah Lenyap
Wabah Virus Corona atau Covid-19 menimbulkan dampak ke segala aspek, baik kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi.
Gedung sekolah, perkantoran, taman bermain sampai tempat hiburan malam tutup tak beroperasi.
Sejumlah pekerjaan yang harus bertatap muka, tak bisa terlaksana.
Wabah Covid-19 membuat perekonomian masyarakat melemah, hingga berimbas pada tak adanya pemasukan.
Hal serupa juga dialami oleh pemandu lagu yang marak ditemui di kawasan hiburan malam di Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel).
Satu di antaranya adalah Bunga (bukan nama sebenarnya) yang berkecimpung di dunia hiburan malam.
Malamnya selalu gemerlap dengan kerlap-kerlip lampu disko dan suara merdu hingga sumbang para pelanggannya, yang tentu saja dominan laki-laki.
Minuman keras hingga hal lain yang memabukkan, sudah tak asing bagi Bunga.
Ditemui TribunJakarta.com, Wanita berusia 23 tahun sudah malang melintang di dunia hiburan malam.
Pakaian seksi di dalam ruangan ber-AC dingin sudah bukan alasan untuk masuk angin.
Upah per jam dan tip sampingan yang besar membuatnya belum bisa lepas dari dunia malam.
Sudah hampir dua tahun Bunga bekerja berpindah-pindah di tiga tempat hiburan malam di Serpong.
"Sudah mau dua puasa sih aku di situ," kata Bunga, Sabtu (28/3/2020).
Tip Jutaan Rupiah Sirna
Selama menemani para pelanggannya di ruang karaoke, ia selalu mendapat uang tip berlimpah.
Jika anak ke dua dari tiga bersaudara itu dibayar Rp 50 ribu per jamnya sekali menemani tamu bernyanyi, Bunga bisa mendapat Rp 500 ribu untuk uang tipnya.
Di tempatnya bekerja, banyak tamu dari warga negara asing (WNA) yang datang.
Menurutnya, beberapa loyal, namun ada juga yang perhitungan memberi tip.
Dalam sehari, Bunga tak jarang membawa pulang uang Rp 1 juta ke rumah.
"Uang tip bisa ngelebihin gaji kita. Iya sejuta bisa lebih. Kan kalau orang Korea kalau seminum seloki, dikasih uang di gelas itu cepe-cepe, uang tip beda. Beda sama Indo, kalau pulang baru ngasih," ujar Bunga di Serpong, Sabtu (28/3/2020).
Namun penghasilan yang dinikmatinya itu, kini lenyap.
Penghasilannya tiba-tiba hilang karena wabah virus corona.

Pemerintah kota (Pemkot) Tangsel, tegas menginstruksikan para pengusaha hiburan untuk menutup usahanya sementara waktu.
Alasan kuat demi memutus rantai penularan corona, perintah itu ditaati tanpa kecuali.
Bunga dan teman-temannya kehilangan penghasilannya yang diraup saban hari gelap itu.
Tak Bisa Beralih Profesi
Kehilangan mata pencaharian membuat Bunga kembali ke orangtuanya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Namun, sebagai wanita dewasa, ia merasa sungkan jika terus-menerus meminta.
"Kalau minta uang buat makan mah masih dikasih, tapi kalau ngandelin dia (Ibu) terus enggak setiap hari. Kalau kita kerja kan setiap hari. Kalau gini terus pengeluarannya banyak, pemasukannya enggak ada," keluhnya.
Sebelumnya ia pernah bekerja di toko pakaian di mal atau pasar.
Namun pada situasi seperti ini, ia tak bisa beralih menjadi penjaja pakaian, karena pasar dan mal banyak yang tutup.
"Ya pengin cari kerja. Sekarang cari kerja apa, tutup semua. Toko kaya di mal gitu kan tutup semua," katanya.
Khawatir Terpapar Virus Corona
Bunga masih belum menyadari apa itu corona dan dampaknya ke pekerjaannya, yang sering menemani tamu warga negara asing (WNA).
Sambil sesekali menghela rambut, anak ke dua dari tiga bersaudara itu bercerita kepada TribunJakarta.com, tentang pengalamannya melayani WNA saat corona muncul di Depok.
Nada suaranya tinggi, wajahnya ekspresif saat bercerita.
Seperti malam-malam yang lain, ia menemani tamunya sebaik mungkin.
Senyum ramah tak lepas dari wajahnya, meskipun ia mengatakan, sang tamu tampak seperti sedang sakit.
"Ya itu, aku juga enggak tahu apa corona corona itu. Orang itu kaya orang ayan, iya gitu-gitu terus (palanya gerak-gerak), tapi nyanyi, nyanyi lagu."
"Iya, bisa dia nyanyi," ujarnya.
Malam berakhir berganti siang. Ia mulai menonton siaran tentang dampak corona di televisi dan mendengar informasi dari keluarganya.
Perasaan takut langsung muncul.
Sugesti tertular masuk ke benaknya, meskipun ia tidak tahu pasti tamunya semalam sakit corona, sakit yang lain, atau sehat walafiat.
"Ya takut, karena habis ketemu dia, ya orang yang nyebarin semua ini lah maksudnya. Langsung ngerasa pala puyeng. Langsung suges. Sudah parno lihat berita mati tiba-tiba," ujarnya.
Bunga bahkan sempat dikontak tamunya itu untuk datang ke apartemennya, namun langsung ditolak.
"Setelahnya sempat ditelepon dia, disuruh nemenin dia, lah aku enggak mau dong, takut ketularan dari dia. Aku bilang enggak mau enggak dibolehin ke mana-mana. Dianya marah, orang kaya gitu kan kekeh," ujarnya.
• Aksi Kapolsek Sergap Pria Gangguan Jiwa Bakar Rumah dan Tusuk Perutnya Sendiri
• Prediksi Pendapatan Daerah Turun Hingga Rp 35 Triliun, PSI Desak Pemprov DKI Transparan
Tak pikir panjang, Bunga langsung memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat, dan meminta dites corona.
"Langsung aku ke puskesmas, dicek, iya tes corona, di rontgen segala, hasilnya negatif," ujarnya.
Bunga mengatakan, ia juga memiliki tamu langganan lain, seorang WNA.
Namun semenjak corona mewabah bahkan menjadi pandemi, langganannya itu tak pernah menghubungi lagi.
"Ada juga satu lagi, dia mah pulang balik pulang balik, tapi semenjak corona ini, dia enggak pernah lagi," ujarnya.
Di Rumah Aja
Malam gemerlap Bunga kini berubah total.
Bising lagu-lagu tak lagi terdengar.
Sesuai imbauan pemerintah, kini ia hanya tinggal di rumah tanpa pekerjaan.
"Di rumah aja, makan tidur makan tidur," katanya.
Hampir dua pekan, Bunga tanpa pemasukan.
Ia mulai memutar otak harus melakukan apa untuk membuat dapurnya "ngebul".
"Kalau saya kerja kan setiap hari. Kalau gini terus pengeluarannya banyak, pemasukannya enggak ada," katanya.
(TribunJakarta/Jaisy/Muji)