Zona Emosi Buat Anak Nyaman di Sekolah
Kegiatan mengenal emosi lewat zona emosi ini sepertinya tampak sederhana, namun ternyata dapat menciptakan ekosistem lingkungan positif di sekolah
Zona-zona ini ditunjukkan untuk membantu perubahan anak dari sisi lingkungan secara positif.
Kelas-kelas mulai dipercantik dengan warna-warni menarik di beberapa zona. Zona-zona yang dimaksud seperti area kebersihan, kedatangan, emosi, harapan dan cita-cita serta literasi.
Lingkungan belajar positif, pembelajaran berbasis projek, keterhubungan sekolah dengan masyarakat, dan pengembangan karakter pun tercipta di sana.
GSM memberikan pelatihan kepada guru dan kepala sekolah yang ingin menerima perubahan sudut pandang tentang pembelajaran.
Memang tidak mudah, namun semangat perubahan terus digaungkan di Mantaran.
Peralihan dari mindset pendidikan standardisasi ke pendidikan yang memanusiakan juga butuh proses yang tidak sebentar. Adapun kini SD Muh Mantaran sedang menikmati buahnya.
Anak-anak semakin gembira di sekolah dan tumbuh karakter-karakter positif dalam diri mereka.
Empati terus diusung, sementara kreativitas tidak dimatikan dalam pendidikan.
"Kondisi seperti ini memberikan kemerdekaan belajar bagi guru dan murid di sekolah," tutur Rizal.
“Di Indonesia ini, guru tidak punya cukup kemerdekaan untuk mengembangkan pikiran kritisnya karena disbukkan oleh urusan administratif yang berjibun," katanya.
Padahal, guru harusnya lebih fleksibel, karena tugas guru itu mencerdaskan murid, bukan hanya memenuhi penyampaian materi.
"Bicara soal kecerdasan pun ada begitu banyak yang harus diperhatikan, mulai dari kecerdasan emosional, sosial, hingga kognitif kompleks,” katanya.
“Sementara itu dari sudut pandang siswa, sekolah harusnya bisa menghadirkan ekosistem yang menyenangkan. Jika anak-anak senang, motivasi untuk belajar akan bertumbuh dan harapannya mereka tidak akan berhenti belajar seumur hidup.
"Kebahagiaan inilah yang nantinya akan melahirkan kemerdekaan dalam berpikir. Dengan begitu, mereka mampu menjadi lebih independen, peduli, dan kritis dalam menghadapi perubahan zaman yang begitu cepat,” tandasnya.
SD Muhammadiyah Mantaran tidak menyimpan perubahan itu untuk dirinya sendiri.