Kecelakaan Maut di Pagaralam
Bus Sriwijaya Masuk Jurang, Kondektur Bus Angkat Bicara, KNKT Ungkap Dugaan Penyebab Kecelakaan
Kondektur bus Sriwijaya yang selamat dari kecelakaan di Pagaralam menyebut, kondisi sopir pada saat berkendara dalam keadaan sehat.
Dari hasil investigasi sementara yang dilakukan KNKT, penyebab kecelakaan bus Sriwijaya diduga karena pengemudi mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi.
KNKT juga tidak menemukan adanya jejak bekas rem kendaraan di lokasi kecelakaan.
"Kehilangan kontrol atau ada masalah dalam kendaraannya, dari penjelasan penumpang kita tahu kendaraan ini kecepatannya lumayan," ungkap Pimpinan Tim Investigasi KNKT, Ahmad Wildan.
"Cuma yang jelas dia kecepatannya tinggi," tambahnya.
Ahmad Wildan mengungkapkan, geometrik jalan tempat kejadian adalah menurun.
Prosedur mengemudi seharusnya jika di jalan menurun, menggunakan gigi rendah berkecepatan rendah.
"Ini terbalik, berarti pengemudi ini nggak sesuai dengan prosedur yang seharusnya," jelas Ahmad Wildan.
"Risiko yang akan terjadi jika bus atau truk melalui jalan yang menurun kemudian dengan gigi tinggi, ada dua hal. Pertama rodanya akan overheat, kedua tekanan anginnya tekor ketika dua itu salah satu terjadi itulah ngeblong," paparnya.
Kementerianhub Temukan Pelanggaran Administrasi
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menemukan adanya pelanggaran administrasi yang dilakukan oleh operator bus Sriwijaya.
Direktur Angkutan Jalan Kemenhub, Ahmad Yani menyebut, pelanggaran yang dilakukan bus Sriwijaya di antaranya adalah seharusnya bus tersebut tidak melayani rute Bengkulu-Palembang.
Sebab, tidak sesuai spesifikasi yang dilaporkan.
"Kendaraan ini harusnya tidak melayani untuk ke Palembang, trayeknya," ujar Ahmad Yani, dikutip Tribunnews dari tayangan yang diunggah di kanal YouTube KompasTV, Kamis (26/12/2019).
Selain itu, Ahmad Yani juga menyebut jika surat kendaran Kartu Pengawasan (KP) bus Sriwijaya masa aktifnya sudah habis atau mati.
Namun, Ahmad Yani menyebut, pihak bus Sriwijaya sudah mengurus KP tersebut, hanya saja prosesnya belum selesai.
"Artinya sebetulnya enggak boleh jalan," ungkapnya.
Tak hanya itu, kapasitas bus yang dilaporkan hanya untuk 24 orang penumpang, namun diketahui bus tersebut justru mengangkut 54 orang penumpang.
"Kapasitas yang disampaikan ke saya ini 25, isi mobilnya kan kita lihat sampai 54," ungkapnya.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri)