Senin, 6 Oktober 2025

15 Tahun Tsunami Aceh: Kapal USS Abraham Lincoln Penyuplai Bantuan Pertama kepada Para Korban

Kapal Induk USS Abraham Lincoln, Amerika Serikat punya kisah tersendiri yang tidak dapat dipisahkan dengan bencana gempa dan tsunami Aceh.

Editor: Dewi Agustina
For Serambinews.com
Kapal USS Abraham Lincoln 

Dalam kondisi normal, pergerakan yang terjadi di Bandara Sultan Iskandar Muda berkisar antara 10 sampai 12 pergerakan per hari.

Yang lebih unik, baru kini terjadi dalam satu ruang udara, lebih banyak pesawat asing yang beroperasi dibandingkan pesawat milik negara sendiri.

Semuanya secara tertib mengikuti aturan dan petunjuk dari menara pengatur lalu lintas udara demi keselamatan terbang bersama.

Kalaupun terjadi hambatan, itu adalah masalah parkir atau kecepatan bongkar muat gara-gara banyaknya kargo yang harus unloading secara manual.

Namun, secara umum ruang udara di Aceh tetap dapat dikontrol dengan baik dan aman.

Helikopter AL Amerika Pasca Tsunami Aceh
Anak-anak ini tiarap saat mendengar suara helikopter milik Angkatan Laut Amerika Serikat mendarat di sebuah lapangan sempit di Rumah Sakit Umum Kesdam, Kuta Alam, Banda Aceh, Senin 24, Juli 2006. Helikopter Sea Combat dari Squadron TWO-FIVE (HSC-25) ini menjemput beberapa korban luka akibat gempa dan tsunami, dan selanjutnya diterbangkan ke Kapal Induk AS, USS Abraham Lincoln yang sedang lego jangkar di perairan Ulee Lheue, Banda Aceh.

Bukan cuma pesawat asing, pesawat domestik pun menggunakan ruang udara Aceh dalam menjalankan misi kemanusiaan di Aceh.

Para relawan penerbangan swasta turut pula aktif membantu melakukan evakuasi dan membuka isolasi di Aceh meski mengandalkan pesawat berkemampuan angkut terbatas.

Minggu pertama pasca tsunami, misalnya, dua maskapai yakni Transwisata Air dan Susi Air, mengerahkan armada pesawat mereka untuk membawa logistik dan mengevakuasi pengungsi terluka.

Dengan Fokker 28 Mk 50, Transwisata Air berhasil menembus isolasi Pulau Nias dan meneruskan misi Medan-Banda Aceh setiap hari dengan beberapa kali penerbangan.

Sebanyak 30 kerangka jenazah ditemukan warga Dusun Lamseunong, Gampong Kajhu, Aceh Besar, saat menggali lubang septik tank di lahan pembangunan perumahan bersubsidi, pada Rabu (19/12/2018). Kerangka jenazah ini diyakini sebagai korban bencana gempa dan tsunami yang melanda aceh tahun 2004 lalu.
Sebanyak 30 kerangka jenazah ditemukan warga Dusun Lamseunong, Gampong Kajhu, Aceh Besar, saat menggali lubang septik tank di lahan pembangunan perumahan bersubsidi, pada Rabu (19/12/2018). Kerangka jenazah ini diyakini sebagai korban bencana gempa dan tsunami yang melanda aceh tahun 2004 lalu. ((KOMPAS.com/ DASPRIYANI Y ZAMZAMI))

Susi Air dengan pesawat jenis Cessna Caravan menembus isolasi Meulaboh dengan mendarat di landasan udara Asikin yang rusak parah.

Bantuan mereka sungguh terasa bagi para korban yang memang sudah tak berdaya.

Berkat relawan udara inilah beberapa korban berhasil dievakuasi dalam keadaan luka membusuk di sekujur badan.

Para korban yang diangkut ini umumnya dalam keadaan mengenaskan.

Ada seorang pria, misalnya, diungsikan dalan keadaan sejumlah rusuk terluka dan menyisakan lubang menganga di dada dekat paru-parunya.

Luka tersebut meninggalkan bau busuk di kabin pesawat.

Helikopter AL Amerika Pasca Tsunami Aceh_1
Empat unit Helikopter Chinook ET-3366 milik Marinir Amerika Serikat saat itu mendarat di halaman Masjid Rahmatullah, Lampuuk, Aceh Besar, Sabtu (19, Februari 2005) Pukul 12.08 WIB. Di dalamnya ada pejabat penting dunia dan wartawan foto yang ingin melihat langsung kerusakan akibat gempa dan tsunami Aceh saat itu. Saat itu dunia mulai sedikit mengenal Aceh.
Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved