Minggu, 5 Oktober 2025

VIRAL Mahasiswa Meninggal karena Kelelahan Mengerjakan Skripsi, Bermula Didiagnosa Beta Thalassemia

Viral kisah mahasiswa meninggal akibat kelelahan mengerjakan skripsi, bermula didiagnosa idap Beta Thalassemia.

https://pixabay.com/
Ilustrasi - Viral kisah mahasiswa meninggal akibat kelelahan mengerjakan skripsi, bermula didiagnosa idap Beta Thalassemia. 

TRIBUNNEWS.COM - Viral kisah mahasiswa meninggal akibat kelelahan mengerjakan skripsi, bermula didiagnosa idap Beta Thalassemia.

JC, meninggal pada Minggu (24/11/2019) akibat sakit yang diidapnya.

Kabar kepergian JC tersebut viral setelah seorang teman satu angkatannya, membagikan lewat media sosial Twitter.

Viralnya unggahan teman JC tersebut lantaran disertai utas JC yang menceritakan proses akhir skripsi hingga menyebabkan ia kelelahan.

Diketahui, utas tersebut ditulis langsung oleh almarhum saat proses meraih gelar tingkat Sarjana (S-1) di kampusnya.

Utas tersebut ditulis JC sejak 25 Oktober 2019.

Untuk mencari kebenaran kabar tersebut, Tribunnews.com berhasil menghubungi kakak almarhum, EC. 

EC membenarkan cerita yang ditulis adiknya itu.

Baca:Niat Mulia Bantu Driver Ojol, Kisah Pemilik Restoran Siap Ganti Rugi jika Pesanan Di-cancel

“Kalau yang di thread Twitter itu emang bener kejadiannya,” ujarnya saat dihubungi via WhatsApp, Rabu (27/11/219)

EC menjelaskan, utas tersebut tidak ditulis secara lengkap karena dibuat saat kesehatan JC membaik.

Ia melanjutkan, kondisi almarhum mulai drop saat skripsi akan selesai.

Padahal sebelum mengerjakan skripsi, kondisi JC baik-baik saja.

“Bolak-balik rumah sakit meskipun tidak rawat inap,” kata EC. 

Namun, beberapa waktu setelahnya, kondisi JC semakin memburuk.

Akhir Oktober 2019, JC diopname selama dua minggu dan didiagnosa positif Beta Thalassemia Minor.

“Sampai dia didiagnosa anemia dan beta thalassemia,” ungkap Eunike.

Menurut EC, penyakit-penyakit tersebut seharusnya tidak mengancam nyawa JC.

Baca: Ramai Isu Tes Wawancara Beasiswa LPDP Tak Jelas, Pihak LPDP Beri Klarifikasi

Setelah diopname kondisi adik kesayangan EC ini semakin membaik dan dibolehkan pulang, Senin (18/11/2019).

Saat dibawa pulang, kondisi JC kembali menurun dan mengharuskannya untuk diopname pada esok hari.

“Tapi saat pulang, tiba-tiba dia muntah-muntah dan badannya panas lagi. Lalu dilarikan ke ICU,” kenang EC. 

Ia mengaku tidak tahu penyebab memburuknya kondisi sang adik

Semenjak kembali diopname, kesadaran JC mulai hilang.

Pria kelahiran 1997 ini hanya bangun beberapa jam dalam kurun waktu dua hari.

Akhirnya, pihak keluarga memutuskan untuk melakukan Computerized Tomography (CT) Scan.

Dari hasil CT Scan, diketahui JC menderita Meningitis dan terdapat tumor di bagian otak.

“Maka diputuskan harus segera dioperasi,” ucap Eunike.

Baca: Selain Ganti Rugi jika Pesanan di-Cancel, Restoran Ini juga Berikan Teh Hangat Gratis untuk Ojol

Ia mengatakan, operasi JC berjalan lancar, namun kondisinya sudah tidak sadar lagi.

“Dan pada hari Minggu subuh, dinyatakan meninggal,” lanjutnya.

Di mata keluarga, almarhum dikenal sebagai pribadi yang bersemangat.

EC mengaku JC aktif di berbagai kegiatan kampus, terutama organisasi intra.

Tak hanya itu, JC juga dikenal mahasiswa rajin yang bersemangat dalam menyelesaikan tanggung jawab studinya.

“Sangat passionate sama studinya,” kata EC. 

JC diketahui memiliki hobi menulis di blog di Twitter miliknya.

Terkait kepergian JC, pihak keluarga mengaku sudah ikhlas.

“Keluarga udah legowo kok,” tutur EC. 

Ia berharap apa yang sudah menimpa JC bisa menjadi pelajaran untuk mahasiswa lainnya.

“Cuma ingin dijadikan pelajaran buat mahasiswa di manapun. Saat skripsi kesehatan itu yang utama," tutup EC. 

Baca: Kisah Inspiratif: Deretan Pengusaha Sukses yang Berawal di Garasi, Ciputra hingga Bill Gates

Mengenal lebih dekat penyakit Beta Thalassemia

Thalassemia
Thalassemia (ghr.nlm.nih.gov)

Beta Thalassemia merupakan kelainan darah yang mengurangi produksi hemoglobin. 

Hemoglobin adalah protein yang mengandung zat besi dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke sel-sel di seluruh tubuh.

Beta Thalassemia cukup umum di seluruh dunia.

Ribuan bayi yang mengidap Beta Thalassemia dilahirkan setiap tahun. 

Beta Thalassemia paling sering terjadi pada orang-orang dari negara-negara Mediterania, Afrika Utara, Timur Tengah, India, Asia Tengah, dan Asia Tenggara.

Dirangkum Tribunnews.com dari U.S National Library of Medicine, orang yang mengidap Beta Thalassemia, kadar hemoglobin yang rendah menyebabkan kekurangan oksigen di banyak bagian tubuh. 

Individu yang terkena juga memiliki kekurangan sel darah merah atau yang lebih dikenal dengan anemia.

Kondisi ini dapat menyebabkan kulit pucat, lemas, kelelahan, dan komplikasi yang lebih serius.

Baca: BMKG Rilis Peringatan Dini Gelombang Tinggi, Capai 4 Meter, Berlaku hingga Sabtu 30 November 2019

Orang dengan Beta Thalassemia memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami pembekuan darah abnormal.

Beta Thalassemia diklasifikasikan menjadi dua jenis tergantung pada keparahan gejalanya.

Talasemia mayor (juga dikenal sebagai anemia Cooley) dan talasemia intermedia. 

Dari kedua jenis tersebut, talasemia mayor lebih parah.

Banyak orang dengan thalassemia mayor memiliki gejala yang sangat parah sehingga mereka perlu sering melakukan transfusi darah untuk mengisi kembali pasokan sel darah merah mereka.

Seiring waktu, masuknya hemoglobin yang mengandung zat besi dari transfusi darah kronis dapat menyebabkan penumpukan zat besi dalam tubuh, yang mengakibatkan masalah hati, jantung, dan hormon.

Thalassemia intermedia lebih ringan dari thalassemia mayor.

(*)

Catatan redaksi: artikel ini telah mengalami perubahan dengan pertimbangan keberatan dari pihak keluarga almarhum JC

(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved