Sabtu, 4 Oktober 2025

Berita Viral

Viral Video Likuifaksi di Kaltara yang Ingatkan Kejadian di Palu, Ini Penjelasan dari Likuifaksi

Beredar video viral longsor yang mirip dengan Likuifaksi di Kaltara, Kalimantan Utara ingatkan kejadian di Palu, apa itu likuifaksi ?

Penulis: Inza Maliana
Screenshot Video Kompas.com dan Fotografer Tribun Irwan Rismawan
Perbandingan Likuifaksi yang Viral di Kaltara dan Likuifaksi yang menelan banyak korban pada September 2019 di Perumahan Petobo, Palu. 

Penjelasan tentang fenomena ini disampaikan mantan Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Rovicky Dwi Putrohari dan praktisi geologi Lesto Prabhancana.

Dalam perbincangan dengan Tribunjogja.com, Kamis (4/10/2018), Lesto langsung menyodorkan foto satelit dan peta gempa serta peta sesar di Palu.

Daerah Petobo dan Balaroa ternyata persis berada di atas garis merah sesar Palu-Koro.

Gempa dahsyat yang menyulut tsunami berpusat di Donggala, ujung dari sesar Palu-Koro yang membelah Kota Palu.

Karena berada tepat di sesar itulah, guncangan kuat gempa mengubah daratan yang di atasnya padat permukiman, seketika jadi lunak dan bergerak.

"Ketika terguncang, lapisan tanah seperti teraduk dan otomatis merusak lapisan kedap air di bawahnya. Ketika lapisan kedap air atas terkoyak, maka air tanah akan terbuka dan bercampur tanah yang teraduk oleh guncangan gempa," kata Lesto.

Baca: Bamsoet Bangga Jokowi dan Wapres Maruf Amin Menjadi Keluarga Besar Pemuda Pancasila

Baca: Kronologi Lengkap Sopir Taksi Online Tewas Dibunuh di Bogor, Korban Digorok Pakai Pisau Cutter?

Lesto menyebut lapisan padat yang teraduk dan bercampur air itu berada di atas bidang gelincir miring.

Ketika sudah lunak, otomatis akan bergerak mengikuti bidang gelincirnya.

Itulah mengapa terlihat daratan bergerak dan bergeser seperti sungai.

Fenomena ini masih terhitung jarang terjadi di Indonesia.

Sejauh yang diingat Lesto, pernah ada kejadian mirip di Sumatera Barat.

Di Majalengka juga pernah ada peristiwa yang mirip, namun lebih cenderung fenomena tanah bergerak.

Rovicky Dwi Putrohari menjelaskan, fenomena ini terjadi ketika kekuatan rekat atau daya kohesifitas sedimen yang tidak kompak di zona jenuh air menghilang.

Hilangnya daya rekat itu akibat gelombang S (S-waves) gempa bumi.

Ia menyebutkan likuifaksi akibat gempa pernah terjadi di gempa Madrid 1811-1812, gempa Tangshan China 1976, gempa San Fransisco 1989, gempa Niigata 1994, gempa Kobe 195, dan gempa Christchurch Selandia Baru 2010-2011.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved