Minggu, 5 Oktober 2025

Banyak Remaja di Bali Depresi, Gangguan Jiwa Hingga Nyaris Bunuh Diri Akibat Game Online

Banyak remaja Bali yang mengalami depresi, gangguan jiwa, bahkan sampai hendak bunuh diri gara-gara media sosial (medsos) dan game online.

Editor: Dewi Agustina
Tribunnews
Ilustrasi game online 

"Misalnya kalau laki-laki kebanyakan karena game online. Terus yang perempuan kebanyakan karena marketplace atau belanja online. Jadi pasien saya yang perempuan itu dia tiap 10 atau 15 menit harus buka marketplace. Akhirnya belanja-belanja terus padahal itu tidak dibutuhkan dan akhirnya menyesal. Menyadari diri mengalami pola yang sama, dia akhirnya konsultasi," ungkapnya.

Bukan cuma itu. Bahkan Dokter Rai sempat pula punya pasien dua laki-laki yang kecanduan judi sabung ayam online.

Dua laki-laki ini sebetulnya kuliah di luar Bali. Uang kiriman orang tuanya dia gunakan untuk judi sehingga akhirnya orang tuanya mengajak anaknya konsultasi.

"Pada saat saya wawancara dia paham betul. ‘Iya dok saya hancur-hancuran. Sempat saya uninstall aplikasinya, tapi malah gak enak gak nyaman. Akhirnya install lagi, menang dikit, langsung lanjut, dan kalah, uang habis stres jadi begitu saja terus," ungkap Dokter Rai.

Terpisah, Dokter Ahli Jiwa RSUP Sanglah, dr Lely Setyawati SpKK (k), juga mengungkap dirinya sempat menangani kasus-kasus gangguan jiwa yang dialami oleh anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh gadget khususnya game online.

Ada cukup banyak anak-anak SD, SMP, dan remaja SMA yang kini menjadi pecandu game online sehingga banyak pula yang akhirnya mengalami depresi hingga sempat ingin bunuh diri.

"Jadi dari usia SD, SMP, SMA saya dapat. Mereka sampai tidak mau sekolah. Kemudian hari-harinya isinya gadget saja. Jadi terlalu asyik, pagi siang malam tak kenal waktu. Kemudian cemas, ada yang sampai depresi kemudian ingin bunuh diri. Ini di Bali. Sampai mereka mengalami gangguan jiwa berat, gara-gara gadget atau bahasanya gila," ungkap perempuan yang juga selaku Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Bali itu.

Baca: Tak Jadi Menteri, Jokowi Kemungkinan Akan Menyodorkan Jabatan Ini kepada Yusril

Menurut Lely, game online memang berpotensi untuk menyebabkan kecanduan.

Selama ini, dari pasien yang dia tangani, penanganannya bergantung tingkat adiksi dari pasien tersebut.

Misalnya jika gangguan yang dialami tidak terlalu berat, maka ia serahkan ke orang tuanya di rumah. Kemudian konsultasinya dengan rawat jalan.

"Tapi kalau mereka tidak mampu lagi, takut anaknya lompat pagar, agresif, dan lari, dan berpotensi mencederai jadi kami rawat di rumah sakit," ungkap Lely.

Di Bali, kata Lely, hanya ada dua rumah sakit yang sanggup merawat pasien gangguan jiwa, yakni RSUP Sanglah dan RSJ Provinsi Bali (RSJ Bangli).

"Kalau rumah sakit lain, swasta, dan rumah sakit pemerintah belum siap merawat. Mereka punya poliklinik, tapi kalau untuk merawat cuma dua saja yang bisa merawat gangguan jiwa," ujarnya.

Perempuan yang juga aktif sebagai Tim Puspa ini juga mengungkap bahwa trend anak-anak dan remaja yang alami depresi dan gangguan jiwa akibat gadget khususnya game online dari waktu ke waktu terus meningkat.

Baca : Hari Ini 28 Oktober, Ucapan Selamat Hari Sumpah Pemuda dalam Bahasa Inggris, Share & Status Medsos

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved