Efendi Tak Lagi Dikurung di Bekas Kandang Ayam, Bakal Jalani Terapi Pekan Depan
Namun, baru dua kali perawatan, kedua orangtua Efendi menghentikannya atas alasan tak punya biaya untuk mengantar anaknya ke rumah sakit
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Desa Angsana, Moh Masduki mengatakan Moh Efendi (12) bakal dikeluarkan dari bekas kandang ayam, tempat yang selama ini ia dikurung oleh orangtuanya.
Bocah asal Dusun Bringin, Desa Angsana, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur ini akan menjalani pengobatan dan terapi di rumah sakit.
Baca: Idap Gangguan Jiwa, Bocah 12 Tahun di Pamekasan Dikurung Orangtuanya di Bekas Kandang Ayam
Moh Masduki mengatakan, pihaknya telah membantu pengobatan Efendi.
Namun, baru dua kali perawatan, kedua orangtua Efendi menghentikannya atas alasan tak punya biaya untuk mengantar anaknya ke rumah sakit.
Orangtua juga beralasan sibuk bekerja sehingga sulit mencari waktu mendampingi Efendi berobat ke rumah sakit.
"Tadi saya ke rumah Efendi menanyakan masalah kenapa tidak dibawa ke rumah sakit, ternyata mereka sibuk," ujar Moh. Masduki melalui sambungan telepon, Sabtu (5/10/2019).
Pekan depan, pihak desa akan menyiapkan kendaraan khusus demi mengantar Efendi berobat dan terapi di rumah sakit.
Orangtua tetap diminta untuk mendampingi.
"Saya bilang kepada kedua orang tuanya agar jangan mikir pekerjaan terus, tetapi kondisi anaknya juga diperhatikan," imbuh Masduki.
Ia sekaligus memastikan, pengobatan dan terapi itu tidak akan dikenakan biaya alias gratis.
Sebab Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan setempat sudah membantunya menggunakan kartu BPJS.
Masduki juga telah meminta agar Efendi jangan dikurung di tempat yang sempit lagi, melainkan di sebuah ruangan yang lebih luas dan layak.
"Desa fokus ke pengobatan dulu. Soal tempat tinggal ya kita pikirkan belakangan," ungkap Masduki.
Efendi dikurung lantaran memiliki kelainan sifat dibandingkan dengan bocah seusianya.
Di bekas kandang ayam yang terbuat dari bambu itu dan kayu papan, anak malang tersebut menghabiskan waktu sehari-harinya.
Tanpa selembar kain menutupi sekujur tubuhnya.
Di dalam kurungan itu, Efendi makan, minum, buang air besar dan kecil, serta tidur.
Latifah (36) ibu kandung Efendi menceritakan, sejak masih bayi, Efendi tumbuh seperti bayi pada umumnya.
Baca: Piring Milik Mulan Jameela di Video Makan Mi Jadi Sorotan, Perhatikan Motifnya!
Namun, ketika usianya menginjak tiga tahun, Efendi tidak kunjung bisa berjalan dan tidak bisa bicara.
"Dia hanya merangkak ke mana-mana, bicaranya tidak dimengerti karena tidak ada bahasa yang bisa diucapkan," ujar dia. (Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Tak Lagi Dikurung di Bekas Kandang Ayam, Efendi Akan Jalani Terapi
Girang Saat Ada Tamu

Sesekali, para tetangga datang untuk memberikan makanan kepada M Efendi.
Ia pun girang dan mengambil makanan dari balik kandang yang mengekang kebebasannya itu.
Lebih-lebih saat ada tamu datang untuk melihat kondisi M Efendi.
Ia pun langsung menyapanya dengan berteriak kegirangan.
Tak hanya itu, Efendi sapaan akrab M Efendi gemar menarik benda apa saja yang melekat pada orang yang melihatnya.
Seperti yang diceritakan Maryam, salah satu tetangganya.
Katanya, Efendi senang ketika ada tamu yang menyambanginya, dengan sendirinya ia akan berteriak kegirangan.
Selain itu, Maryam mengaku setiap hari selalu datang ke tempat Efendi dikurung untuk memberikan makanan, dan itu dia lakukan saat kedua orang tuanya belum datang dari sawah.
Saat siang hari, diceritakan Maryam, ibunya ketika datang dari sawah, selalu memberi Efendi makan dan minum, sesekali orang tuanya juga mengajak Efendi bercanda.
Orangtua Kesulitan Jaga Sang Bocah
Sementara, orang tua perempuan Efendi, Latifah mengatakan, sejak kecil anaknya sudah menderita sakit jiwa.
Karena alasan kesulitan untuk menjaga Efendi, dengan berat hati dia harus memasukkan anaknya ke dalam kandang, apalagi saat dirinya sedang mencari nafkah.
Diakui Latifah, tempat tersebut bukanlah tempat permanen untuk Efendi, melainkan hanya di waktu tertentu saja.
"Saya taruh di situ hanya di waktu tertentu saja, ya ketika saya sedang bekerja pergi ke sawah. Karena di rumah tidak ada siapa-siapa untuk menjaga Efendi. Kalau saya pulang kerja, baru saya keluarkan," katanya.
Latifah juga menjelaskan apabila anaknya tidak dimasukkan ke dalam tempat tersebut saat dirinya sedang bekerja, dimungkinkan anaknya akan bertindak di luar batas.
Seperti halnya akan melakukan perbuatan di luar batas kewajaran yang bisa membahayakan dirinya.
Pernah suatu waktu Latifah mencoba tidak mengurung Efendi dan ternyata anak bungsunya itu keluyuran, bahkan sering menghilang dari rumahnya.
Selain itu kata Latifah, anaknya jika dilepas, suka memakan apa saja yang ada di sekitarnya dan bisa membahayakan.
"Pernah sekali Efendi luput dari perhatian kami, dia justru hilang dan baru ditemukan di kuburan belakang rumah," ujar Latifah sembari matanya berkaca-kaca.
Tidak hanya itu, Latifah mengutarakan, anaknya diletakkan di tempat tersebut sejak berusia empat tahun ketika Efendi baru belajar merangkak.
Artinya sudah sembilan tahun Efendi merasakan dikurung di tempat tersebut ketika Latifah hendak pergi ke sawah.
Hingga saat ini Latifah mengaku masih belum ada perhatian dari pemerintah setempat.
Ia berharap ada bantuan yang peduli terhadap kondisi anaknya tersebut.
"Karena kami keterbatasan ekonomi, kami tidak mampu untuk membawa anak kami berobat secara terus menerus," ucapnya.
"Kami berharap ada relawan yang peduli terhadap anak saya untuk berobat. Biar anak saya bisa sembuh total. Semoga ada keajaiban," tutupnya sembari mengusap air mata.
Tak Bisa Jalan dan Bicara
Efendi (12), bocah asal Dusun Bringin, Desa Angsana, Kecamatan Palengaan, Pamekasan, dikurung orangtuanya di dalam bekas ayam agar tak pergi dari rumah.
Latifah (36), ibu kandung Efendi menceritakan, sejak masih bayi, Efendi tumbuh seperti bayi pada umumnya.
Namun, ketika usianya menginjak tiga tahun, Efendi tidak kunjung bisa berjalan dan tidak bisa bicara.
"Dia hanya merangkak kemana-mana, bicaranya tidak dimengerti karena tidak ada bahasa yang bisa diucapkan," ujar Latifa, saat ditemui Kompas.com di kediamannya, Jumat (4/10/2019).
• Komite Pemilahan Umumkan 10 Nama Calon Ketum PSSI, Iwan Bule dan La Nyala Matalitti Masuk Nominasi
• Anggaran Rehab Rumah Dinas Gubernur Rp 2,4 Miliar, Fraksi PDIP: Masih Layak, Rumahnya Masih Bagus
• UPDATE Persija Jakarta Vs Borneo FC Ditunda: Tim Tamu Rugi Besar Hingga Liburkan Skuat
• Bhayangkara FC Tumbang 0-2 dari PSS Sleman, Ini Posisi Klasemen Liga 1 2019
Sebagai anak ketiga, Efendi paling banyak mendapat penjagaan dari kedua orangtuanya.
Sebelum dikurung di dalam bekas kandang ayam, Efendi ditempatkan di dalam surau.
Namun, masih bisa keluar dan merangkak ke luar halaman rumah.
Ketika lepas dari pengawasan orangtuanya, banyak makanan yang tidak layak dimakan.
Pernah Hilang dari Rumah
Yang membulatkan tekad kedua orangtua mengurung Efendi, karena Efendi pernah hilang dari rumahnya saat kedua orangtuanya pergi bekerja di sawah sampai sore.
Efendi dicari sampai malam tiba.
Bocah berkulit kuning langsat ini ditemukan di pinggir sungai.
Beruntung di sungai itu tidak sedang banjir.
Baik Hamzah ataupun Latifah, awalnya mengaku tidak tega mengurung anaknya.
Namun, mereka berpikir dengan cara mengurung lebih banyak dampak positifnya dibanding mudaratnya.
Hamzah dan Latifah mengaku bisa tenang mencari nafkah untuk membiayai hidup ketiga anaknya yang lain.
"Kalau bicara perasaan, perasaan kami iba dan kasihan. Tapi bagaimana lagi, ini sudah nasib keluarga kami. Kami harus hidup, harus bekerja. Kalau tidak bekerja, keluarga kami mau dapat dari mana biayanya," ungkap Hamzah.