Sabtu, 4 Oktober 2025

Bocah Alami Kerancuan Kelamin: Bolak-balik Bandung Hingga Perjuangan Orangtua Biayai Pengobatan

Dia harus harus bolak-balik ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung guna memeriksa kondisi kesehatannya

Campaign
Ilustrasi anak 

TRIBUNNEWS.COM - Kasus anak mengalami kerancuan kelamin terjadi di Cianjur, Jawa Barat.

Bocah tersebut berinisial AR (3).

Baca: Divonis Penjara 5 Tahun, Ini Reaksi Mantan Bupati Cianjur Irvan Rivano Muchtar

Dia harus harus bolak-balik ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung guna memeriksa kondisi kesehatannya.

Hasil pemeriksaan sebelumnya di rumah sakit yang sama, AR didiagnosa mengalami Hipospadia dan kelainan Undescended Testis.

Hipospadia merupakan kelainan pada lubang kencing yang tidak terletak di ujung kepala penis.

Sedangkan undescended testis merupakan suatu kondisi di mana penis tidak berada dalam kantung pelir.  

“Hari ini ke Bandung lagi (RSHS) didampingi Ayah-Ibunya. Harusnya kemarin ke Bandung, namun AR kecapaian karena sebelumnya juga harus ke sana,” kata Ela Hayati (47), bibi AR saat dihubungi Kompas.com, Senin (9/9/2019).

Menurut Ela, keponakannya itu akan menjalani tes urine sekaligus cek darah kembali.

“Alhamdulilah sekarang didampingi sama petugas kesehatan dari Puskesmas. Tadi juga diantar pakai mobil ambulans” ucap Ela.

Ela mengatakan, bantuan Puskesmas angat disyukuri keluarga, mengingat selama ini orangtua AR dan pihak keluarga harus pontang-panting mencari uang untuk ongkos dan biaya pemeriksaan.

“Alhamdulilah sekarang dibantu. Tinggal memikirkan biaya untuk operasinya nanti. Mudah-mudahan bisa di-cover atau ada donatur yang peduli,” ujar Ela.

Baca: Balita Berkelamin Ganda di Cianjur Jalani Pemeriksaan Kromosom untuk Tentukan Identitasnya

Pihak keluarga sendiri masih harus menunggu hingga 19 September 2019 mendatang untuk mengetahui hasil cek kromosom, untuk menentukan apakah AR harus menjadi laki-laki atau perempuan. 

“Kalau dari pihak keluarga inginnya laki-laki, karena anaknya sendiri juga ingin jadi laki-laki. Kalau harus jadi perempuan kami khawatir jiwanya memberontak,” kata Ela. (Kontributor Cianjur, Firman Taufiqurrahman)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Bocah AR Harus Bolak-balik ke Bandung demi Kejelasan Jenis Kelamin

Pemicu terjadinya kerancuan kelamin

Meski baru berusia 3 tahun, AR sudah mengetahui jika dirinya berbeda dengan anak-anak sebayanya, lantas apa yang memicu terjadinya kelainan berkelamin ganda atau kerancuan kelamin?

AR (3) bocah asal Kampung Mereleng, Desa Kertamukti, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat merupakan satu dari sekian banyak anak di Indonesia yang mengalami kerancuan alat kelamin dengan beragam kasus. 

Kepada Kompas.com Sultana M H Faradz, profesor di bidang genetika medik dari Universitas Diponegoro (UNDIP), Semarang, Jawa Tengah, mengaku sudah menangani lebih dari seribu anak dengan kerancuan alat kelamin sejak 2004.

 Viral Kisah Anak Tukang Becak Sukses Raih Gelar Doktor di Usia 27 Tahun, Selesaikan S2 Cuma 3 Bulan

 Susy Susanti Sesalkan PB Djarum Berhenti Tahun Depan Gegara Tudingan Eksploitasi Anak di Iklan Rokok

 Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura, Hapuskan Dosa Setahun, Ini Niat dan Jadwal Lengkapnya

 Dilakukan Mulai Besok Senin 9 September 2019, Begini Tata Cara dan Niat Puasa Tasua dan Asyura

Menurut dia, kerancuan alat kelamin ada berbagai jenis dan tipe.

Ada yang memang memiliki dua jenis kelamin, ada yang lubang penisnya tertutup, ada yang saluran urin bocor, dan lain sebagainya.

Sultana yang mendedikasikan diri untuk mengobati dan meneliti kerancuan kelamin itu mengatakan, kerancuan kelamin bisa disebabkan oleh 3 faktor.

AR (3), bocah asal Kampung Mareleng, Kecamatan Haurwangi, Desa Kertamukti, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat memiliki kelainan pada organ vitalnya. (KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN)
AR (3), bocah asal Kampung Mareleng, Kecamatan Haurwangi, Desa Kertamukti, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat memiliki kelainan pada organ vitalnya. (KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN) ( )

Penyebab kerancuan kelamin

Berikut Kompas.com telah merangkum 3 penyebab kerancuan kelamin pada anak:

1. Genetik

Sultana menjelaskan, faktor genetik itu bisa dari keturunan atau tidak.

"Bisa keturunan atau hanya terjadi pada anak itu saja, bukan dari orangtuanya," ujar Sultana kepada Kompas.com, Jumat (6/9/2019).

2. Hormonal

"Faktor hormonal juga bisa, ada gangguan hormonal yang tidak terproduksi," kata Sultana.

3. Eksternal

Faktor pemicu ketiga juga bisa diakibatkan oleh paparan dari luar tubuh si ibu selama masa kehamilan.

Faktor eksternal itu bisa karena pestisida atau insektisida.

"Pestisida atau insektisida itu kan menghambat hormon dan bisa mengakibatkan penurunan hormon testosteron mungkin, sehingga kelaki-lakian (anak) menjadi terganggu," jelas Sultana.

Lantas, langkah apa saja yang harus dilakukan untuk penanganan kerancuan kelamin ini?

Penanganan kerancuan kelamin

Sultana mengatakan, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk penanganan kerancuan kelamin seperti dialami AR.

1. Tes kromosom

Hal pertama dan paling awal yang harus dilakukan adalah tes kromosom.

Tes kromosom bertujuan untuk mengetahui jumlah kromosom kromosom XX untuk perempuan, atau mempunyai kromosom XY untuk laki-laki.

Normalnya, sel dalam tubuh manusia memiliki 23 pasang kromosom atau 46 buah.

 FOTO TERBARU Nia Daniaty Setelah Kecelakaan, Imaniar Rahangnya Juga Bengkak, Dorce Muntah-muntah

 Fakta-fakta Terbaru Meninggalnya Pemeran Video Dewasa Vina Garut, Alasan V Tak Diizinkan Melayat

 Viral Pembunuhan Mengerikan di Pemalang, Pengantin Dibacok Tewas di Depan Istri, Cemburu Buta?

 Putri Ussy Sulistiawaty, Amel & Ara Ungkap Pertengkaran Ibunya Sampai Pingsan dengan Andhika Pratama

Namun, ada juga kasus kelainan jumlah kromosom.

"Misalnya 47 XXY atau juga disebut sindrom klinefester (KS). 47 XXY juga bisa dengan hipospadia (saluran kencing pada alat kelamin laki-laki bocor di tengah). Atau bisa juga kelainan kromosom yang lain, ada banyak sekali jenisnya," kata Sultana memberi contoh.

"Sehingga pertama yang dilakukan di garis depan adalah kromosom. Sayangnya, pemeriksaan kromosom hanya di kota-kota besar dan hanya di pulau Jawa, sehingga kadang dokter tidak bisa melakukan pemeriksaan (kromosom) ini, kemudian dibiarkan tanpa tahu kejelasan jenis kelaminnya," jelas Sultana.

2. Pemeriksaan hormon

Hal kedua yang dilakukan setelah pemeriksaan kromosom adalah uji hormon.

Uji hormon bertujuan untuk mencari tahu apakah anak memiliki testosteron atau tidak, kemudian juga hormon-hormon lain.

"Ada beberapa hormon yang harus diperiksa untuk mengetahui apakah fungsi dari gonad (bisa testis, bisa ovarium) bagus atau tidak, sehingga ada produksi hormon tidak. Kemudian bagian otak yang memerintah memproduksi hormon apakah berfungsi atau tidak, kalau itu tidak berfungsi ya sama saja tidak bisa memproduksi hormon," jelas Sultana.

3. Pemeriksaan gen

Ketiga, jika ada dana dan fasilitas, hal yang perlu dilakukan adalah menjalani pemeriksaan gen.

Bila seseorang memiliki gen laki-laki, maka dia memiliki gen bernama XRY. Gen ini untuk menentukan dia laki-laki atau bukan.

"Kemudian banyak gen-gen lain untuk melihat ada mutasi atau tidak. Kalau ada mutasi ada kelainan gen," kata Sultana.

"Nah, kelainan gen inilah yang perlu dipertimbangkan kemungkinan menurun atau tidak," imbuh dia.

Jika memang ada faktor keturunan, maka saudara kandung pasien perlu juga dilakukan pemeriksaan.

Selain itu Sultana mengatakan, orangtua juga perlu diberi konseling genetika. Salah satunya untuk memberi peringatan pada orangtua bahwa jika nanti hamil lagi, ada kemungkinan risiko untuk mendapat anak dengan kerancuan kelamin lagi.

"Atau kita lakukan menejemen. Misalnya dari awal ingin hamil, kita lakukan monitoring. Ini contohnya pada penderita yang disebut dengan Congenital adrenal hyperplasia (CAH)," ungkap dia.

CAH merupakan penyakit keturunan yang membuat penampilan fisik seorang wanita tampak lebih maskulin (ambigous genitalia).

Sultana menjelaskan, penderita CAH merupakan perempuan yang memiliki alat kelamin perempuan, tapi klitorisnya membesar seperti penis. Penderita CAH juga kerap dibuat bingung dengan kejelasan kelaminnya.

"Meski menurun, tapi CAH bisa diobati," ungkap Sultana.

Sultana pun menambahkan, diagnosis lebih awal lebih baik karena klitoris belum tumbuh terlalu besar seperti penis.

Jika masih belum terlalu besar, klitoris pasien CAH masih mungkin untuk dikecilkan sehingga membuat pasien tetap tumbuh menjadi perempuan normal bahkan bisa sampai hamil dan memiliki anak normal.

4. Menejemen

Menejemen penanganan tergantung dari kasus kerancuan kelamin.

Bila perempuan memiliki klitoris besar, berarti klitoris tersebut dikecilkan dan diobati agar tidak membesar lagi.

Namun bila seperti yang dialami AR, memiliki hipospadia atau kebocoran pada saluran kencing, maka kebocoran itu yang perlu dijahit agar anak bisa buang air kecil dengan ujung penis.

"Karena kalau dia enggak bisa pipis dengan ujung penis, penis lama kelamaan akan melengkung ke dalam, tidak bisa lurus. Jika hal ini sampai dewasa, ketika ereksi akan sakit jika penis melengkung. Kemudian bila sudah menikah, dia mungkin akan sulit melakukan hubungan seksual karena melengkung," jelas Sultana.

"Jadi kasus kerancuan kelamin ada banyak sekali," tutup Sultana. (Gloria Setyvani Putri)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: 3 Pemicu Kerancuan Kelamin seperti Dialami Bocah 3 Tahun Asal Cianjur

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved