Selasa, 7 Oktober 2025

Rusuh di Papua

Dugaan Pemicu Kerusuhan di Manokwari Papua, Rasisme di Surabaya hingga Spanduk di Semarang

Dugaan Pemicu Kerusuhan di Manokwari Papua, Rasisme di Surabaya hingga Spanduk di Semarang

Penulis: Daryono
TRIBUNMADURA/HAYU YUDHA PRABOWO
Polisi ketika berusaha membubarkan massa aksi dari Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) di Jalan Kahuripan, Kota Malang, Kamis (15/8/2019). 

Ia juga mengatakan akan mempelajari sejumlah alat bukti yang ditemukan di asrama mahasiswa papua.

"Kami masih pelajari keterangan 43 mahasiswa Papua. Karena itu perlu dievaluasi secara menyeluruh. Sehingga kita tahu bahan keterangannya secara utuh," ujar Sandi.

Mengenai barang bukti yang ditemukan, Sandi menyebut masih perlu dilakukan pendataan tentang jumlah dan jenis barang bukti tersebut.

4. Polda Jatim Bantah Lakukan Penangkapan

Polda Jawa Timur memastikan tidak ada tindakan penangkapan terhadap mahasiswa asal Papua di Surabaya dan Malang.

Para mahasiswa asal Papua tersebut hanya mendapatkan pengamanan dari polisi dalam kondisi tertentu.

"Di Surabaya, kami justru mengamankan mahasiswa Papua karena jika tidak, akan diserang oleh massa ormas yang kondisinya sudah terprovokasi," ujar Kepala Bidang Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera, Senin (19/8/2019) sebagiamana dikutip dari Kompas.com. 

Menurut Barung, setelah pengamanan selesai dilakukan, para mahasiswa dipulangkan ke asrama.

Barung mengatakan, polisi juga tidak menemukan unsur pelanggaran pidana tentang perusakan simbol negara atau yang lain.

"Polisi sampai saat ini belum menemukan unsur yang ditudingkan," kata Barung.

Baca: Gedung DPRD Hingga Bekas Kantor Gubernur Papua Barat Dirusak Pendemo

Menurut Barung, hal serupa terjadi saat aksi di Kota Malang.

Menurut dia, saat itu polisi justru mengamankan mahasiswa agar terhindar dari amuk warga kota ataupun suporter kesebelasan Arema Malang.

Polisi ketika berusaha membubarkan massa aksi dari Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) di Jalan Kahuripan, Kota Malang, Kamis (15/8/2019).
Polisi ketika berusaha membubarkan massa aksi dari Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) di Jalan Kahuripan, Kota Malang, Kamis (15/8/2019). (TRIBUNMADURA/HAYU YUDHA PRABOWO)

Sebab, saat itu bertepatan dengan pertandingan sepak bola antara Arema Malang dan Persebaya Surabaya.

Saat itu, kelompok mahasiswa asal Papua yang sedang menggelar unjuk rasa di perempatan Rajabali, Kayutangan, Kota Malang, terlibat bentrok dengan warga.

Polisi lalu berhasil mengevakuasi mahasiswa Papua dan mengembalikan mereka ke asrama.

5. Spanduk hingga Ketegangan di Semarang

Sementara di Semarang, pada Minggu Minggu (18/8/2019) terpasang spanduk yang memicu keberatan dari mahasiswa Papua

Warga Candi, Semarang memasang spanduk bertuliskan "Kami warga Kel. Candi tidak setuju Asrama West Papua digunakan untuk kegiatan yang mengarah pemisahan Papua dari NKRI. Jika hal tersebut di atas dilakukan kami sepakat menolak Keberadaan West Papua di Kelurahan Candi".

Spanduk tersebut dipasang oleh warga, Minggu (18/8/2019) sekitar pukul 07.00 WIB.

Tokoh masyarakat RW 4 Kelurahan Candi, Maryanto, mengatakan, pemasangan spanduk tersebut dilakukan oleh warga ketika ada acara jalan sehat.

Sehingga terlihat banyak orang yang terlihat dalam foto yang beredar.

Baca: Diduga Jadi Pemicu Kerusuhan di Manokwari Papua, Ini Kronologi Persekusi & Aksi Rasisme di Surabaya

Jalan sehat tersebut dalam rangka HUT ke-74 RI.

"Bukan diskriminasi, kami melakukan ini bukan hanya untuk anak Papua tetapi seluruh warga."

"Apabila ada kegiatan yang mengarah ke pemisahan NKRI ya kami usir," katanya sebagiamana dikutip dari TribunJateng

Warga Kelurahan Candi, Semarang memasang spanduk di depan Asrama West Papua, Minggu (18/8/2019) sekitar pukul 07.00.
Warga Kelurahan Candi, Semarang memasang spanduk di depan Asrama West Papua, Minggu (18/8/2019) sekitar pukul 07.00. (TRIBUN JATENG/JAMAL A NASHR)

Menurutnya, kegiatan yang menjurus pemisahan Papua dari Indonesia beberapa kali diselenggarakan di asrama.

Seperti diskusi tentang kemerdekaan Papua sekitar sebulan yang lalu.

"Diskusi itu sempat kami cegah. Kami datang, intinya warga keberatan kalau ada diskusi semacam itu yang dilaksanakan di Asrama West Papua. Silakan ke tempat lain," ucap mantan Ketua RW 4 Kelurahan Candi tersebut.

Ia mengatakan, selama ini mahasiswa yang tinggal di asrama terkesan eksklusif.

Menurutnya, hal tersebut terjadi sejak sekitar lima tahun lalu.

Mahasiswa yang tinggal di asrama minim sosialisasi dengan warga.

"Dulu kooperatif, mereka bergaul. Kerja bakti bareng-bareng keluar. Kami ada acara mereka ikut," sebutnya.

Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Kota Semarang menyayangkan pemasangan spanduk di depan Asrama Mahasiswa West Papua tersebut.

Ketua AMP Kota Semarang, Napinus, mengungkapkan, pihaknya kemudian menolak pemasangan spanduk tersebut.

Penolakan itu lantas memancing adu argumen antara mahasiswa dengan warga.

Namun, warga yang datang di asrama semakin bertambah.

Sejumlah orang memakai baju Ormas juga kemudian turut bergabung.

"Semakin lama semakin banyak, sampai lima puluhan lebih. Pukul 11.00 mereka masuk ke halaman, gerbang sudah kami tutup."

"Mereka sampai ke teras dan meminta identitas mahasiswa," ungkap Napi.

Baca: Kondisi Sudah Kondusif, Mahasiswa Papua di Surabaya Kembali ke Asrama

Menurutnya, aksi warga tersebut bentuk diskriminasi dan memancing provokasi para mahasiswa.

Ketika kejadian, aparat dari Polri dan TNI juga berada di lokasi.

Warga meninggalkan asrama setelah pukul 12.00.

"Kawan-kawan yang tinggal di sini ada 22 mahasiswa. Mereka mahasiswa semua. Indonesia negara demokrasi terbesar ketiga di dunia."

"Jadi warga harus memahami, mahasiswa berhak mengangkat masalah-masalah rakyat, " ujar mahasiswa asal Wamena tersebut

(Tribunnews.com/Daryono) (Kompas.com/Ghinan Salman/Kontributor Surabaya, Achmad Faizal) (TribunJateng/Jamal A. Nashr )

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved