16 Korban Bom Surabaya Dapat Kompensasi Total Rp 1,1 Miliar
Tragedi serangan teroris berupa bom bunuh diri yang menggempur Surabaya sudah berlalu satu tahun yang lalu.
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Tragedi serangan teroris berupa bom bunuh diri yang menggempur Surabaya sudah berlalu satu tahun yang lalu.
Namun para korban dari kejadian bom Surabaya pada 13 Mei 2018 lalu itu akhirnya diberikan kompensasi hari ini, Rabu (15/5/2019).
Penyerahan kompensasi pada korban tragedi bom Surabaya itu dilakukan oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) di Gedung Negara Grahadi.
Total, kompensasi untuk menfasilitasi para korban ledakan bom di tiga gereja di Surabaya, ada sebesar Rp 1,1 miliar.
Kompensasi tersebut diserahkan pada 16 orang korban tragedi bom.
Mulai yang terkena luka bakar, luka percikan bom, hingga yang mengalami cedera parah akibat ledakan bom.
Baca: Profil Bocah Indonesia yang Pernah Dipromosikan Pep Guardiola untuk Barcelona
Baca: Jadwal Liga 1 2019 di Indosiar, Bali United Vs Persebaya Live Pukul 20.00 WIB Malam Ini
Baca: Sosok Sugeng, Terduga Pelaku Mutilasi di Pasar Besar Malang, Dikenal Negatif dan Pernah Aniaya Istri
Baca: Pelatih PSS Sleman Dihantui Sanksi Berat Komdis PSSI Usai Laga Kontra Arema FC Rusuh
Ipda Akhmad NH adalah salah satu korban ledakan bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela yang menerima kompensasi di Grahadi. Didampingi sang istri Nunung, Ipda Akhmat terlihat mencoba tegar.
Terutama saat disalami oleh Gubernur Khofifah Indar Parawansa.
Ia yang masih harus berkursi roda lantaran cedera parah di kaki kiri membuatnya tak bisa berdiri tegak.
Tulang kakinya patah dan belum sambung. Selain itu satu matanya sebelah kanan juga kini tak bisa melihat.
"Setahun lalu adalah kejadian luar biasa bagi Surabaya. Warga Surabaya nggak boleh takut. Kita hadapi sama-sama untuk keamanana Surabaya, semoga tak terulang," katanya.
Ia mengatakan saat itu ia sedang patroli pengaturan lalin di sekitar gereja yang memang jamaahnya banyak.
Lantaran sesi misa pertama sudah selesai dan jelang misa kedua suasana agak sepi sehingga Ipda Akhmat saat itu duduk-duduk di depan pos security sembari berjaga.
"Saat itulah pembawa bom masuk dan meledakkan diri. Kami sama sekali tidak menyangka ini akan terjadi," katanya.
Akibatnya hingga ini Ipda Akhmat belum bisa bekerja.