Rokok Berperan Menentukan Jumlah Penduduk Miskin di Sulawesi Utara
Rokok sangat berkontribusi karena berapapun harganya, naik berapa tidak pernah ada yang protes harga rokok
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Rokok menjadi salah penentu jumlah penduduk miskin di Sulawesi Utara.
Rokok, satu di antara belasan komoditas penentu garis kemiskinan di Sulawesi Utara per September 2018.
Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, rokok berada di urutan kedua daftar komoditas yang memberi pengaruh pada Garis Kemiskinan di Sulut.
Rokok berada di urutan kedua di bawah beras sebagai penentu Garis Kemiskinan baik di kota maupun di desa.
Selain beras dan rokok, komoditas bahan makanan yang turut jadi penentu adalah ikan Cakalang, cabai rawit (rica) , ikan Kembung (Oci/Tude), telur ayam, gula pasir dan bawang merah.
"Ini terjadi di seluruh Indonesia. Rokok sangat berkontribusi. Memang demikian faktanya. Berapapun harganya, naik berapa tak pernah ada yang protes harga rokok," kata Kepala BPS Sulut, Hartono Ateng, Rabu (16/1/2019).
Baca: Kisah Anak Petani Sumatera Utara yang Raih Gelar Master di Amerika Serikat dan Bertemu Barack Obama
Sementara, untuk komoditas non makanan yang menentukan Garis Kemiskinan di Sulut ialah listrik, biaya angkutan atau transportasi, bensin, perlengkapan mandi dan perumahan.
Baca: Jumlah Penduduk Miskin Sulut Turun 0,3 Persen
"Kemiskinan ditentukan oleh naik turunnya daya beli masyarakat. Itu dilihat dari pengeluaran per kapita setiap bulan," ujar Ateng.
BPS Sulut merilis, jumlah penduduk miskin di Sulut per September 2018 turun dengan persentase 7.59 persen.
Katanya, jumlah penduduk miskin di Sulut yang pengeluaran per kapitanya di bawah Garis Kemiskinan mencapai 189 ribu orang dari total penduduk.
"Jumlah ini menurun dibanding kondisi Maret 2018 yang mencapai 193 ribu orang. Ada penurunan 4 ribu orang," kata Atteng, Selasa (15/1/2019).
Ada dua kategori penduduk miskin berdasarkan daerahnya, yakni penduduk miskin perkotaan dan pedesaan.
Per September 2018, jumlah penduduk miskin di perkotaan di Sulut turun 0, 32 persen menjadi 4.8 persen. Sedangkan jumlahpenduduk miskin di perdesaan, naik 0.08 persen menjadi 10, 57 persen.
"Selang Maret hingga September 2018, penduduk miskin di kota berkurang 1.700-an orang dari 63, 88 ribu menjadi 62, 11 ribu orang," katanya.