Jumat, 3 Oktober 2025

Penjelasan BMKG terkait Fenomena El Nino yang Ancam Wilayah Balikpapan

Beberapa hari belakang, masyarakat khususnya di wilayah Balikpapan dihebohkan dengan kemunculan berita mengenai fenomena gangguan cuaca El Nino.

Editor: Fathul Amanah
BMKG
Ilustrasi El nino 

Berkebalikan dari Samudra Pasifik, di Indonesia, fenomena El Nino justru akan membawa Indonesia menuju fase kering/mengurangi curah hujan di Indonesia, sedang La Nina akan menambah curah hujan di Indonesia.

Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Secara normal, daerah sirkulasi angin yang dinamai Siklus Walker akan membuat Indonesia menjadi daerah pembentukan awan dan hujan.

Namun ketika El Nino terjadi, daerah pembentukan awan dan hujan yang diakibatkan oleh Siklus Walker akan bergeser ke wilayah bagian Timur Samudra Pasifik, yang menyebabkan peningkatan curah hujan di Samudra Pasifik sementara di Indonesia justru akan mengalami penurunan curah hujan.

Sementara jika terjadi La Nina, wilayah pembentukan awan dan hujan di atas Indonesia akan bertambah signifikan sehingga menyebabkan Indonesia mengalami peningkatan curah hujan sementara di Samudra Pafisik bagian Timur mengalami penurunan curah hujan.

Dengan begini, bukan hanya Kalimantan Timur saja, namun seluruh wilayah Indonesia secara umum akan terdampak jika terjadi fenomena El Nino maupun La Nina.

Baca: Sempat Melihat Api dari Gunung Anak Krakatau, Begini Cerita Agung Korban Selamat Tsunami Banten

Hasil pantauan berbagai Lembaga Pemerintahan yang bertugas mengamati atmosfer dan cuaca di seluruh dunia, termasuk BMKG mengamati terjadi peningkatan suhu permukaan air laut di wilayah Samudra Pasifik yang dapat menyebabkan aktifnya fenomena El Nino.

El Nino dengan intensitas Sedang diprakirakan dapat aktif mulai akhir 2018 hingga Maret 2019 (musim dingin di Bumi Utara) dengan tingkat kemungkinan sebesar 80%. Sementara 5560% kemungkinan menjadi El Nino lemah dan bertahan pada Maret–Juni 2019 (musim semi di Bumi Utara).

Lantas bagaimana dampaknya terhadap wilayah Indonesia, khususnya wilayah Kalimantan Timur.

Secara umum, wilayah Indonesia akan mengalami penurunan curah hujan, terutama di wilayah Indonesia bagian timur dan tengah, namun karena terjadi pada musim hujan, maka dampak pengurangan curah hujan tidak akan begitu signifikan seperti bila terjadi pada musim kemarau.

Ingat sepanjang 2015 hingga awal 2016 silam, saat terjadi kemarau panjang dan bencana kebakaran hutan serta kabut asap di sebagian besar wilayah Indonesia.

Bencana tersebut merupakan dampak dari kekeringan yang terjadi akibat El Nino kuat yang terjadi pada tahun tersebut.

Berbeda, kali ini El Nino terjadi pada musim hujan dengan intensitas lemah hingga sedang.

Di wilayah Kalimantan Timur sendiri, kondisi yang hampir identik seperti ini pernah terjadi pada tahun 2002-2003, 2004-2005, 2006-2007 dan 2009-2010 lalu.

Data curah hujan pada tahun-tahun tersebut khususnya bulan Desember – Juni menunjukkan tidak terjadi penurunan curah hujan signifikan di wilayah Kalimantan Timur terhadap curah hujan normalnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved