Rabu, 1 Oktober 2025

Kisah Jumaidil Selamat Dari Kecelakaan Pesawat di Papua, Ditendang Sang Ayah Yang Ikut Jadi Korban

Peristiwa pesawat Dimonim PK HVQ jatih di Gunung Menuk, Jayapura, Papua menyisakan cerita bagi Jumaidil (12).

Editor: Hendra Gunawan
Tribun Timur/Darul Amri Lobubun
Jumaidil salah satu korban selamat kecelakaan pesawat Dimonim Air di Papua 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Darul Amri Lobubun

TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Peristiwa pesawat Dimonim PK HVQ jatih di Gunung Menuk, Jayapura, Papua menyisakan cerita bagi Jumaidil (12).

Seperti diberitakan, pada peristiwa yang terjadi 11 Agustus 2018 lalu di Gunung Manuk, Distrik Serambako, pedalaman Papua itu hanya Jumaidil yang selamat.

Saat Jumaidil ditemui dirumahnya di Jl Nipa-nipa, Inspeksi PAM, Kota Makassar. Jumaidil berceria banyak soal pesawat jatuh lalu menewaskan sembilan orang.

"Waktu kejadian pesawat banyak muat beras, ada belasan karung. Ada ditaruh belakang pilot, ada didepan saya juga," ungkap Jumaidil, Senin (14/9/2018).

Baca: Satu Orang Tewas Dikeroyok Sebelum Pertandingan Persib Melawan Persija

Waktu kejadian, Jumaidil dan ayahnya Jamaluddin (45) yang meninggal dalam peristiwa itu, terbang dari Distrik Tanah Merah sekitar pukul 13.00 Wit, siang.

Tujuan mereka ke Jayapura. Tapi pada sekitar pukul 13.50 Wit kata Jumaidil, pilot pesawat yang berniat menghindari awan tidak bisa kendalikan pesawat itu.

"Ada awan mau dihindari tapi pesawat itu berat karena banyak beras, jadi tidak bisa. Tiba-tiba pesawat jatuh dan ayah tendang saya keluar," cerita Jumaidil.

Proses evakuasi korban pesawat Dimonim Air PK-HVQ yang jatuh dan ditemukan hancur di Gunung Menuk, Minggu (12/8/2018)
Proses evakuasi korban pesawat Dimonim Air PK-HVQ yang jatuh dan ditemukan hancur di Gunung Menuk, Minggu (12/8/2018) (KOMPAS.Com/Penerangan Kodam 17 Cenderawasih)

Jumaidil ditendang keluar oleh ayahnya dari pintu samping saat pesawat posisi jatuh. Sedangkan yang lain tidak sempat menyelamatkan diri lewat pintu tersebut.

"Memang sebelum terbang itu bapak bilang ke saya jangan pakai pengaman (sabuk), waktu itu saya juga rasa takut akan ada terjadi sesuatu," lanjutnya.

Jumaidil yang ditendang keluar lewat pintu samping, jatuh kesamping jurang dalam keadaan sadar. Dia lalu terguling dan ia meraih akar rotan dibibir jurang.

Saat itu Jumaidil pingsan tak sadarkan sampai sekitar pukul 17.40 Wit malam. Jamaluddin datang padanya, disitu ia melihat ayahnya sudah tidak kuat lagi.

Jumaidil yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) jelas V di Jayapura itu menjelaskan, dia melihat ayahnya mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Ayah sempat muntah darah, setelah muntah bapak langsung tidur dan disitu saya tahu bapak meninggal karena itu badannya tidak gerak lagi" katanya.

Saat itu, Jumaidil sendiri dalam hutan Papua dengan bangkai pesawat rusak bersama sembilan jenazah, termaksud juga pilot pesawat dan tumpukan beras.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved